Ranggana tersenyum begitu mendapati wanita pujaannya tengah bekutat dengan layar laptop. Pria itu pun berjalan mendekatinya.
"Sibuk banget?" tanya Ranggana
"Eh, ada Pak Rangga. Enggak juga, sih, Pak. Cuma lagi ngecek laporan penjualan kemarin saja," jawabnya.
"Vio, nanti waktu pulang boleh saya antar kamu?" tanya Ranggana lagi.
"Tapi kosan saya deket, Pak. Naik taksi online juga sampai, cuma butuh lima belas menit paling telat," terang wanita tersebut.
"Ya, enggak apa-apa. Sebelum pulang bisa mampir cafe dulu, kan? Temani saya ngobrol, ya? Enggak bakalan aneh-aneh, kok. Saya orang baik," jelas Ranggana yang tak mudah menyerah mengajak Viorella Rosetta untuk pergi bersamanya.
"Boleh, deh. Tapi Bapak yakin yang lain enggak bakalan ada pemikiran gimana gitu? Saya kan bawahan Bapak, nanti dikira kita ada apa-apa atau misalkan nanti pada ngira saya ini godain Bapak, gimana?" Wanita itu tak mau menimbulkan ketidaknyamanan dalam pekerjaan.
"Ck, kalau ada yang mikir aneh-aneh, nanti saya pecat!" decak Ranggana.
"Loh! Jangan toh, Pak!" Rosetta langsung beranjak dari tempat duduknya.
"He he ... medok kamu keluar, tuh! Tapi kenapa saya yang denger malah jadi gemes, ya?" Ranggana cengengesan.
Rosetta tersipu malu. "Ya, saya kan orang Jawa, Pak. Kalau logat saya keluar, maaf saja."
Ranggana melipat tangannya di dada. "Jadi gimana? Mau enggak jalan sama saya? Temanin ngobrol saja, kok. Sumpek saya sama kerjaan, belum Kak Cecil yang ngomel terus. Pusing saya, Vio."
"Pak, memangnya enggak bisa pergi sama teman Bapak saja gitu?" tanya Rosetta.
"Kalau sama temen, yang ada saya diajak ke club malam. Gini-gini saya itu enggak suka minum alkohol, saya bukan perokok, saya juga enggak suka tempat-tempat seperti club malam. Mungkin orang-orang bilang saya cupu, makanya pengalihannya ya saya suka deket sama banyak cewek," jelas Ranggana.
"Oh, jadi karena itu Bapak dicap sebagai buaya darat, ya?" Hanya Rosetta sepertinya yang berani bertanya seperti itu pada Ranggana.
Ranggana mengangguk. "Padahal saya dalam masa penjajakan, pilih-pilih mana yang cocok sama saya. Bukan semata-mata doyan mainin cewek. Eh, kok saya malah curhat di sini? Vio, jadi gimana? Mau, ya?"
"Ya, sudah. Saya mau, Pak. Tapi kita ketemu di cafenya aja. Jangan bareng dari sini, saya enggak mau ada gosip," kata Rosetta.
"Sip! Cafe Sunflower sepulang bekerja. Jangan lupa! Saya kembali ke ruangan saya dulu, ya." Ranggana tersenyum kemudian membalikkan badannya untuk kembali menuju ruangannya.
Rosetta pun kembali duduk dan menatap layar laptopnya.
Cafe Sunflower
Rosetta memasuki cafe tersebut, menurut pesan yang dikirimkan Ranggana, pria itu sudah menunggunya di lantai dua.
"Selamat siang, mau saya bantu untuk mendapatkan meja?" Terdengar suara yang tak asing di telinga Rosetta.
Wanita itu menoleh dan terkejut ketika melihat sosok pria yang ia kenal.
KAMU SEDANG MEMBACA
BERUANG KUTUB ✔
Fanfiction[Roseanne Lokal Series] Mimpi apa aku bisa punya tetangga dingin banget, ditanya jawab seperlunya. Senyum aja enggak pernah, ngeselin sumpah! - Viorella Rosetta. Kenapa harus cewek cerewet itu, sih? Ini semua gara-gara Juan yang malah pindah cari ko...