[08] Tengah Malam

1.3K 356 29
                                    

。☆✼★━━━━━━━━━━━━★✼☆。

。☆✼★━━━━━━━━━━━━★✼☆。

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

。☆✼★━━━━━━━━━━━━★✼☆。







Third POV


Sudah 5 malam (y/n) lewati dengan segala keterbatasan teknologi yang ada, setiap malam itu pula ia selalu memanjatkan doa kepada yang maha kuasa untuk mengembalikan ia kembali ke waktu semula.

Tetapi setiap ia membuka mata, lagi-lagi ia akan menemukan kondisi yang sama. Yaitu berada di tahun 1988, tahun di mana ayah dan para pamannya masih di usia belasan.

Keran sudah dimatikan, (y/n) mengusap wajahnya yang basah lalu mengeringkan manual tangannya dengan cara dikibas-kibas sampai kering sendiri.

Ia melihat sekitar, kamar mandi sederhana, tanpa bathup dan shower yang biasa ia gunakan untuk mandi.

Hanya ada bak mandi yang berukuran cukup besar, dan satu bak mandi kecil di dekat kloset. Jangan lupakan 2 gayung berwarna biru yang berada di masing-masing bak mandi.

Sederhana, tapi mungkin cukup mewah dimasanya.

"Abis cuci muka?"

(y/n) baru saja membalik badan dan dikejutkan oleh sesosok lelaki yang beberapa waktu lalu beradu argumen dengannya, ternyata dia adalah Renjun.

"I-iya, ini baru selesai."

"Santai aja, jangan tegang begitu." jawab Renjun, lelaki itu langsung merapatkan kembali pintu kamar mandi yang baru saja (y/n) gunakan.

"Mau ke kamar mandi?"

Renjun menggelengkan kepalanya, "Kebangun tadi, jadi gak ngantuk lagi."

(y/n) hanya membalasnya dengan anggukan, terlalu canggung untuk memulai percakapan dengan pamannya yang satu ini.

(y/n) melihat jam dinding yang berada tak jauh dari sana, masih menunjukkan pukul setengah 2 dini hari.

"Gak bisa tidur juga?"

"Iya, makanya cuci muka. Mau duduk di ruang keluarga aja, adem."

Akhirnya kedua paman dan keponakan itu berjalan ke ruang keluarga, berdampingan dan tanpa adanya percakapan selama perjalanan.

(y/n) mendudukkan dirinya di sisi meja pendek yang memang berada di ruang keluarga, di sana ada TV berukuran 24 inci dengan masing-masing kaki penegaknya. TV nya memiliki warna, tetapi gambarnya tak sejernih di kehidupan normal (y/n).

"Mau susu jahe?"

(y/n) mengalihkan atensinya kepada Renjun, lelaki itu duduk berseberangan dengannya ternyata.

"Boleh, bisa bikinnya?"

"Bisa."

Renjun pun melangkahkan kakinya menuju dapur, (y/n) yang melihat Renjun pun langsung bergegas mengikuti Renjun pula.

『Back To 1987 - Lee Haechan (NCT)』Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang