"Tahu bulat, digoreng dadakan. Lima ratusan, kadarieu!"
Rosetta langsung keluar dari dalam kosan dan menghampiri tukang tahu bulat yang kebetulan mobilnya berhenti di depan kosan.
"Pak, beli sepuluh, dong!" pesan Rosetta.
"Muhun, Neng. Sakeudapnya, Mamang ngagoreng heula," kata si Penjual.
Rosetta mengerenyit, ia sama sekali tak paham apa yang diucapkan penjual tersebut.
"Bapak tadi minta kamu nunggu, dia mau goreng dulu." Terdengar suara seorang pria dari belakang Rosetta.
Sontak wanita itu pun menoleh, pria itu ternyata Teora.
"Oh, gitu. Makasih." Rosetta tersenyum kikuk.
"Hmm."
"Aa bade meser oge? Bade sabarahaeun, A? Supados sakantenan ngagorengna," tanya si Penjual pada Teora.
"Lima ribu aja, Pak," jawab Teora.
"Siap, ditunggu sakeudap." Penjual tadi pun kembali fokus pada wajannya.
Teora dan Rosetta sebenarnya berdiri berdampingan, tapi mereka hanya diam tanpa ada kata yang lolos dari mulut keduanya.
Karena merasa canggung dengan situasi seperti demikian, Teora memilih mengeluarkan ponselnya dari saku celana dan mengecek sosial medianya.
Sementara itu, Rosetta yang meninggalkan ponselnya di sofa hanya bisa menatap ke arah jalan, melihat berbagai macam kendaraan yang melintas. Hari ini jalanan cukup ramai, maklum saja jamnya pulang kerja.
Rosetta baru pulang bekerja sekitar satu jam yang lalu. Ia belum mandi dan masih menggunakan pakaian kerjanya. Tanpa sengaja kini manik kecokelatan Rosetta melirik ke arah Teora.
Pria itu sebenarnya tampan, memiliki lekukan rahang yang tegas, warna kulitnya pun putih, tinggi dan badannya tidak terlalu kurus ataupun berisi, hanya pas untuknya. Rambut rapi dengan warna gelap, aroma minyak wanginya pun menyeruak, sepertinya ia baru saja selesai mandi.
Rosetta merasa malu, ia pun sedikit menjauh dari pria tersebut. Pasalnya badannya pun sudah sedikit terasa lengket karena keringat. Ia belum sempat mandi karena tadi memilih untuk makan terlebih dahulu.
"Neng, A. Ini sudah pesanannya," kata si Penjual.
Rosetta dan Teora secara bersamaan menghampiri mobil penjual tahu bulat. Keduanya mengambil pesanan dan membayar tahu bulat mereka yang sudah dibumbui oleh penjualnya tersebut.
Setelah itu, keduanya pun kembali menuju kosan masing-masing.
09:00 PM
Rosetta baru saja selesai mandi, kini ia tengah mengeringkan rambutnya. Wanita itu memang tidak suka rambut basah yang menetes pada pakaiannya, oleh sebab itu ia selalu segera mengeringkan rambutnya setelah berkeramas.
Jika wanita pada umumnya menggunakan hairdryer, berbeda dengan Rosetta yang memilih kipas angin. Menurutnya lebih baik menggunakan barang tersebut karena tidak terasa panas untuk kulit kepalanya.
Setelah beberapa menit, rambutnya pun kering, ia menyimpan handuknya di jemuran dekat pintu kamar mandi. Rosetta pun mengambil remot televisi, kini ia naik ke sofa, mencari posisi ternyaman untuknya dan mulai menonton acara televisi.
Teng ... teng ... teng.
"Bakso cuanki! Dijamin menggoyang lidah, yuhu!"
Rosetta mendengus kesal, kenapa ketika malam tiba banyak sekali abang penjual yang melewati jalanan depan kosannya. Sialnya cacing di dalam perutnya seolah tengah meminta kembali untuk diisi.
KAMU SEDANG MEMBACA
BERUANG KUTUB ✔
Fanfiction[Roseanne Lokal Series] Mimpi apa aku bisa punya tetangga dingin banget, ditanya jawab seperlunya. Senyum aja enggak pernah, ngeselin sumpah! - Viorella Rosetta. Kenapa harus cewek cerewet itu, sih? Ini semua gara-gara Juan yang malah pindah cari ko...