"Mulai hari ini setiap ada keanehan atau ada masalah langsung kasih tahu saya. Kalo ngirim pesan gak usah berbelit-belit, langsung to the point aja, kayak gagal panen skala besar, udah gitu aja." Ucap Ara.
"Baik, bu."
Ara menegakkan tubuhnya, "Oh ya, gak usah sampe dateng ke ruangan saya, oke. Lewat sms atau telfon saya aja."
"Baik, bu."
Ara menganggukkan kepalanya pelan lalu ia tersenyum kecil, "Yaudah rapatnya selesai sampai di sini."
"Baik, bu." Ucap Mira dan Vivi dengan suara yang keras melebihi semuanya.
Ara hanya terkekeh melihat tingkah Vivi dan Mira yang selalu senang saat rapat sudah selesai tapi terlihat lesu kalau rapat masih berjalan.
Hari ini adalah dua hari setelah kejadian kecelakaan di tol, Ara tidak terlalu pusing mengenai hal itu karena ia sudah bekerja sama dengan pihak distributor jadi yang menanggung kecelakaan itu bukan Ara. Hanya saja kerugian tetap dirasakan oleh Ara, sekitar 25% karung beras rusak dan tidak bisa digunakan lagi, bahkan butiran-butiran beras memenuhi jalan tol.
Semua karyawan menatap bingung dengan reaksi Ara yang terlihat lebih santai daripada dua hari yang lalu. Ini seperti Ara yang biasa mereka kenal, bahkan Ara juga membalas sapaan para karyawan dengan sangat gembira seolah Ara tengah berbahagia, padahal ada kerugian yang dialami oleh Ara akhir-akhir ini.
"Kamu mau langsung pulang?" Tanya Fiony.
Ara menoleh lalu menggelengkan kepalanya pelan, "Enggak, aku mau liat-liat pabrik beras dulu sama liat stok padi yang masih ada."
"Aku temenin, ya."
"Gak usah, kamu dari kemarin lembur terus. Sekarang udah jam pulang kerja, kamu pulang aja gapapa. Aku sama Vivi sama Mira aja." Ucap Ara.
Vivi dan Mira yang merasa namanya disebut oleh Ara langsung buru-buru berkemas dan bersiap untuk meninggalkan ruang rapat ini dengan secepat kilat. Kemarin saat mereka diajak Ara untuk pergi ke pabrik, mereka memberikan ribuan alasan dan akhirnya mereka tidak jadi ke pabrik, tapi sekarang mereka tidak punya alasan lain, jadi mereka harus segera pergi dari ruang rapat ini.
"Jangan kabur." Ucap Ara dan langsung menghentikan langkahnya Vivi dan Mira.
Vivi berdecak sebal, ia memutar tubuhnya menjadi menghadap Ara. "Gue mau balik."
"Lagian ini udah jam pulang kerja." Imbuh Mira.
"Bawa aja Chika sama Fiony." Ucap Vivi sambil menunjuk ke arah Chika dan Fiony secara bergantian.
"Katanya kalian manajer bagian produksi."
"Gue general." Ralat Mira sambil menunjuk dirinya sendiri.
"Sama aja." Ara mendorong kursinya ke belakang kemudian berjalan mendekati Vivi dan Mira. "Ayo, biar cepet pulang."
Chika menyentuh tangan Fiony, "Mau makan gak?"
Fiony menatap Chika sekilas kemudian menatap Ara secara bergantian. Ia mengigit bibirnya dan menunjukkan kalau ia tengah gelisah saat ini.
Chika mengerutkan keningnya, "Kenapa? Kok kamu kayak gelisah banget?"
"Em."
Ara, Vivi, dan Mira menoleh ke arah Fiony saat penasaran kenapa Fiony gelisah. Padahal Ara hanya pergi dengan Vivi dan Mira, sudah pasti tidak akan terjadi hal-hal yang buruk. Semakin lama Fiony terdiam, Chika semakin menaruh curiga kepada Fiony. Akhir-akhir ini Fiony terlihat gelisah, bingung, takut, saat tidak ada sesuatu buruk yang terjadi, seperti ada yang sedang disembunyikan oleh Fiony.
KAMU SEDANG MEMBACA
Utuh
Teen Fiction"Ra, aku bukan orang yang baik. Kamu harusnya cari orang selain aku, Ra." -Fiony "Aku juga bukan orang baik, kok. Tapi yang aku mau cuma kamu, karena kamu yang bisa buat hatiku utuh." -Ara