PLSSSS MAU SEBULAN BELOM UPDATE YA ALLAH MAAP LUPA HYUNKKKK 😭😭😭
ANJIR MAAPIN YAK BENERAN DHA AKU MA GATAU GAISSS KELUPAAN😭
NIH NIH AKU UPDATE PART 18 BESTIII, NEXTNYA INGETIN NGAPA🗿
SEBELUM BACA MAMPIR YU DI JEAN PART AKHIR, AKU BARU MANGKAL NOH DISONOO BURUU ABIS TU BACA DISINI OKEEE?
maapin yo capsnya kaga bisa dikontrol😁🙏
Part 18
***
Beberapa hari ini, Jean mendapati sebuket bunga yang tergeletak manis di depan jendela kamarnya. Pagi ini di hari Sabtu yang cerah, Jean mendapati lagi sebuket bunga Lily bewarna putih. Tangannya terulur mengambil bingkisan bunga yang ditata apik ke dalam kamar bernuansa biru pastel itu.
Indra penciumannya mulai menarik nafas di depan bunga Lily, menyesapi aroma bunga yang sangat menenangkan menurutnya. Tangannya mengambil sepucuk surat yang berada di antara dempetan bunga Lily.
Sticky note bewarna biru itu lagi-lagi menampakkan kata-kata yang sama seperti sticky note lainnya yang ia terima. Jean menempelkannya di atas dinding dekat nakasnya.
'Happy Saturday'
Jean beralih menuju kamar bagian kanan yang masih kosong, hanya ada jajaran storage yang dipakainya untuk menaruh buket bunga Lily.
***
"Mau ngga lo?"
Romeo mengangguk, kapan lagi bisa bertemu sahabat lamanya-Ilham dan Farel. "Kapan?"
"Mungkin besok kalau ngga lusa buat Farel. Kalo Ilham lusa," ujar Migo.
"Atur lusa aja." Migo mengangguk paham. Kemudian setelahnya, Romeo beranjak dari ruangannya saat Yoshika memanggil lelaki itu untuk rapat.
"Gue Direktur juga, tapi kok nggak sibuk kaya dia ya?" tanya Migo bermonolog.
Migo hendak beranjak tapi tertahan saat matanya tak sengaja menangkap beberapa bill dan sticky note yang berceceran di atas meja kerja sahabatnya. Kepalanya menoleh ke kanan dan kiri memastikan tidak ada seseorang yang datang.
"Pffttt ..." Ia menahan tawanya saat menyimpulkan jika Romeo sedang cosplay menjadi pengagum rahasia.
"Heh!" sentak seseorang dengan tiba-tiba. Migo menoleh dan seketika menyemburkan tawanya, melihat ekspresi Romeo yang menahan malu.
"Kayanya ada yang jadi pengagum rahasia nih," godanya.
Romeo melotot. "Udah sana pergi!" usir Romeo sambil mendorong Migo keluar dari ruangannya. Tadi, dia datang untuk mengambil handphone yang ketinggalan. Tak ia sangka, Migo masih di tempat dan malah menjadi tukang kepo.
Migo masih tertawa di sela langkahnya keluar ruangan, hingga tiba di luar pun lelaki itu masih sempat tertawa membuat beberapa pegawai menatapnya aneh.
"Gila."
***
Malam ini, Romeo pergi ke supermarket hanya untuk membeli benda keramat bagi kaum lelaki. Sedikit mengumpati Alice karena memaksanya ke sini sedangkan perempuan itu duduk manja menantinya di sofa ruang tamu.
Langkah kakinya membawanya pada rak berisikan jajaran pembalut. Kaki kanannya mengetuk-ngetuk lantai toko sembari berfikir, dia lupa menanyakan apa merk pembalut yang harus dibelinya.
Setelah berperang dengan pikirannya, lelaki itu mengambil salah satu pembalut yang dia yakini cocok untuk Kakaknya.
"Pak, nggak salah?" Romeo menaikkan sebelah alisnya heran. Kasir itu hanya menggelengkan kepalanya seraya tersenyum kikuk.
Setelah menyelesaikan pembayaran, Romeo keluar dari supermarket dan berjalan menuju mobilnya. Langkah kakinya terhenti saat melihat seorang perempuan yang dikepung dua orang pria berbadan besar.
Kantong kresek yang dia genggam refleks terjatuh saat melihat jelas siapa perempuan itu. Ekspresinya ...
Bugh
Tak tanggung-tanggung Romeo melayangkan kedua pasang sepatu yang ia pakai sampai mengenai kepala kedua pria itu. Terjadi lah sebuah pertarungan antara Romeo dengan mereka. Sempat kalah karena sudah lama sekali ia tak melakukan ini, tapi dia bisa mengalahkan kedua preman itu.
"Woy!"
Romeo mengatur nafasnya yang tak beraturan sembari berbalik. Tubuhnya kaku melihat perempuan itu berjongkok dengan kepala menunduk dan menutup kedua telinganya rapat. Ia merasa de javu.
"Jangan sentuh!" teriakan menggema dalam rongga telinganya saat Romeo baru saja menyentuh lengan perempuan itu. Terlihat jelas jika dia ketakutan.
"H-hei ... ini saya, Romeo." Isak tangis kemudian terdengar, menjabarkan sebanyak apa luka yang ada dihatinya. Begitu rapuh dan ingin ia genggam.
"Ngg-nggak ... ada yang nyakitin kamu," ujar Romeo sedikit terbata-bata.
"Ja-jangan ...," lirih perempuan itu sambil mengangkat kepalanya, memperlihatkan kondisi wajahnya yang dibanjiri air mata dan sorot mata yang menyedihkan.
Romeo terus berusaha menenangkannya dengan nada lembut dan meyakinkan.
"Di sini aman, ada saya. Mari saya antar pulang." Romeo memeluk perempuan itu dengan hati-hati setelah banyaknya penolakan yang ia terima. Tangannya mengelus punggung yang agak basah karena keringat.
"Saya minta maaf, Jean," ujar Romeo pelan dengan kepala menunduk.
***
TBCHow do u feel?
KAMU SEDANG MEMBACA
ROMEO
Teen FictionIni kisah lelaki bernama Romeo Angkasa. Kisah di mana ia berjuang melawan semua masalah yang ada dihidupnya. Setelah sekian lamanya, semua yang dia lewati. Dia bahagia akhirnya bertemu mama dan kakak perempuannya. *** Tujuh tahun berlalu ... Gadis...