Mino meminta izin kepada adiknya untuk menginap di kosan Teora. Awalnya Rosetta tidak memberikannya izin, terlebih kejadian memalukan kemarin membuatnya masih merasa tidak enak pada tetangganya tersebut. Namun, Mino meyakinkan bahwa Teora sendiri yang menawarinya, karena menurut pria itu walapun Mino dan Rosetta adalah saudara, tetap saja tidak baik jika menginap di satu ruangan yang sama.
Setelah penuh pertimbangan, Rosetta pun mengizinkan kakaknya untu menginap di sana. Tentu saja saat Teora pergi bekerja, Mino harus kembali dan diam di kosan adiknya tersebut.
Rosetta pun mengantarkan kakaknya menuju kosan Teora, walau mereka tinggal bersebelahan setidaknya Rosetta harus berbasa-basi sedikit pada penghuni kosan tersebut karena akan direpotkan oleh Mino.
Pintu kosan Teora diketuk, tak lama pria itu pun membuka pintu. Dia berdiri di ambang pintu.
"Gimana, Mas? Jadi nginep sini?" tanya Teora.
Mino mengangguk. "Jadi, udah dapet izin, kok."
"Duh, Masku nyusahin aja, ya? Maaf, loh! Emang beneran enggak apa-apa dia nginep ditempatmu, Mas?" tanya Rosetta.
"Gak apa-apa. Lagian kalau Mas Mino nginep ditempat kamu terus, nanti pemilik kosan tahu kan bisa jadi masalah," terang Teora.
"Iya, sih. Ya, udah. Titip Masku, yo. Kalau dia nyusahin usir aja!" Rosetta pun berbalik dan memasuki kosannya.
"Adek kurang ajar, toh! Seenaknya dewek ngomong usir-usir," gerutu Mino.
Teora hanya tersenyum tipis, ia kemudian mengajak Mino untuk masuk.
Esok Harinya.
08.00 WIB
Rosetta sudah berangkat bekerja, begitu pula Mino yang sudah tidak berada di kosan milik Teora. Pria itu langsung kembali ke kosan adiknya setelah bangun.
Pekerjaan Rosetta hari ini cukup banyak, banyak rekapan penjualan yang harus ia periksa. Sampai-sampai sepagi ini ia harus sudah berkutat dengan layar laptopnya. Dalam pikirannya terlintas, mungkin kopi di pagi hari akan membuatnya jauh lebih bersemangat. Tak lama seseorang meletakkan secangkir kopi di mejanya. Rosetta mendongak, melihat siapa yang berbaik hati padanya.
"Ma—makasih, eh ... Pak Rangga. Pagi, Pak," ujar Rosetta.
"Pagi juga, hari ini kerjaan kamu banyak, ya? Sengaja aku buatin kopi, pasti enak banget deh pagi gini ngopi sambil kerja," sahut Ranggana.
"Iya, nih Pak. Ngomong-ngomong makasih, loh! Aku jadi malu malah aku yang dibuatin kopi sama Atasan bukan sebaliknya," kata Rosetta dengan kekehan khasnya.
Ranggana pun tersenyum. "Enggak masalah, lagian Cuma kopi, kok."
Ditengah perpincangan keduanya, diluar terdengar suara ribut-ribut. Ranggana dan Rosetta yang penasaran pun akhirnya memilih untuk mencari sumber keributan.
Keduanya terkejut ketika mendapati Cecilia tengah saling menjambak dengan wanita lain. Di dekat mereka terlihat ada seorang pria yang tampak kebingungan untuk memisahkan keduanya.
"Wadaw, perang dunia ini, sih!" celetuk Ranggana.
Bukannya membantu memisahkan mereka yang bertengkar, Ranggana malah merekam kejadian tersebut dengan ponselnya. Rosetta yang menyaksikannya hanya melongo tak percaya. Bagaimana mungkin Ranggana masih sempat-sempatnya merekam disaat kakaknya tengan berkelahi dengan wanita yang entah siapa itu.
Rosetta pun mendekati Ranggana, ia menepuk pundaknya. "Pak! Pisahin bukannya malah di rekam!"
"Bentar, Vio. Momen langka, nih! He he ...," sahut Ranggana.
KAMU SEDANG MEMBACA
BERUANG KUTUB ✔
Fanfiction[Roseanne Lokal Series] Mimpi apa aku bisa punya tetangga dingin banget, ditanya jawab seperlunya. Senyum aja enggak pernah, ngeselin sumpah! - Viorella Rosetta. Kenapa harus cewek cerewet itu, sih? Ini semua gara-gara Juan yang malah pindah cari ko...