Sorry kalau cerita kali ini mulek dan gak beraturan. Maaf ya....
Setelah menghubungi Shikamaru tak berselang lama ponsel Naruto berdering dan pesan singkat menandakan pulsa masuk. Aku memberi tahu Naruto kalau aku mengisi pulsanya dan dia protes karena hal itu tak perlu aku lakukan. Melihat diriku sehat dan bisa pulang ke keluarga sudah membuatnya bahagia. Naruto tak mau tahu siapa aku dan siapa Uchiha, yang dia tahu menolong dengan iklas. Selama aku tinggal Naruto sama sekali tak bertanya siapa aku dan dari mana aku dan apa statusku, kenapa aku bisa begini. Dia hanya bertanya nama dan apa aku punya keluarga. Setelah aku menjawab aku punya keluarga dia tak bertanya lebih.
Aku memberitahu kalau aku akan kembali. Dia semangat dan memasak masakan sebagai salam perpisahan tak lupa baju kotorku dia masukan ke dalam paperbag karena belum sempat dicuci. Setelah satu jam dan Yota sudah pulang dari sekolah. Bocah itu kini membatu Naruto menyiapkan makanan dan menata ruang serbaguna agar menjadi ruang makan. Saat Naruto dan Yota menata semua makanan pintu rumah di ketuk dan aku membuka untuk meringankan kerja mereka. Di depan pintu kini berdiri Shikamaru, Neji, Sai dan Lee. Mereka berempat menatapku tak percaya dengan luka lebam yang masih jelas di wajah.
"Siapa tuan?" tanya Naruto dari dalam namun tak aku jawab dan dia muncul dari dapur dengan membawa semangkuk sup jamur. "Apa itu teman-teman tuan?" aku bergumam menjawab pertanyaan Naruto dan dia dengan senang hati mengajak semua masuk dan menikmati makan sore. Setelah semua siap kami semua mulai makan. Aku melihat ekspresi semua temanku yang cukup unik dan selanjutnya mereka makan dengan sangat lahap. Bahkan Lee dengan ragu-ragu bertanya apa boleh minta tambah dan Naruto mengiyakan permintaan Lee. Begitu dapat ijin dia dengan gesit menambah porsi di ikuti yang lain setelah Naruto mengijinkan yang lain untuk tambah. Yota tertawa riang melihat semua. Dia berujar kalau hal ini mengingatkan mereka saat di panti dulu. Dimana setiap kali Naruto yang masak selalu memasak dua kali lipat banyaknya dikarenakan semua penghuni pasti minta tambah.
Aku senang dan jujur berat meninggalkan apartemen Naruto meski apartemen ini sangat kecil dan jauh dari kata nyaman untuk lingkungan. Tapi di dalam terasa sangat nyaman dan bersih. Setelah selesai semua teman-temanku mengambil semua apa yang aku minta. Yota dan Naruto terkejut melihat semua barang yang datang. Dia menolak tapi aku memaksa karena ini semua tak ada apa-apanya di banding dengan kebaikannya. Tv yang lama aku suruh buang, bersama ponsel Naruto. Futon yang lama juga tas, sepatu dan masih banyak lagi semua aku ganti yang baru. Yota menangis haru dalam pelukanku. Naruto tak bisa berkata-kata lagi selain ikut menghambur dalam pelukanku dan menumpahkan rasa terimakasih disertai tangis haru.
Jujur rasanya sangat berat aku meninggalkan tempat Naruto. Tempat ini terasa sangat hangat dan penuh kasih sayang. Aku dan yang lain kini sudah berada didalam mobil dengan jendela kaca terbuka menyaksikan Naruto dan Yota masih membersihkan sisa air mata di pipi masing-masing. Setelah cukup berpamitan mobil membawaku ke sebuah mansion besar milik keluarga Uchiha. Aku turun membawa paperbag yang berisi pakaian kotor dan menyerahkannya ke pelayan. Ibu menyambutku dengan pelukan dan tangisan. Aku melihat raut wajah khawatir namun sekilas dan tergantikan wajah bahagia tak sampai ke hati.
Aku tak terlalu suka dengan interaksi yang tidak tulus dan memutuskan masuk ke kamar berganti pakaian kerja. Aku melepas kaus pemberian Naruto dan menyimpannya baik-baik. Ini adalah satu-satunya kenangan dari Naruto selain semua perhatiannya. Entah mengapa aku ingin kembali ke apartemen kecil itu. Melihat Naruto tersenyum bahagian membuatku senang.
Aku yang sudah berganti pakaian dengan jas formal segera keluar. Di ruang tamu masih menunggu teman-temanku yang berbicara dengan ibu entah membicarakan apa. Melihat aku turun dari lantai dua mereka semua berdiri menatapku. "Kau sudah akan ke kantor Sas?" tanya Lee yang aku angguki saja. Aku melangkah pergi tanpa pamit pada siapapun. Itu sudah menjadi hal biasa terjadi di rumah besar ini. Tak ada kasih sayang yang tulus, yang ada hanya bagaimana cara menambah pundi-pundi kekayaan.
Aku memilih satu mobil dengan Shikamaru yang lebih pendiam dan lebih mengerti akan kondisiku. Dia akan bicara bila di perlukan dan seperlunya setelah itu dia lebih memilih bungkam menyaksikan semuanya. Kalau Neji dia tidak cerewet juga tidak pendiam. Dia bicara dan selalu memberi nasihat serta peringatan jika aku mulai melenceng. Sedangkan Lee, dia penghibur di segala suasana. Dia selalu bisa membuat persahabatan ini lebih berwarna dengan ocehannya yang kadang tidak masuk akal.
Setelah sampai di perusahaan aku tidak terkejut dengan tumpukan berkas di meja kerjaku. Tenten memperlihatkan raut wajah khawatir tapi langsung lega setelah aku memberi senyuman dan berbicara kalau aku jauh lebih baik. Tenten keluar dari ruangan ku dan menemui Lee. Dia banyak tanya dan Lee bercerita kalau aku berada di rumah seorang remaja manis berambut kuning. Dan Lee juga menceritakan betapa lezatnya masakan si kuning itu. Bagaimana aku bisa mendengar percakapan mereka? Salahkan Tenten yang tidak menutup pintu ruangan ku hingga aku bisa mendengar apa yang mereka bicarakan.
Aku kembali fokus ke berkas-berkas yang membuatku bosan. Kekayaan Uchiha sudah tak terkira tapi mereka masih ambisius saja. Aku tak memperdulikan perusahaan Uchiha tapi aku fokus ke perusahaan yang aku dirikan sendiri yang kini berada di tangan Yamato. Dia orang yang aku tolong saat kecelakaan 5 tahun yang lalu dan kini pria itu mengabdi sepenuhnya padaku. Alasan kenapa aku memberikan tambuk perusahaan ku di tangannya karena untuk menghindari dari mata-mata Uchiha lainnya. Tapi tidak dengan Itachi. Aku percaya padanya. Dia memilih melepas Uchiha dari pada hidup penuh tekanan yang membuatnya tidak bahagia. Dan aku juga ingin sepertinya tapi tidak sekarang. Aku ingin perusahaan yang aku rintis dari nol lebih berkembang lagi.
Setelah mengecek dan memberi tanda tangan di setiap berkas yang sangat baik aku keluar dari ruangan menemui yang lainnya. Baru beberapa jam saja pisah dengan Naruto aku sudah ingin bertemu lagi dengannya. Apa yang sedang dia lakukan sekarang? Apakah dia nyaman dan menikmati semua pemberianku? Dan bila kalian pikir itu saja yang aku berikan tentu saja jawabannya tidak. Aku membeli apartemen lusuh itu dan membiarkan Naruto tetap membayar iyuran bulanan tapi iyuran itu aku masukkan kedalam rekeningnya yang baru saja di urus oleh Shikamaru.
Aku menuju kantin kantor yang tidak biasanya aku kunjungi. Aku merindukan masakan sederhana Naruto. Aku melihat semua menu yang tersedia dan ada beberapa menu yang pernah Naruto masak. Aku memesan itu tapi setelah makanan terhidang aku kecewa. Rasa ini sangat jauh berbeda dari buatan Naruto. Aku lesu dan tak melanjutkan makan. Shikamaru dan yang lain menghampiriku dan tersadar saat Neji menepuk bahuku pelan.
"Memikirkan sesuatu?" tanyanya penasaran dan aku angguki karena memang kenyataannya aku merindukan Naruto. Perhatian yang dia berikan dalam watu singkat sudah membuat otakku kacau. "Apa si mungil kuning itu?" kini giliran Lee dan lagi-lagi aku angguki. "Bisa ceritakan bagaimana si kuning itu?" pinta Tenten yang tanpa pikir panjang aku mulai bercerita awal mula hingga akhirnya aku meminta Shikamaru menjemput ku. Semua tertegun dengan yang aku ceritakan. Entah itu kagum atau tidak percaya tapi dari semua ceritaku memang tak aku imbuhi atau melebih-lebihkan. Dan malam ini aku meminta Shikamaru mengantarkan ku ke apartemen yang baru aku beli. Mengenai kaos yang di belikan Naruto itu ada di tas kerjaku. Aku tak ingin meninggalkannya di rumah Uchiha. Aku ingin selalu membawanya sebagai pengobat rindu. Apa kalian pikir aneh? Baru bertemu dan tinggal sebentar sudah rindu? Tapi itulah yang aku rasakan aku sangat merindukan Naruto. Sangat!
Sementar begini dulu...
🙏🙏🙏😉
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Kita Satu
RomanceNaruto atau Uzumaki Naruto adalah seorang remaja yang besar di panti asuhan. Dia di temukan di depan gerbang panti oleh pemilik sekaligus pengelola. Naruto di temukan di dalam kotak kardus hanya dengan sehelai kain tipis yang menyelimuti tubuh mungi...