[24] Pupus

566 162 17
                                    

。☆✼★━━━━━━━━━━━━★✼☆。

。☆✼★━━━━━━━━━━━━★✼☆。

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

。☆✼★━━━━━━━━━━━━★✼☆。










[vote dan komennya jangan lupa ya!]

(y/n)'s POV

Cemburu? Apa-apaan sih ni bocah. Siapa juga yang cemburu sama orang modelan kayak Lee Haechan ini? Udah tengil, doyan ngeroasting orang lagi.

"Ih! Udah cepetan pake helmnya, kita pulang." omel gue sambil menoyor kepalanya.

Bukannya membalas omelan gue, dia malah senyum-senyum gak jelas lalu meniup pelan permukaan wajah gue. Semakin gak jelas bukan?

Gue yang sempet merem sejenak lantaran gak siap dengan tiupannya itu pun kembali berang dan memukul bahunya.

"Ih Haechan ayooo!" tanpa perlu gue omelin panjang lebar lagi, akhirnya dia kembali memakai helmnya dan bersiap kembali membelah jalanan di sore hari dengan motor king kesayangannya.


✉️

"Gimana?" kata pertama yang gue dapatkan saat tiba di rumah. Semua anak-anaknya papa alias opa gue itu ada di sana, eum— kecuali si Mark sih.

"Gua gak tau." gue dudukkan diri ini di sofa yang ada di ruang tamu, sebetulnya pikiran gue ini udah berkelana ke mana-mana. Gue yakin bahwasanya gue akan mengalami kegagalan lagi.

Entah kenapa, kalo soal feeling, seringnya gue tepat sasaran.

Tapi— semoga dewi fortuna berpihak ke gua pada hari ini.

"Tadi udah ke sana, namanya (y/n) nggak ada. Jadi tanya sama panitia yang urus soal pengumuman, katanya dicoba cek lagi. Nanti kalau udah tau kelanjutannya akan ditelepon." semuanya menganggukkan kepala pertanda mengerti dengan penjelasan dari Haechan.

Melepaskan pandangan dari Haechan, dapat gua dengar adanya suara langkah kaki dari arah ruangan belakang menuju ruang tamu.

"Gimana nak? Udah ada pengumumannya?" gue mendadak membeku saat ditanya demikian oleh papa.

Oh ayolah, gua bahkan gak mempersiapkan apapun untuk gua katakan pada beliau tentang ini semua. Gua belum siap bertemu dengan mereka, mama dan papa gua di masa ini.

"Belum pa, masih ditunggu." jawab Haechan, sedangkan yang lainnya hanya menganggukkan kepala.

"Tutup pintunya, sudah mau maghrib." perintah papa saat melihat jam dinding, Jeno segera berdiri untuk menutup pintunya sedangkan Jaemin berinisiatif untuk menutup gorden yang masih terbuka.

『Back To 1987 - Lee Haechan (NCT)』Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang