[17] Damai

719 192 27
                                    

。☆✼★━━━━━━━━━━━━★✼☆。

。☆✼★━━━━━━━━━━━━★✼☆。

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

。☆✼★━━━━━━━━━━━━★✼☆。










Third POV

Bulan telah berganti, EBTANAS telah tuntas. Keempat anak dari keluarga Lee ditambah seorang anak gadisnya sudah yakin dengan hasil yang akan memuaskan, tak terkecuali juga dengan Haechan, meskipun cukup diragukan oleh saudara-saudaranya.

Di sisi lain, (y/n) telah selesai mengikuti ujian, namun di dalam hatinya sendiri masih ada setitik ketakutan apabila ia tak lulus sekolah di tahun 1988 ini. Sistem pendidikannya berbeda sekali dengan kehidupan normalnya.

Maka dari itu ia sering sekali overthinking di malam hari karena memikirkan hal-hal buruk yang akan terjadi— di usir dari rumah dan tak dianggap anak lagi misalnya. Pokoknya ia benar benar ovethinking.



Tuk!

Gadis itu kembali tersadar dari lamunannya, segera menatap seseorang yang telah mengagetkannya.

"Udahan ngelamunnya?" tanya lelaki itu dengan santainya duduk di samping (y/n). Lelaki itu hanya memakai baju kaos hitam dengan bawahan pendek yang senada dengan atasannya.

"Udah, gara-gara lo kagetin." balas (y/n) sewot.

"Omong-omong, tumben banget lo nyamperin gue, kenapa?" lanjutnya lagi.

Yang ditanya tak menjawab, hanya mengukir sebuah senyuman manis sambil memainkan jari-jari tangannya.

Melihat reaksinya, dengan ragu y/n) menarik ujung lengan baju sang lelaki.

Sang empu pun mengalihkan atensinya yang semula hanya tertuju pada rerumputan yang ada di halaman depan rumahnya pada sesosok gadis yang tengah memperhatikan netranya.

"Lo... lagi jatuh cinta ya?"

Bagaikan tepat sasaran, lelaki itu duduk dengan tegap dan memandang lurus sang lawan bicara.

"Emangnya... keliatan banget, ya?" wajahnya yang polos saat bertanya, entah mengapa membuat (y/n) sendiri jadi gemas dan tak bisa menolak untuk tidak mencubit sebelah pipi gembil sang lelaki yang usianya lebih muda darinya itu— meskipun di beda dimensi waktu.

"Cuma nebak, tapi kalo bener ya gapapa. Bagus."

Lelaki itu— Jisung— kembali melemaskan tubuhnya sambil memandang rerumputan hijau yang mulai ditumbuhi bunga-bunga kecil.

(y/n) mengambil tangan kiri Jisung. Digenggamnya tangan besar itu dengan kedua tangan mungilnya, entah mengapa instingnya memberi perintah demikian. Namun tak terduga, Jisung benar-benar berada dipertahanannya, ia bisa dengan lepas tersenyum kepada (y/n) tanpa keringat berlebihan seperti saat baru 1 bulan pertemuannya dengan lelaki itu.

『Back To 1987 - Lee Haechan (NCT)』Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang