03

2.1K 125 3
                                    

Jean mengusap dahinya yang sedikit basah karena keringatnya sendiri. Matanya memandang kecewa pagar sekolah yang sudah tertutup rapat. Bagaimana ini? Kalau saja semalam ia tidak mengalami insomnia, pasti tidak akan terlambat.

"Stt, sttt ... "

Jean mengerutkan kedua alisnya bingung, kepalanya menoleh ke kanan dan ke kiri. Tidak ada siapa-siapa, mungkin telinganya salah dengar.

"Stt ... Ju ... " Suara itu, Jean kenal suara itu. Setelah mengetahui di mana tempat sosok itu memanggilnya, Jean berjalan tergopoh-gopoh.

Plak

"Awh," ringis Romeo sambil mengelus pelan lengannya. "Sakit tahu!"

Jean membuang mukanya sebal sembari bersedekap dada. Romeo terkekeh. "Lo ngapain ada di luar? Jangan bilang lo telat?"

"Ck, ck, ck ... ternyata lo bisa telat juga ya." Romeo dengan cepat menyelat, membuat Jean melotot.

"Diem, deh. Kamu juga telat, 'kan? Sama aja!" Romeo menggaruk tengkuknya yang tak gatal seraya tersenyum malu-malu.

Malu-malu kambing iya👍🏻

"Terus lo mau masuk?" Jean sedikit berpikir. Kalau saja ia masuk, pasti dia akan diberi hukuman. Malas sekali jika disuruh berlari mengelilingi lapangan atau bahkan membersihkan toilet seperti waktu itu.

"Nah, kan! Mending ikut gue." Suara Romeo mengagetkannya, dengan reflek tangannya memukul keras lengan pemuda itu.

"Anjir, lo demen banget dah mukul gue."

"Kaget!" marah Jean.

"Udah yok, keburu diliat satpam ntar," ajak Romeo seraya menggandeng tangan Jean menuju motor sportnya berada.

***

Romeo memandang gadis yang berada di depannya, tak jauh darinya berdiri. Terlihat jelas wajah bahagia yang dipancarkan gadis itu. Entah mengapa itu membuat hatinya menghangat.

Lamunannya buyar saat Jean mengagetkannya. "Napa?"

"Ga capek apa berdiri terus?" Romeo tersadar, kemudian menggandeng Jean untuk berkeliling.

Mungkin karena ini masih pagi, suasana kota lama tidak terlalu ramai. Dari yang awalnya bergandeng tangan, kedua insan itu sekarang berlarian mengejar satu sama lain.

"Romeo awas ya!" Jean berteriak dan berlari secepat mungkin untuk menangkap pemuda itu. Apa-apaan dia, mengerjainya sampai membuatnya malu di depan umum.

Romeo tertawa. "Lo ga bisa nangkep gue, wle!" balas Romeo sambil menjulurkan lidahnya.

"Aduh." Jean berhenti berlari, membungkuk dengan kedua tangannya menumpu pada kedua lututnya. Menormalkan deru nafasnya dan menyeka keringat.

Kakinya berjalan mendekat ke arah Romeo yang duduk lemas di atas tanah. Tak lama, gelak tawa tercipta dari kedua insan tersebut.

"Hahaha rasain!"

"Sialan lo ya," balas Romeo. Tangannya menggapai uluran tangan Jean. Sedikit oleng karena berat tubuh Romeo, tapi Jean bisa menyeimbangkan.

"Dah, gak laper, Ju?"

Jean melotot. "JEAN, ROMEO!" teriaknya di depan wajah Romeo.

Refleks Romeo menutup mukanya malu saat beberapa pengunjung memperhatikan mereka. "Ju, jangan teriak. Malu bego!"

Jean tersadar, kemudian menggaruk rambutnya salah tingkah. Tak lama, Jean meninggalkan Romeo begitu saja.

"Ju—eh, Jean!" panggil Romeo.

"Tungguin!" lanjutnya sambil berlari kecil menuju Jean.

***

Brak

"Anjing."

"Bangsat."

"Anak pitik!"

"Apa?" tanya Nino dengan wajah polosnya. Tak lama, ketiga temannya menjitak jidat Nino bergantian.

"Anjing, sakit tau!" umpat Nino.

"Lo ngagetin aja, masuk tuh salam bego!" Romeo mengusap alisnya heran. "Sorry."

"Tumben lo pulang cepet?" tanya Gio.

"Bolos ya lo," timpal Kevin.

Romeo mengangguk. "Anjir Rom, lo jangan kebanyakan bolos."

"Tadi telat. Maunya masuk, cuma ada temen gue. Jadi ya udah gue ajak bolos aja."

"Cowok?"

"Cewek."

"WANJAYYYY," jawab keempat pemuda itu secara bersamaan.

"Berisik."

"Iri? Bilang bos."

"Papapalepapale," lanjut ketiga teman Gio membuat suasana kamar bernuansa hitam putih itu menjadi ramai.

Romeo berdecak. "Jangan rame-rame lo pada, gue mau tidur. Gi, ntar kalo udah malem bangunin gue." Gio mengangkat ibu jarinya sebagai jawaban.

Kevin, Nino, Rizky, dan Gio kembali bermain game di depan televisi. Begitu lah suasana kost kedua pemuda itu. Selalu ramai dengan ketiga sohib Gio.

Gio dan Romeo memang berbeda sekolah, tapi mereka tak membedakan itu untuk bersahabat. Bahkan, mereka berdua pun memilih satu kamar kost untuk mereka tinggali.

Masalah yang ada, yang membuat mereka berdua bisa berteman dekat sampai sekarang.

***
TBC

Sore guys! Mana nih tim gercep? Penuhin kolom komen yuu👉🏻

Jangan lupa ajak temen-temen kalian buat kenalan dan baca ROMEO sama JEAN, oghey? Sip👍🏻

Buat next part mau update besok atau lusa? Mumpung free nih.

ROMEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang