08. Nomor

116 18 0
                                    

Archer membanting pintu kelasnya. Beruntung Pak Botak belum datang, kalau sudah? Jadi apa Archer nanti.

Setelah hari di mana Archer meminta izin pada Cilla untuk mendekati gadis itu, Archer benar-benar berusaha agar bisa masuk di dalam hidup Cilla.

Sudah terhitung satu minggu sejak hari itu. Dan sampai sekarang, Archer belum bisa masuk ke dalam hidup Cilla.

Dan lebih parahnya lagi, sepertinya Archer kalah saing oleh Antonio. Cowok itu sekarang sedang berada di kantin bersama Cilla dan teman-temannya menikmati freeclass mereka.

Oleh karena itu, Archer merasa seluruh tubuhnya akan meledak jika tetap di sana.

"Muka lo kusut amat, belom di setrika emang?" tanya Damian lalu duduk di depan Archer yang menelungkupkan kepalanya.

"Belum."

"Kenapa sih emang?"

"Kalah saing lo?" tanya Robbin tepat sasaran.

Archer berdecak kesal. Tanpa dijawab pun, seharusnya mereka sudah tahu apa yang terjadi. Karena sejak kemarin cowok itu memang sekusut pakaian yang belum disetrika.

"Minum nih Arc, biar otak genius lo balik lagi." Damian menyerahkan sebotol air mineral pada Archer yang diterima dengan senang hati oleh cowok berparas tampan itu.

"Kenapa lagi si Antonio?"

Sudah menjadi rahasia umum gosip tentang Antonio, most wanted boy Galaxy, sedang pdkt dengan Cilla yang notabenenya adalah kapten basket putri di Galaxy.

"Gila tuh cowok gercep banget. Kesel jadinya, kalah start mulu gue perasaan, padahal cakepan juga gue." keluh Archer dengan percaya dirinya.

"Makanya, lo kalo pdkt-an jangan setengah-setengah." celetuk Damian.

"Maksud lo?"

"Lo kan nyamperin Cilla waktu istirahat doang kan?"

"Iyalah, ya kali gue ikutin mulu, yang ada Cilla jadi risih sama gue."

"Gak gitu Arc, maksud Damian tuh, lo anterin pulang, lo jemput juga, gitu, ya gak Dam?"

"Iya gitu maksud gue,"

Archer mengangguk. Yah, harus Archer akui kalau mungkin, mungkin ya, Antonio lebih baik darinya. Antonio dan Archer itu beda. Sangat berbeda.

"Pak Botak dateng woy!!" seruan itu membuyarkan lamunan Archer.

Keributan yang sempat terjadi menguap begitu saja. Meninggalkan bisik-bisik pelan dari beberapa anak yang masih asik mengobrol.

"Siang anak-anak."

"Siang Pak," jawab mereka serempak.

Di depan ruang kelas XI IPA 1 seorang guru berkepala botak berdiri dengan tegap, matanya menatap tajam ke segala arah.

"Baik, kita mulai pelajarannya."

Dengan malas Archer membuka buku catatannya.

"Istirahat nanti, lo samperin Cilla, minta nomornya," bisik Robbin yang memang duduk di samping Archer.

Benar kata Robbin. Archer harus meminta nomor ponsel Cilla.

"Belnya kapan?"

"Sabar kali Arc, baru juga mulai."

"Ya gue kan-"

"Archer, Robbin! Bisa diam tidak?! Atau mau Bapak keluarkan dari kelas?!" seruan Pak Botak memotong ucapan Archer.

"Boleh Pak?" tanya Archer.

Kalau dibolehkan untuk keluar kelas, Archer ingin langsung ke kelas Cilla. Meminta nomor ponsel gadis itu.

Love Scenario : I'm SorryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang