[19] Ujian

629 187 31
                                    

。☆✼★━━━━━━━━━━━━★✼☆

。☆✼★━━━━━━━━━━━━★✼☆。

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

。☆✼★━━━━━━━━━━━━★✼☆。










Third POV

"Semangat!"




Puk! Puk!


Tepukan pada bahu seseorang yang terdengar cukup kencang membuat beberapa pasang mata mengalihkan atensinya kepada sepasang anak adam lantaran salah seorang di antara mereka yang melakukannya.

Si gadis tiba-tiba cemberut karena respon dari sang lelaki yang tak terlalu memuaskan baginya.

"Kenapa cemberut?" tanya sang lelaki dengan kepala yang dimiringkan ke kiri.

Sang gadis hanya menggelengkan kepalanya.

"Kenapa?" tanya sang lelaki lagi.

"Lo gak suka gue semangatin ya?" tanya si gadis.

"Loh, kata siapa gak suka disemangatin?" lelaki itu lantas memberi pertanyaan balik kepada (y/n), lelaki itu— Haechan lantas mengubah ekspresinya dengan senyuman cerah yang mengembang di wajahnya.

"Lagian, dari tadi disemangatin sama gue juga lo bengong doang. Mikirin utang lo ya?!" tunjuk si gadis,  entahlah hari ini ia cukup sensitif.

Haechan lantas tertawa pelan sambil perlahan menarik jari (y/n) yang menunjuk lurus wajahnya. Lelaki itu genggam jari telunjuk si gadis.

"Doain biar lulus ya." mendadak sayu wajah si lelaki, dengan tangan yang masih setia mengayun jari telunjuk sang gadis.

"Pastilah! Ya kali gue gak berdoa yang terbaik buat lo."

Haechan tersenyum cerah, sedangkan gadis yang ada di hadapannya itu hanya menatap lurus wajah Haechan dengan tatapan pasrah lantaran jarinya yang masih diayun-ayunkan oleh lelaki itu.

"Kalo misalnya gue gak diterima, gimana ya Chan?" tiba-tiba saja pikiran random terlintas pada gadis dengan rambut sebahu itu.

Lantas Haechan yang mendengarnya pun melepaskan tangannya dari jari sang gadis, beralih untuk menatap dalam manik kecoklatan itu.

"Kenapa jadi gak percaya diri?"

(y/n) mengernyitkan dahinya, "siapa yang gak percaya diri?"

"Lu, itu." jawab sang lelaki dengan tegas.

Gadis itu tau tentang satu hal saat ini. Haechan mode serius itu menyeramkan.

"Bukannya gak percaya diri, tapi mencoba kembali ke realita aja. Cuma ada dua kemungkinan buat gua, Chan,"

"Diterima atau ditolak."

Haechan tampak tak peduli dengan ucapan (y/n), terbukti dari raut wajahnya. Matanya hanya mendelik dengan sorot yang lurus, seakan ucapan (y/n) itu hanya angin lalu baginya.

『Back To 1987 - Lee Haechan (NCT)』Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang