Bandung, Jawa Barat.
10:00 AMViorella Rosetta turun dari dalam mobil, ia langsung mengamati bangunan kokoh yang berada tepat di hadapannya. Lantas ia pun menurunkan dua kopernya dari dalam bagasi.
"Ini tempatnya, Dek?" tanya seorang pria yang berdiri di sampingnya, mengikuti mengamati keadaan bangunan tersebut serta keadaan lingkungan sekitar.
"Iya, Mas. Katanya nanti pemiliknya bakalan menemui kita. Mas, enak juga tempatnya, ya. Lingkungannya juga masih asri, enggak kota banget, enggak terlalu bising dan banyak polusi," ungkap Rosettaㅡsapaan akrab Viorella.
Pria yang disapa mas oleh Rosetta pun mengangguk. "Setuju, pasti kamu sih betah Dek tinggal di sini. Mas Mino juga kalau disuruh ngekos di sini pasti mau. Hebat kamu cari tempatnya."
Rosetta tersenyum. "Sebenarnya aku dibantuin sama Julia, sih. Dia bilang kata saudaranya yang tinggal enggak jauh dari tempat ini, ada kosan nyaman yang kosong. Pada akhirnya aku juga suka."
Tak lama, ada seorang wanita paruh baya menghampiri keduanya.
Ia langsung menyapa Rosetta dan Mino, "Punten, ini Neng Rosetta yang mau ngekos di tempat Ibu, bukan?"
Rosetta mengangguk. "Betul, Bu."
"Tapi punten, ya. Ditempat Ibu tidak boleh tinggal satu kosan dengan lawan jenis, Neng." Ibu tersebut melirik ke arah Mino.
"Oh, enggak, kok. Ini Kakak saya, Bu. Dia cuma mengantar saya saja, sekalian bantuin beres-beres nanti di dalam," jelas Rosetta.
"Eh, begitu, ya. Punten, Neng. Ibu cuma pengen kosan Ibu aman saja gitu." Pemilik kosan merasa tak enak karena sudah salah paham.
"Iya, enggak apa-apa, Bu. Saya malah tenang nanti kalau Adek saya ngekos di tempat Ibu," kata Mino.
"Kalau gitu, ini kuncinya, Neng. Di Ibu ada kunci cadangannya, tapi kalau bisa yang ini juga jangan hilang, ya." Ibu tersebut menyerahkan kunci kosan kepada Rosetta.
"Iya, baik. Terima kasih, Bu." Rosetta menerima kuncinya.
"Ibu yang harusnya berterima kasih, Neng malah bayarnya langsung buat enam bulan. Bisa tenang Ibu, Neng. Buat tambah-tambah biaya anak sekolah. Kalau begitu, Ibu pamit. Selamat menempati, ya, Neng. Semoga betah." Ibu tersebut pun pergi.
"Terima kasih," ucap Rosetta.
Setelah pemilik kosan pergi, Rosetta pun membuka pintu kosannya dan Mino membawakan koper-koper milik adiknya tersebut.
04:00 PM
Mino sudah pergi, tentunya pria itu harus cepat pulang. Mengingat ia harus melakukan perjalanan jauh dengan jarak Bandung menuju Semarang yang membutuhkan waktu sekitar lima jam. Lebih cepat ia pulang, maka waktu sampai ke rumah pun tak akan terlalu malam.
Selepas Mino pergi, Rosetta yang kelelahan karena perjalanan dan berbenah, ia memilih untuk menikmati secangkir teh hijau. Aroma teh hijau kesukaannya menjadi penenang dikala letih yang ia rasakan. Duduk di sofa panjang dan menatap ke arah luar dari jendela.
"Pada akhirnya aku datang juga ke kota ini," gumamnya.
Rosetta memutuskan untuk pindah ke Bandung karena mendapatkan tawaran pekerjaan dari teman ibunya dengan penghasilan yang cukup menggiurkan.
Ia ditawari sebagai Supervisor yang bertugas mengatur para pekerja/staf di salah satu Factory Outlet terkenal di kota Bandung. Tentu saja Rosetta tidak menyia-nyiakan kesempatannya begitu saja. Ia setuju dan langsung mempersiapkan diri pindah ke kota baru yang belum pernah ia tinggali sebelumnya.
Disela waktu bersantainya, Rosetta melihat seorang pria berdiri tepat menghalangi pandangan yang ia lihat sejak tadi dari balik jendela. Pria itu tengah mengobrol dengan seseorang lewat ponselnya.
Rosetta berdecak saking kesalnya, "Ck! Siapa, sih? Kalau mau berdiri itu bukannya lihat-lihat sekitar dulu!"
Hampir lima menit pria itu berdiri ditempat yang sama, Rosetta pun terus saja memperhatikannya. Namun, tanpa ia duga, pria itu langsung menatap ke arahnya ketika obrolannya lewat ponsel berakhir. Rosetta mendadak kikuk, ia langsung memalingkan wajahnya, berpura-pura melihat sudut lain di ruangan kediamannya tersebut. Pria tadi pun melenggang pergi, tak mempedulikan apa yang dilakukan Rosetta.
"Huft ... hampir saja!" helanya.
Esok harinya, sekitar pukul enam pagi. Rosetta sedang berada di dapur mininya. Membuat sarapan sereal dengan susu rendah lemak. Tak lupa ia memainkan musik ber-genre k-pop. Usianya memang sudah menginjak dua puluh enam tahun, tapi kecintaanya pada lagu-lagu Korea tidak bisa ia tinggalkan begitu saja.
Wanita itu bersenandung, sesekali menggoyangkan badannya mengikuti irama musik.
"I said, I said ... mmmh ... mmmh ... yeah. Udahlah paling mantep sarapan ditemani sama Kim Jongin," ucapnya.
Setelah menghabiskan semangkuk sereal, Rosetta pun memutuskan untuk mandi. Hari ini memang belum menjadi hari pertamanya bekerja, tapi wanita itu harus mandi dan bersiap untuk menuju minimarket.
Ada beberapa keperluan yang harus ia beli. Untung saja tempat ia kos itu sangat strategis, dua minimarket berjajar rapi bisa ia temukan dengan mudah di seberang jalan kosannya.
Selang beberapa menit, Rosetta sudah siap dengan stelan santai, celana selutut dengan kaos hitam polos yang pas di badan. Rambutnya sengaja ia urai, berhubung cuaca kota Kembang itu cukup sejuk, jadi mengurai rambut pun tak akan membuat wanita itu merasa gerah.
Ia mengambil dompetnya, kemudian keluar dari kosan. Saat mengunci pintu, pintu sebelah juga terdengar sama, sama-sama tengah dikunci oleh pemiliknya. Rosetta menoleh, ternyata itu adalah pria yang kemarin ia lihat. Karena merasa pria itu adalah tetangganya, ia pun memasang wajah seramah mungkin dan berniat menyapa pria tersebut.
"Pagi ...." Senyum manis menghiasi wajah Rosetta yang ayu.
Pria itu menoleh pada Rosetta, dia hanya mengangguk tanpa tersenyum atau bahkan merespon sapaan wanita tersebut dengan kata-kata. Setelah itu, ia langsung pergi begitu saja.
"Wah, sombong sekali kau, Mas!" gerutu Rosetta setelah pria itu berjalan cukup jauh darinya.
Karena enggan merusak mood baiknya di pagi ini, Rosetta pun memilih tak mempedulikannya lagi. Ia memilih bergegas menuju minimarket.
"Halo, selamat pagi. Selamat datang di Indoblink," sapa pegawai minimarket dengan ramahnya.
Rosetta pun tersenyum dan mengangguk. Ia segera mengambil keranjang belanja dan mulai perburuannya. Sebagai anak kos, mie instan adalah buruan pertama yang wajib distok banyak oleh Rosetta.
Apalagi menuju akhir bulan dimana ketika uang di dompet telah menipis tapi perut harus tetap terisi. Oleh karena itu, Rosetta langsung mengambil sepuluh mie instan dengan varian rasa favoritnya.
Setelah itu, ia juga membeli minyak goreng, bumbu penyedap, kecap, saus dan kebutuhan lainnya yang sekiranya berguna untuknya. Tidak butub waktu yang lama, keranjang belanjanya telah terisi penuh.
Rosetta yakin belanjaanya itu pasti cukup menguras isi dompetnya, tapi untuk permulaan proses beradaptasi di kota baru memang sewajarnya ia membeli beberapa hal tersebut. Untung saja ia mendapat uang saku sedikit lebih banyak dari orang tua serta kakaknya. Cukuplah sampai dimana ia mendapatkan penghasilan pertama dari tempat kerjanya yang baru.
"Semuanya tiga ratus dua puluh lima ribu, Teh," kata Kasir.
Rosetta pun mengeluarkan dompetnya, ia memberikan beberapa lembar uang pada kasir. Setelah membayar dan mendapatkan barang yang ia inginkan, Rosetta pun keluar dari minimarket dengan menenteng dua kantung plastik di tangannya.
Bersambung ....
Voment jusseyo, mian untuk typonya. 🙇[Update seminggu sekali]
KAMU SEDANG MEMBACA
BERUANG KUTUB ✔
Fanfiction[Roseanne Lokal Series] Mimpi apa aku bisa punya tetangga dingin banget, ditanya jawab seperlunya. Senyum aja enggak pernah, ngeselin sumpah! - Viorella Rosetta. Kenapa harus cewek cerewet itu, sih? Ini semua gara-gara Juan yang malah pindah cari ko...