Selamat malam, pagi, siang, atau sore teman-teman yang lagi baca ini di waktu yang berbeda-beda! How's your day? Feeling good or better than yesterday? Heum .... I hope always both guys ♡ ´・ᴗ・ '♡
Anywayyyyy, kangen banget sama pembaca ROMEO:( siapa nih yang kangen sama aku juga cung! Peluk online dulu sini yang kangen ʕっ•ᴥ•ʔっ *memeluk diri sendiri*
Ni guys, aku sangat-sangat minta maaf karena baru bisa update next chapter dan abis rest ga bilang-bilang. BUT, semoga kalian enjoy dan suka buat chapter kali ini ya!
Selamat membaca ....
***
Selain di acara kemarin malam yang membuat Romeo harus menggali kocek yang besar untuk Mama dan Kakaknya, malam itu juga adalah malam keberuntungan untuk Alice. Perempuan berkepala dua tersebut sedang tersenyum-senyum sendiri sejak pagi tadi karena mendapat tawaran menjadi Brand Ambassador di butik Jean.
"Alay lo," ejek Romeo, dia menatap Kakaknya dengan perasaan ilfeel.
Alice memutar bola matanya, tak peduli akan omongan Romeo. "Iri? Bilang Bos."
"Papalepapale." Sahutan itu terdengar begitu kompak dari ketiga sahabat Romeo. Yap, mereka bertiga meminta menginap di rumahnya. Awalnya Romeo menolak dengan alasan tidak ingin hari-harinya menjadi lebih merepotkan, tapi karena Laura juga mendengarnya jadi lah mereka bertiga diperbolehkan menginap.
Alice tergelak melihat ketiga sahabat adiknya yang begitu kompak mengejek Romeo. Tangannya memoles selai coklat almond ke atas roti.
"Diem lo."
"Wle," ejek Alice asal dan melangkah masuk ke dalam kamarnya. Dia memilih mengalah karena moodnya sangat bagus kali ini.
"Gila ya ternyata," celetuk Farel, lelaki itu menggelengkan kepalanya tak percaya melihat interaksi kedua kakak beradik yang dikenal tegas dan anggun di mata publik tersebut. Namun, tak semua hal di depan publik adalah fakta bukan?
"Lah? Baru tau lo?" timpal Migo.
Ilham ikutan mengangguk sebelum menyahut, "Tapi cantiknya ga luncur."
"Ni anak makin gila," Romeo berkomentar setelah kembali dari kamar mandi. Tak bisa kah mereka ilfeel juga pada Kakaknya yang begitu alay?
Ilham tertawa. "Gue emang suka Kakak lo, tapi umur lebih tua bukan tipe gue mon maap," balasnya dengan kedua telapak tangan menyatu dan tersenyum lebar.
"Sinting," kata Migo menatap Ilham jijik. Sedangkan Romeo mengelus dadanya mengucap syukur. Jelas tidak sudi jika mereka berdua benar-benar menjalin kasih seperti yang dia pikirkan tadi.
"Jalan-jalan ga?"
"Ay—"
"Kalian aja, gue mau ikut tu bocah meeting."
"Bocah, bocah .... lo kali yang bocah!" Alice datang menyahut dengan nada galaknya. Perempuan itu telah keluar dari kamarnya, dandanannya santai namun rapi untuk dilihat.
Ilham yang berada di dekat tempat Alice tiba sedikit berjingkat, "Santai mbak, untung gue ga jantungan." Tak lama mengatakan itu pada Alice, Ilham menunduk takut sebab ditatap begitu tajam olehnya.
Romeo sedikit mengejek, memutar bola matanya malas, "Tuh, mau meeting sama Jean."
"Gue tunggu di mobil, gpl, ga pake lama!"
Setelah kepergian Alice, Romeo sempat menanggapi sedikit pertanyaan dari Ilham dan Farel sebelum pergi menyusul Kakaknya.
***
Cafetaria yang paling populer di tempat tersebut menjadi pilihan untuk meeting yang mengambil tema santai tersebut. Meja berbentuk persegi dengan empat orang yang mengelilinginya, di atas meja sudah terisi oleh empat gelas milik masing-masing orang.
Sudah satu jam lamanya Romeo hanya menjadi pendengar diantara perbincangan Alice, Jean, dan Inggrid. Dia hanya menatap sekitaran, tak berani menatap Jean yang mana selalu ingin dia lakukan. Romeo tak punya cukup nyali untuk itu.
Tibanya dipenghujung kata, Jean bertanya, "Ya sudah, tidak ada yang ditanyakan lagi?"
"Ngga, udah cukup jelas kok," jawab Alice sambil mengangkat satu jempolnya.
"Kalau begitu aku sama Inggrid mau—"
"Mau balik?" selat Alice cepat. Jean pun mengangguk.
"Makan dulu sini. Udah jam makan siang lho, ga baik nunda-nunda waktu makan," Alice menawarkan dengan senyum ramahnya.
Jean sempat berpikir sebelum dia mengangguk setuju. Lagipula tak salah bukan jika ia makan bersama dengan calon modelnya?
"Oh yah sebelumnya kalian, Romeo dan Jean, udah saling kenal? Soalnya dari yang aku tahu, kalian satu sekolah pas SMA."
***
Malam pun tiba bersama angin kencang dan sedikit berkabut. Romeo, Ilham, Farel, dan Migo sedikit menyesal memilih menghabiskan malam mereka dengan berjalan di jalanan sekitar street food dekat rumah Romeo.
"Dingin banget, gila!" Migo tak berhenti mengoceh di sepanjang jalan, lelaki itu terus menggosokkan kedua telapak tangannya.
"Ini ide lo jigong! Gue udah bilang kalo malem ini ada angin lewat!" Ilham menatap kesal ke arah Migo. Haruskah dia memukul kepala Migo agar dia ingat jika yang memiliki inisiatif seperti ini adalah dia sendiri?
"Lah emang iya?"
Farel yang ikutan kesal pun menggeplak kepala Migo dengan gemas, "Bego anjing."
"Udah, deh, diem! Nih kita sampe!" Romeo melerai ketiganya, tak ingin semakin merusak moodnya karena kedinginan di sepanjang jalan tadi.
***
Jean duduk di balik jendela kamarnya, termenung menatap jalanan yang terlihat sepi. Pikirannya kembali di kejadian beberapa jam yang lalu saat dia dan Inggrid melakukan meeting bersama Alice dan Romeo.
"Oh yah sebelumnya kalian, Romeo dan Jean, udah saling kenal? Soalnya dari yang aku tahu, kalian satu sekolah pas SMA."
Pertanyaan itu ....
Pertanyaan yang tidak bisa ia jawab tadi membuat keadaan berubah canggung. Bukan hanya dia, Romeo pun tak mengucap satu patah kata pun untuk menceritakan tentang mereka berdua. Seolah-olah Romeo tak ingin siapapun tahu atas apa yang sudah terjadi diantara mereka.
Air mata kembali mengalir dengan sendirinya, kembali teringat beberapa memori yang tak bisa hilang dalam pikirannya.
"Are you okay?"
Suara serak namun tegas itu membuat Jean cepat-cepat menghapus air matanya. Dia membalikkan badannya dan menemukan Tomi tengah tersenyum ke arahnya. "Always good," jawab Jean setengah berbohong.
"I hope it's always like that." Tomi bergerak mendekati Jean, memberi kejutan sebuket Bunga Lily kepada Adiknya. "Anyway, special gift for you! Aku tadi tidak sengaja lewat toko bunga dan berinisiatif membelikanmu itu," lanjut Tomi memberitahu.
Jean menerimanya dengan senyum lebar dan memeluk Tomi erat, "Thanks, i love you!"
"And love you too! So, ayo kita makan malam bersama! Kamu udah ditungguin tuh sama yang lain di bawah, apalagi Bang Gama .... pms tu orang," kembali bersama Tomi yang banyak omong dan suka mengejek Gama, Jean tertawa sedikit terhibur karenanya.
***
TBC!
Guys aku baru bikin blog wattpad di instagram lOh ⊙.☉ Yuk mampir! Di sana aku share info soal semua ceritaku, visual-visual JEAN & ROMEO, dan hal lainnya!
Just search @sspeci4 on IG ( ˘ ³˘)
KAMU SEDANG MEMBACA
ROMEO
Teen FictionIni kisah lelaki bernama Romeo Angkasa. Kisah di mana ia berjuang melawan semua masalah yang ada dihidupnya. Setelah sekian lamanya, semua yang dia lewati. Dia bahagia akhirnya bertemu mama dan kakak perempuannya. *** Tujuh tahun berlalu ... Gadis...