[10] Berbagi Rasa

1.1K 336 21
                                    

。☆✼★━━━━━━━━━━━━★✼☆。

。☆✼★━━━━━━━━━━━━★✼☆。

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

。☆✼★━━━━━━━━━━━━★✼☆。










Third POV

"Kenapa bengong mulu?"

(y/n) yang sebelumnya tengah berpangku tangan sembari melihat anak-anak yang tengah menerbangkan layangan di sore hari pun kini mengalihkan atensinya kepada sesosok lelaki tampan dari keluarga Lee.



Ia adalah Jeno.


"Eu— ga apa-apa kok."

Gadis itu hanya kembali fokus menatap layangan yang kini telah mengudara di langit senja.

"Kalo ada masalah itu cerita, jangan dipendam sendiri."

(y/n) dengan susah payah menelan ludahnya saat sosok Jeno duduk mendekat ke arahnya, tiba-tiba ia merasa gugup bukan main.

"Gak ada Jen, gua gak ada masalah."

Bohong, bohong kalau ia bilang bahwasanya gadis itu tak punya masalah. Mana ada sih orang dalam keadaan sadar tiba-tiba diam tapi otaknya tidak ikut berpikir? Nyatanya pikiran itu berkelana memenuhi otaknya.

"Yaudah kalau emang begitu." jawab Jeno pasrah, ia pun juga tak bisa memaksa gadis itu untuk berbicara tentang hal sebenarnya.

Karena, membuat wanita untuk luluh itu bukan dengan cara memaksanya.

Melainkan dengan membiarkannya merasakan terlebih dahulu apa itu rasa nyaman, barulah dengan sendirinya ia akan mengungkapkan segala kejanggalan di dalam hatinya.

"Ah iya, 3 hari lagi kan masuk sekolah, kam—"

"Lu-gua aja." potong (y/n), Jeno mengangguk sekilas.

"Eum, lu sekolahnya gimana?"

Baru saja ia memikirkan hal itu, dan kini kembali diberi pertanyaan yang memenuhi otaknya.

(y/n) memang bukan manusia ambisius dalam hal belajar, tapi ia merasa bahwa pendidikan itu penting meskipun ia tak terlalu unggul di bidang pelajaran.

"Gak tau." jawab (y/n) seadanya, lantaran ia juga bingung akan bagaimana jadinya ia menghadapi kehidupan yang berbanding terbalik dengan kehidupan normalnya.

"Mau sekolah?"

"Mau lah, meskipun gua bego. Dan gua sadar bahwa gua butuh belajar."

Jeno tertawa mendengar ucapan jujur gadis di sampingnya kini, gemas sekali sampai akhirnya Jeno mengusap gemas kepala (y/n) yang hanya dapat menunduk sambil melihat buku-buku jarinya.

『Back To 1987 - Lee Haechan (NCT)』Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang