Aku merasakan sakit yang luar biasa di sekujur tubuhku dan kepala berdenyut luar biasa. Perlahan aku mulai membuka mata dan ku dapati atap putih dan bau harum Pinus, selain itu aku juga merasakan tanganku di genggam erat oleh seseorang. Aku mencoba menoleh dan ku dapati kak Sasuke dan Yota tersenyum lega meski di wajah Yota terlihat sembab.
"Syukurlah kau sadar Naruto. Aku lega."
Aku masih belum bisa harus menanggapi apa, yang ada di kepalaku hanya rasa sakit yang luar biasa. Tak berselang lama seorang berpakaian putih memeriksaku mulai dari denyut nadi, detak jantung dan masih banyak lagi yang aku sendiri tak tahu.
"Pasien dalam kondisi baik, biarkan istirahat sebentar menyesuaikan kondisi. Tolong jangan tanya macam-macam terlebih dahulu. Lukanya akan berangsur sembuh tapi tetap membutuhkan pengawasan mengingat bagian punggungnya mengalami benturan paling kuat. Saya masih harus melakukan rontgen untuk mengetahui lebih lanjut apa pergeseran tulangnya berakibat fatal atau tidak. Sejauh analisis pertama tidak ada retakan. Kalau pasien mengalami hal lain langsung panggil saya dan saya permisi."
"Terimakasih dokter." ucap Sasuke.
"Sama-sama."
Selesai mendengarkan penuturan dokter aku bisa mengingat dengan jelas apa yang terjadi. Aku berharap dia yang aku tolong selamat dan tidak terluka apapun.
"Kak." panggil Yota
"Maaf Yota, kakak merepotkan mu."
"Kakak bicara apa? Aku takut, aku khawatir dan aku sangat panik saat kak Sasuke mengatakan kalau kakak kecelakaan. Aku takut, sangat takut kehilangan kakak." Yota kembali menangis memeluk tubuhku.
Aku terus membelai punggung Yota yang memelukku. Tak lama Yota melepas pelukannya dan ku lihat kak Sasuke duduk di sofa dengan dua orang. Aku mengenali keduanya karena yang satu pernah datang ke rumah dan dan yang satu adalah orang yang aku tolong. Kak Sasuke segera menghampiriku dan duduk di kursi menggantikan posisi Yota yang kini dia memilih duduk di sofa membuka sebuah bungkusan. Ku lihat mata kak Sasuke menghitam seperti panda. Sungguh lucu hingga tanpa ku sadari aku tertawa kecil.
Aku meringis kesakitan saat tangan besar kak Sasuke mencubit hidungku. "Aww sakit kak." keluhku yang membuatnya semakin gencar mencubit hidungku.
"Apa yang kau tertawaan hn?" tanyanya yang masih menarik hidungku.
"Aku jawab tapi lepas dulu. Ini sakit kak." keluhku dan kak Sasuke menuruti permintaan ku. Aku mengusap hidungku pelan dan menatap sengit ke arah kak Sasuke yang mendapat pelototan. Aku kembali tersenyum karena fokus ku masih ke mata pandanya.
"Masih belum mau menjawab?" ujarnya yang aku balas kekehan kecil.
"Itu mata kakak lucu kaya panda." jawabku sambil menunjuk matanya. Usai aku mengatakan itu tawa membahana keluar dari bibir temannya kak Sasuke. Kak Sasuke menatap sengit ke arah temannya namun bukannya berhenti tapi tertawa lebih keras sambil memegangi perutnya.
"Sorry Sasuke, tapi apa yang di katakan bocah kuningmu itu memang benar. Mata pandamu lucu." ucapnya di sela-sela tawa. Bahkan temannya yang berambut merah juga ikut tertawa meski tak semembahana yang satunya.
Tapi tunggu apa dia bilang tadi aku bocah kuning? Hei aku bukan bocah lagi. Aku sudah remaja kalau kalian ingin tahu. Tanpa pikir panjang aku berterima sekuat tenaga.
"AKU BUKAN BOCAH!!!
"Tapi kau pantas menjadi bocah." balas kak Sasuke yang membuatku sebel dan memalingkan wajah. "Iish.... ngambek. Katanya bukan bocah?" goda kak Sasuke yang langsung aku balas.
"Aku memang bukan bocah kak, bahkan usiaku sudah 17 tahun."
"Iya iya bukan bocah. Tapi anak yang menggemaskan." balas Kaka Sasuke lagi seraya mencubit kedua pipiku gemas. Aku tersenyum menerima perlakuan kak Sasuke. Entah mengapa aku menyukainya.
Lalu dari belakang orang yang aku tolong berambut merah mendekat dan kak Sasuke beranjak tapi sebelum itu dia menawariku makan yang langsung aku angguki karena memang lapar.
Orang itu duduk di sampingku dan wajahnya tertunduk lesu. Meski pelan aku dapat mendengar permintaan maaf keluar terus dari bibir pinknya. Aku memaafkan karena memang tak ada yang perlu di maafkan. Aku menolong orang itu dengan iklas. Setelah permintaan maaf kita berkenalan dan namanya sangat keren. Sabaku Garaa dan dia seorang manager di salah satu mall di distrik C.
Usai berbincang bincang banyak dan juga mengetahui nama teman kak Sasuke satunya yaitu Hyuga Neji, aku di suapi oleh kak Sasuke memakan bubur. Ku lihat Yota juga lahap menyantap hidangan bento restoran cepat saji. Juga di sampingnya sudah ada burger, kentang goreng di tambah minuman soda. Aku sesekali melirik makanan Yota karena aku juga ingin merasakan apa yang di makan Yota.
Kak Sasuke yang menyadari itu segera mengacak rambutku pelan dengan senyumnya yang membuat dia semakin tampan dengan kedewasaannya. "Sehat dulu nanti apapun yang kamu mau akan aku turuti."
Sontak saja mataku berbinar. Aku tak menyia-nyiakan itu." Benarkah?" tanyaku sekali lagi dan mendapat anggukan semangat dari kak Sasuke. "Baiklah kalau begitu apa boleh besok aku meminta bento kaya punya Yota?"
"Akan aku belikan besok tapi hari ini makan ini dulu." aku senang bukan main. Bento yang selama ini banyak tayang di tv aku akan ikut merasakannya.
"Bukan hanya dari Sasuke, bila kau ingin sesuatu katakan padaku dan aku akan menurutinya." sahut kak Garaa dan aku angguki semangat. Aku memutuskan memanggilnya kak Garaa dan kak Neji.
Hari semakin larut dan saat ini aku di ruangan bersama kak Sasuke karena Yota harus pulang mengingat besok dia masih harus sekolah. Kak Sasuke dengan telaten merawat dan menemaniku mengajak bicara. Dia juga berkata kalau aku sudah pulang dia akan keluar beberapa hari untuk mengunjungi kakaknya. Aku sih tak keberatan asal ada kabar. Aku selalu mudah panik bila sudah dekat denganku pergi tanpa kabar.
Bagiku sebuah hubungan baik di mulai dari komunikasi. Aku sudah menganggap kak Sasuke sebagai kakakku sendiri. Aku nyaman dekat dengannya dan aku senang bercerita banyak tentang semua hal dengannya. Aku memang orang yang sangat terbuka tapi kadang ada kalanya aku juga memendam sendiri apa yang perlu aku pendam tanpa ada yang tahu termasuk Yota.
Malam semakin larut tapi aku tak bisa memejamkan mata. Ku lihat kak Sasuke sudah tidur di sofa dengan kedua tangan bertumpu di dada. Aku memperhatikan wajahnya yang sangat tampan dan damai. Pasti banyak sekali wanita yang memujanya. Sungguh beruntung sekali dirinya di karuniai paras yang menawan, tubuh sempurna dengan otot yang kokoh, di tunjang lagi dengan kekayaan yang aku yakini dia cukup kaya raya melihat setiap barang yang di kenakan selalu bertengger lebel ternama.
Aku menyalakan tv untuk mengusir kesunyian. Saat tengah fokus aku melihat pintu terbuka dan muncul kak Garaa bersama dengan kak Neji. Mereka datang membawa bungkusan yang cukup banyak. Kak Garaa menghampiriku dan meletakan bawaannya di meja.
"Kau harus banyak istirahat Naruto. Ini sudah larut malam." ujarnya yang aku angguki saja. "Kenapa belum tidur, hm?"
"Aku tidak bisa tidur kak. Mataku sulit di pejamkan selain itu punggungku juga sakit saat di gunakan untuk berbaring." ucapku jujur.
"Apa perlu penyangga? Misalnya tambahan bantal?" tawarnya.
Aku berfikir mungkin dengan tambahan bantal rasa sakit di punggung ku akan sedikit lebih baik. Lantas aku mengangguk. Kak Garaa meminta kak Neji mencari bantal dan tanpa pikir dua kali dia beranjak keluar ruangan setelah memberi kecupan di kening. Aku mengerutkan keningku melihat tingkah keduanya. Sungguh sangat aneh, apa kak Garaa adik kak Neji? Tapi tak ada kemiripan sama sekali di antara mereka. Ah otakku pusing berpikir keras. Namun aku penasaran. Dan aku memilih bertanya untuk mengobati rasa ingin tahuku.
"Maaf kak, apa kak Garaa dan kak Neji saudara?"
Tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Kita Satu
RomanceNaruto atau Uzumaki Naruto adalah seorang remaja yang besar di panti asuhan. Dia di temukan di depan gerbang panti oleh pemilik sekaligus pengelola. Naruto di temukan di dalam kotak kardus hanya dengan sehelai kain tipis yang menyelimuti tubuh mungi...