16. Pria Yang Tepat

786 147 48
                                    

Teora menunggu Rosetta di depan toko tempatnya bekerja. Wajahnya saat ini terlihat begitu kesal. Tak lama, wanita yang ia tunggu keluar.

"Eh, kok ada Mas Teo?" Rosetta terkejut, pasalnya hari ini mereka tidak ada janji untuk pulang bersama.

Teora tak menjawab, ia malah meraih tangan kiri Rosetta dan langsung menggenggamnya. Pria itu membawa Rosetta memasuki mobil yang terparkir di pinggir trotoar jalan.

Rosetta tak mengatakan apapun, ia mengikuti instruksi tanpa kata dari Teora. Setelah keduanya berada di dalam mobil, Teora langsung memulai pembicaraan diantara keduanya seraya mulai mengemudikan mobil tersebut.

"Tadi Papaku datang, dia nganterin mobil ini buat aku pakai. Katanya sih temen Papa mau dateng dari Bogor, kemungkinan mau nginep jadi garasi rumah bakalan gak muat kalau mobil ini ada di sana," ungkap Teora.

"Oh ... terus nanti simpen mana mobilnya? Kosan kan mentok Mas tempatnya," tanya Rosetta.

"Mau titip Ibu Kos ajalah, lumayan di rumahnya parkiran agak luas," sahut Teora.

Rosetta pun merespon dengan anggukan. Kemudian keadaan kembali hening untuk beberapa saat.

"Ros ...," panggi Teora. Pria itu kembali memulai memecah keheningan.

Rosetta menoleh. "Ya, kenapa?"

"Itu ... kamu enggak apa-apa, kan?" tanya Teora yang sempat melihat ke arah Rosetta dan kembali fokus ke jalan.

Rosetta tersenyum, ia paham maksud dari pertanyaan pria itu. "Gak apa-apa, kok. Mas tahu dari mana?"

"Ada, deh. Yang jelas aku khawatir banget tadi sama kamu. Shasa emang udah keterlaluan, lain kali aku tegor dia!" kata Teora.

Rosetta mengangguk. "Oke. Lagian jadi cewek nyebelin banget dia tuh. Ya, mana bisa kan Mas Teora suka sama cewek modelan begitu, he he ...."

Teora langsung menginjak rem, untung saja Rosetta memakai sabuk pengaman, jadi dirinya aman tidak kena dampak rem mendadak si pemilik mobil.

"Eh, maaf! Kamu enggak kenapa-kenapa, kan? Kaget, gak?" Teora pun menyadari kebodohannya.

"Enggak, aku aman, kok! Ada apa lagi, nih? Kok berhenti gini?" tanya balik Rosetta.

Teora malah celingak-celinguk melihat jajaran pertokoan di sebelah kanan dan kiri. Setelah itu, ia pun bertanya kepada Rosetta, "kamu mau enggak mampir dulu ke kafe sebentar sama aku?"

"Boleh aja, sih. Yuk, mau kafe mana?"

"Daerah sini aja, ya. Biar masih sejalur sama kosan," sahut Teora.

Rosetta pun setuju, lantas Teora melajukan kembali mobilnya menuju salah satu kafe yang tak jauh dari tempatnya berhenti.

Kafe Hank

Rosetta dan Teora sudah berada di sebuah kafe, mereka memilih tempat outdoor. Menikmati secangkir cappuccino dengan pemandangan indah dimana matahari bersiap untuk kembali ke peraduan. Menimbulkan semburat cahaya jingga di atas langit yang terlihat begitu menawan.

"Bagus banget tempat sama pemandangannya, ya?" Rosetta terkagum-kagum dengan apa yang kedua netranya nikmati.

Teora mengangguk seraya memandang ke arah Rosetta. "Iya, bagus. Cantik."

"Hah?" Rosetta menyadari ada sesuatu yang janggal dengan ucapan pria itu.

"Kamu ... cantik," ucap Teora dengan santai. Namun, matanya tidak dapat berbohong, sepasang netra indah itu memuji wanita yang ada di hadapannya secara terang-terangan.

BERUANG KUTUB ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang