"Tuyul aja sehari belum tentu dapet 500 juta, bang." Keluh Ara terhadap dua orang bertubuh besar dengan wajah garang khas seorang debt collector.
"Kita gak peduli, sesuai perjanjian lo bakal bayar seminggu dan sekarang udah seminggu satu hari. Jadi lo harus bayar sekarang." Ucap laki-laki dengan tato naga di lengan kirinya.
Ara mengurut pelipisnya saat mendadak merasakan pusing di kepalanya. Ia pikir orang-orang ini akan mendatanginya seminggu yang akan datang atau paling tidak tiga hari ke depan. Tapi ternyata debt collector ini datang kepadanya langsung ke kantornya.
"Bisa kok semalem dapet 500 juta, asal lo punya tuyul 1000." Ucap laki-laki yang berperut buncit sambil tertawa sampai perutnya bergerak naik turun.
Ara menghela napas panjang, ia baru saja mencairkan cek dari penjualan mobilnya kemarin. Seharusnya hari ini ia membayar gaji semua karyawannya, tapi gara-gara dua debt collector ini datang, karyawannya jadi tidak berani masuk ke dalam ruangannya untuk mengambil gaji.
"Bunganya berapa persen, bang?" Tanya Ara.
"10%."
Kedua bola mata Ara melotot sempurna, dengan hutang sebesar 500 juta dan bunga 10% itu artinya ia harus memberikan uang sebesar 550 juta rupiah. Bunganya sendiri sudah mampu membuat Ara mengalami serangan jantung saat itu juga.
"Itu bunga apaan kok gede banget?" Ketus Ara.
"Lo harus bayar sekarang atau gak rumah lo kita sita." Tegas laki-laki perut buncit itu.
Saat ini Ara hanya memiliki perusahaannya ini dan sawahnya yang belum panen. Untuk menutup hutang kepada rentenir, ia harus gali lobang tutup lobang. Mau tidak mau ia harus menjual perusahaannya ini atau menggadaikannya ke penggadaian.
"Gini aja deh." Ara menegakkan tubuhnya, ia menatap dua laki-laki yang berwajah tegas. "Gue bakal bayar lunas asal bunganya ilang atau berkurang jadi 1%, gimana?"
Dua orang laki-laki itu tampak berdiskusi sebentar menggunakan bahasa jawa. Ara tersenyum miring, ia sempat mendengar dua orang itu membicarakan keuntungan yang mereka dapat. Yah, siapa juga yang mau melakukan tugas debt collector tanpa mengambil keuntungan.
"1% dari 500juta itu lumayan gede, bisa buat beli cilok sama abang yang jual sekalian." Imbuh Ara.
Laki-laki tato naga itu menatap ke arah Ara setelah berdiskusi dengan laki-laki perut buncit. Ia mengacungkan jari telunjuk ke wajah Ara. "Bunga 1%. Awas kalo besok lo gak bayar."
Ara terkekeh, ia mengibaskan tangannya ke atas, "Iya-iya, ini mau cash apa transfer apa cek?"
"Cek aja, biar kita yang cairin sendiri." Ucap laki-laki tato naga itu.
Ara menganggukkan kepalanya, ia meletakkan tangannya di atas meja. "Besok sore dateng ke rumah, ntar langsung gue kasih."
"Awas kalo lo gak ngasih." Ancam laki-laki perut buncit itu.
"Udah ayo pergi." Mereka berdua berjalan keluar dari ruangannya Ara.
Ara menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi, ia memejamkan matanya, entah apa yang akan ia jual untuk mendapatkan uang 500juta. Vanessa Angel saja hanya mendapat 80 juta semalam, apa kabar dirinya coba. Raffi Ahmad juga tidak mungkin bisa mengumpulkan 500 juta hanya dalam waktu semalam saja.
Perusahaan ini memiliki dua orang pengkhianat yang masih terlihat santai karena berpikir kalau Ara tidak tahu. Padahal kemarin Ara setengah mati mencoba meyakinkan Mira dan Viny untuk tidak terburu-buru melaporkan dua orang itu ke kantor polisi.
Ara menjatuhkan kepalanya di atas meja, ia tidak tahu harus melakukan apa. Memikirkan nama Fiony membuatnya marah dan merasakan sakit di hatinya. Ia sendiri penasaran apa yang Fiony pikirkan saat mereka berdua jalan bersama atau makan bersama atau bercanda bersama. Apakah Fiony sama sekali tidak merasakan hal yang sama kepada dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Utuh
Teen Fiction"Ra, aku bukan orang yang baik. Kamu harusnya cari orang selain aku, Ra." -Fiony "Aku juga bukan orang baik, kok. Tapi yang aku mau cuma kamu, karena kamu yang bisa buat hatiku utuh." -Ara