01

3.8K 202 11
                                    

Kelas itu nampak sepi karena memang sedang jam pembelajaran. Hanya diisi suara seorang guru perempuan yang berdiri di depan papan tulis. Guru itu mengernyit heran kala mendapati Anak didiknya yang menenggelamkan kepalanya di atas tumpukan lengannya.

Duk

"Awh ..."

"Siapa, sih, yang ganggu?!" Dengan suara serak khas bangun tidur, lelaki yang baru saja bangun dengan sakit di kepalanya itu sedikit demi sedikit membuka matanya yang tertutup.

Matanya menangkap teman satu kelasnya yang juga menatapnya heran, lalu tak sengaja matanya menangkap sosok guru yang sudah berkacak pinggang di depan sana.

"Aduh, Bu, sakit ..." Masih dengan ringisan lainnya, lelaki itu menahan jari-jari Bu Lia yang tengah menarik telinga kanannya.

"Kamu kebiasaan! Berdiri di depan lapangan, hormat di tiang bendera sampai jam istirahat selesai!" Setelah mengatakan itu, Bu Lia melepaskan jewerannya dan melangkah ke depan.

Lelaki itu menggaruk rambutnya yang tak gatal dan segera berdiri.

***

"Ngapain lo?" Kepalanya menoleh mencari sumber suara itu, tak lama, kepalanya terangkat dan menemukan sosok yang sedang mengejeknya di koridor lantai dua.

"Ngamen," jawabnya asal.

***

"Widihhhh, ini nih yang tadi abis jemur badan. Gimana, mantep nggak cuacanya?" ejek lelaki berdarah Thailand-Indonesia itu saat melihat lelaki yang baru saja datang dengan keadaan basah kuyup atas keringatnya sendiri. Migo Reiwansyah.

"Gila, panas anjing." Tangannya langsung mengambil gelas di atas meja.

Farel melotot, "Anjir lo, Rom. Gue keselek bangsul!" Tak lama, Farel cegukan membuat ketiga sahabatnya tergelak. Farel Kamarel Putra, si tukang ngegas.

"Nih, minum." Farel menerimanya dan langsung menghabiskan minuman milik Ilham hingga tandas.

"Cie Ilham cie," goda Migo.

"Aduh Mas, kamu selingkuh?" dengan nada menjijikan, lelaki satunya ikut menggoda.

"Jijik bangsat," umpat Ilham. Lelaki yang memiliki badan besar dan yang paling waras diantara ketiga temannya yang lain.

"Mas, kamu nggak mau ngaku?" Farel pun ikut bersuara.

Ilham menoyor ketiga sahabatnya dengan sekuat tenaga. "Anjing."

"Aduh Mas, sakit."

"Lo semakin menjadi ya, Go." Ilham mendekat dan mengapit kepala Migo di keteknya.

Ilham merasa frustasi saat penyakit gila ketiga temannya kambuh, bahkan Farel pun juga bisa tertular jika tidak disadarkan.

"Anjing Ham, lepas bangsat! Bau." Kedua sahabatnya ikut tertawa di atas penderitaan Migo.

"Romeo anjing, bantuin gue!" Lelaki yang dipanggil Romeo itu menutup telinganya dan terus tertawa.

"Farel asu, bantuin njing!" Farel pun sama, ia tak mempedulikan Migo dan terus tertawa.

"Hah, bangsat bau ketek lo macem bau kaos kakinya Romeo." Setelah beberapa saat, kepala Migo dilepaskan. Ilham pun juga sudah kembali ke tempatnya.

Farel tertawa, "Pernah ya lo, dijejelin kaos kakinya Romeo?"

Migo menatap sinis Farel. Ya iyalah pernah, orang pelakunya itu, kan, Farel. Emang Farel temen ga ada akhlak.

"Hahaha biasa aja kali matanya." Migo hanya menunjukkan raut malasnya.

ROMEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang