6.

1.2K 170 14
                                    

“Ini, kamu bakar sosisnya.” Ucap Fiony sambil memberikan satu piring yang berisi beberapa sosis.

Ara berdiri di depan panggangan, di sampingnya ada Vivi yang juga sedang memanggang sosis sama seperti dirinya. Ia menoleh ke samping atas, samar-samar ia masih melihat sepatu Vivi yang tergantung di ranting pohon, ia tidak menyangka jika tendangannya bisa tepat mengenai sasaran.

“Gak usah tawa lu, gue panggang sosis lu baru tahu rasa lu.” Ketus Vivi.

Ara mendelik, ia memindahkan sosisnya ke tangan satunya lagi, “Enak aja. Gue tusuk mampus lu.”

Vivi mendengus sebal, ia mengambil piring yang lain lalu mengangkat semua sosisnya yang sudah matang dan ia pindahkan ke atas piring. Berdiri bersebelahan dengan Ara membuat Vivi teringat tentang sepatunya yang masih tergantung, sekarang saja ia hanya memakai sebelah sepatu saja dan kaos kaki.

“Ini, Chik.” Vivi meletakkan piring berisi sosis itu di atas meja.

Chika menoleh ke arah Vivi, “Kamu ambil daging dari dalem kulkas, ya.”

Vivi menganggukkan kepalanya, ia langsung berjalan masuk ke dalam rumahnya Ara melalui pintu belakang. Ara menoleh ke belakang, ia memastikan Vivi sudah masuk ke dalam rumah. Ia berjalan perlahan meninggalkan Fiony dan Chika, ia meletakkan sosis yang belum ia bakar itu di atas meja yang ada di tengah halaman lalu ia berjalan mendekati pohon yang masih menyita sepatunya Vivi.

Rasanya kasian juga melihat Vivi seperti orang depresi itu, jadi Ara memutuskan untuk mengambil sepatunya Vivi itu. Ia menggulung lengan kemejanya sampai ke siku lalu mulai memanjat pohon itu, untungnya ia waktu kecil sering memanjat pohon ini, jadi sekarang ia tidak terlalu kesusahan untuk memanjat pohon ini lagi.

Ara tersenyum lebar saat mendapati sepatu Vivi kembali dengan mudah, ia langsung turun dari atas pohon itu, mengambil piring yang ada di atas meja lalu kembali ke panggangannya. Ia meletakkan sepatu Vivi diantara lututnya, baru kemudian ia meletakkan satu persatu sosis itu di atas panggangan.

“Ini, Chik.” Ucap Vivi sambil kembali membawa daging itu.

“Ntar biar aku yang manggang, kamu tinggal nunggu aja.” Ucap Chika.

Vivi menggelengkan kepalanya, “Gak, ntar dimarahin kak Viny lagi.”

“Yaudah kalo Ara udah selesai, kamu manggang dagingnya dulu.” Ucap Chika.”

“Iya.”

Ara tersenyum miring, ia menoleh ke samping atas lalu pura-pura terkejut, “Wih, sepatunya Vivi kemana, ya?”

Vivi langsung menoleh ke arah pohon, walaupun matanya sedikit rabun tapi ia seharusnya masih bisa melihat sepatunya. “Hah?”

“Aduh, kemana coba?” tanya Ara lagi.

Semuanya langsung menoleh ke satu titik yang sama yaitu ranting pohon, “Sepatunya ilang?”

“Wah, kemana, ya?” gumam Ara, ia mengambil sepatunya Vivi lalu mengangkatnya ke atas, “Yang ini bukan, ya?”

Vivi menoleh ke arah Ara, ia hendak marah tapi malah jatuhnya seperti menahan tawa, ia berjalan menghampiri Ara lalu langsung melakukan cekikan segitiga di leher Ara, “Bener-bener lu, ye. Bos kagak punye adab.”

Ara tertawa kecil, ia melepaskan tangan Vivi dari lehernya lalu memberikan sepatu itu kepada Vivi, “Nih, gue balikin.”

“Gitu dong.” Vivi mengambil sepatunya kembali dan langsung ia kenakan di kakinya, ia senang karena mendapat sepatunya lagi.

“Ara, sosisnya dibalik, nanti gosong lagi.” Ucap Fiony saat mencium bau-bau hampir kegosongan.

“Ah.” Pekik Ara, ia langsung membalik sosisnya seperti ucapannya Fiony tadi, untung saja Fiony mengingatkan dirinya, kalau tidak pasti sosisnya sudah kembali gosong.

UtuhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang