Naruto bagian 2.1

1.1K 154 10
                                    

"Bisa aku minta waktu kak?" pintaku dan di setujui oleh kak Sakura.

Perbincangan ku dengan kak Sakura cukup membuatku pusing. Dia memintaku untuk menggantikannya tapi mengingat kemampuanku dalam komputer yang sangat minim membuat nyaliku ciut sendiri terlebih tanggung jawab besar yang harus ku emban. Aku saat ini menuju perjalanan pulang tapi aku harus belanja terlebih dahulu mengingat ada satu lagi yang mengisi tempat kecil itu.

Sesampai di pasar aku segera menuju tempat sayur, bumbu dapur dan terakhir ikan. Daging adalah menu istimewa yang bisa aku konsumsi bersama Yota. Jadi ikan sudah cukup terkadang ayam sebagai selingan agar Yota tidak bosan. Uang belanja yang aku bawa kali ini cukup untuk belanja 3 hari ke depan.

Aku segera mengayuh sepeda tapi saat di jalan aku melihat teman kak Sasuke yang mempunyai rambut panjang di ikat setengah. Dia sedang mengejar seseorang berambut merah yang berjalan cepat di depannya dengan jarak yang cukup jauh. Aku terus mengamati jalannya mereka dan sudah memarkirkan sepeda di tepi trotoar. Dari arah berlawanan ada sebuah mobil box yang melaju cukup cepat.  Sadar akan jalannya teman kak Sasuke yang tak melihat keadaan aku segera berlari secepat mungkin. Beruntung jarak mobil dan kami masih cukup jauh jadi aku berhasil mendorong tubuh orang itu dan membuat kami terjungkal ke dan membentur bahu trotoar.

Aku meringis kesakitan bahuku menubruk trotoar dan seluruh pejalan kaki teriak histeris. Orang yang aku selamatkan hanya mengalami luka lecet dan tersadar akan kondisiku dia bergegas menopang tubuhku.

"Hei bicaralah. Ku mohon."

Aku tak bisa menjawab pertanyaan yang keluar darinya fokusmu hanya rasa sakit di bahu yang sangat menyakitkan.

"Garaa!"

"Neji, selamatkan dia. Ku mohon. Aku berhutang nyawa padanya."

Selebihnya aku merasakan tubuhku terangkat dan perlahan-lahan semua menghitam.

Garaa pov.

Takut dan bingung itulah yang aku rasakan saat bangun dari keterkejutan ku yang baru saja di dorong seseorang dan tak berselang lama truk box besar melintas. Andai aku tak di selamatkan mungkin saat ini aku...

Rasa takutku bertambah saat melihat seorang remaja meringis kesakitan. Aku langsung meraih kepala remaja itu dan memangkunya dipahaku. Ada darah mengalir di beberapa bagian tubuh tak kecuali kepalanya.

"Hei bicaralah. Ku mohon." aku meringis ikut merasakan sakit melihat rintihannya.

Yang membuatku tambah marah semua pengguna jalan ikut berterima histeris dan kulihat kekasihku Neji panik.

"Garaa!!"

Ku lihat remaja itu kini perlahan mulai kehilangan kesadarannya.

"Neji, selamatkan dia. Ku mohon. Aku berhutang nyawa padanya." racauku memohon pada Neji melupakan kejadian yang membuatku marah padanya.

"Tenang sayang. Tenang kita bawa ke rumah sakit segera. Kau tahan dia sebentar aku menghentikan taxi."

Aku mengangguk patuh dan terus mengguncang tubuh kecil yang ada di pangkuanku. Namu. Sayang sesaat setelah taxi berhenti dan Neji mengangkat tubuh kecilnya dia sudah kehilangan kesadaran.

Taxi melaju dengan kecepatan tinggi. Tak berselang lama taxi berhenti di sebuah klinik. Neji segera keluar dan suster sudah sigap dengan mengarahkan bangkar kearah kami. Tubuh remaja itu sangat kecil dan terlihat sangat rapuh.

Jantungku berdetak sangat cepat. Takut kalau dia terluka parah akibat menolongku. Tubuhku kini sudah merosot ke lantai tak kuat menahan getaran. Neji memelukku memberi semangat kalau dia tidak akan terluka parah. Lalu Neji seakan ingat sesuatu kalau sosok yang baru dia tolong adalah seseorang yang pernah dia datangi.

Dia merogoh kantong jasnya dan menghubungi seseorang.

"Hallo Sasuke."

....

"Datanglah di klinik NU bocah kuning mu saat ini tengah di IGD."

....

"Ceritanya panjang. Kau datanglah langsung. Semoga dia benar bocah kuningmu. Karena aku masih belum yakin.'

Setelah menutup sambungan telpon Neji membelai punggungku dan membuatku nyaman. Dokter keluar dari ruangan remaja itu menghampiri kami.

"Siapa saudaranya?" tanya sang dokter.

"Aku dok. Dia adikku. Bagaimana keadaannya?" entah pikiran dari mana tiba-tiba saja mulutku reflek mengatakan itu.

"Tuan tenang saja. Adik tuan hanya mengalami pergeseran sendi di lengannya dan tidak berakibat fatal. Selain itu luka di tubuhnya hanya luka ringan, tak perlu khawatir dia akan di rawat selama 3 hari semua akan pulih dan disarankan dia di rawat inap karena berat badannya kurang dan imunitas tubuhnya juga rendah."

Aku mengucapkan terimakasih pada dokter dan melihat Naruto mulai di pindahkan. Aku meminta perawat untuk membawanya ke ruangan VVIP. Suster memintaku mengisi data diri dan sialnya aku tidak tau nama remaja itu. Untungnya Sasuke, bos Neji datang dengan wajah sangat kacau bersama anak kecil berambut panjang tapi tampan.

"Apa yang terjadi?" tanyanya.

"Dia menolongku dari kecerobohanku menyebrang jalan sembarangan. Maaf."

"Aku tak menyalahkanmu Garaa. Tapi dimana Naruto sekarang?"

Aku menuntun Sasuke masuk ke dalam ruangan Naruto dimana Naruto masih memejamkan mata dengan lilitan perban di beberapa bagian tubuhnya. Anak kecil yang di ajak Sasuke sontak menangis menjatuhkan diri di samping bangkar Naruto. Sasuke segera mengangkat tubuh kecil itu dan memeluknya erat. Aku tak pernah melihat Sasuke sepeduli itu pada orang lain. Selama aku mengenalnya 3 tahun yang lalu dimana awal hubunganku dengan Neji, Sasuke adalah sosok dingin dan tak tersentuh.

Tapi kini dia di hadapanku tengah memeluk anak kecil dan menenangkannya, menguatkannya kalau sosok kuning itu akan baik-baik saja.

"Maaf!" kali ini Neji memelukku serta membisikan kata "maaf" yang langsung aku angguki. Sejujurnya itu bukan sepenuhnya salah Neji, tapi aku juga ikut andil mengingat aku begitu saja mengambil kesimpulan tanpa mendengar penjelasannya dimana aku melihat wanita itu menindih tubuh Neji.

"Bukan salahmu. Ini juga salahku tak mendengar penjelasanmu." balasku membalikan badan dan memeluk tubuh kokoh miliknya.

"Terimakasih. Tapi tadi itu memang bukan mau ku. Dia datang dan merayuku namun saat ku dorong dia malah mendorongku dan kakiku tersandung meja hingga aku terjatuh dan menariknya. Kesempatan itu dia gunakan untuk menerjangku. Aku sudah berusaha lepas tapi usahaku kurang dan membuatmu melihat hal itu."

"Tapi, apakah perempuan itu orang yang di jodohkan oleh orang tuamu?"

"Sialnya iya. Aku tak menyangka Anko akan senekat itu. Tapi kamu tenang saja. Aku sudah membatalkan perjodohan itu dan aku keluar dari Hyuga."

"Lalu bagaimana dengan Hinata?"

"Dia mengerti kondisiku. Jangan khawatir, selain Hinata ada Hanabi yang akan mengisi kekosongan Hyuga. Dan sesuai janjiku dulu kalau aku akan selalu bersamamu apapun yang terjadi."

Aku mengangguk dan memeluk Neji lebih erat. Tak berselang lama aku mendengar lenguhan dari bangkar dan ku lihat remaja itu sudah sadar. Aku sangat bersyukur akan hal itu. Aku tak berhenti berucap syukur pada Tuhan telah membuat dia sadar.




















Tbc.
Oh ya catatan.
Cerita selanjutnya masih Naruto bagian 2 karena disini aku mau menyambungkan situasi tapi melalui karakter lain. Terimakasih

Cinta Kita SatuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang