Naruto bagian 4

899 131 13
                                    

Aku saat ini sudah berada di makan bunda Karin. Rumput liar sangat rimbun mengingat aku tak bisa membayar biaya makan jadi membuat makan ini sangat tidak terurus. Aku di bantu paman Hidan membersihkan makan mulai dari memotong rumput dan nyapu. Kini aku sudah memiliki tabungan cukup pemberian kak Sasuke setiap minggunya jadi uang itu bisa aku gunakan untuk membayar jasa pembersihan makan. Paman Hidan membantuku dengan sungguh-sungguh bahkan dia membeli beberapa gunting rumput dan alat lainnya yang aku tidak tahu namanya.

Selesai membersihkan makam bunda yang kini tampak cantik dengan batu nisan yang di cat dengan vas kecil di kedua sisinya untuk menaruh bunga segar selain bunga tabur. Aku menangkupkan kedua tangan memanjatkan doa untuk bunda Karin. Selesai memanjat doa aku memandang sendu makam itu sesekali tangan ini mengelus nisan dengan penuh kasih sayang.

"Bunda!" nada lirih keluar dari mulut ku menahan air mata penuh kerinduan. "Aku dan Yota sekarang bahagia. Kak Sasuke sangat baik dan juga perhatian. Maaf kalau aku mengecewakan bunda. Aku dan kak Sasuke menjalin hubungan kasih. Aku sangat menya_ah tidak aku sangat mencintai kak Sasuke. Hidup kami semua sangat baik dan bahagia terutama Yota. Dia jadi anak yang mempesona. Bunda baik-baik di sana ya... Tunggu aku, Yota dan kak Sasuke, nanti kita bersama di atas sana tapi bunda harus bersabar karena akan sedikit lama karena aku ingin melihat Yota tumbuh dewasa dan membangun keluarga kelak. Oh ya aku lupa memberi tahu kalau aku kesini di temani paman Hidan. Dia bekerja dengan kak Sasuke menjadi sopir pribadi kami tapi aku menganggapnya sebagai pamanku sendiri karena sangat baik." Aku mencurahkan semua isi hatiku pada bunda.

Selesai berbincang-bincang sendiri di depan makan bunda aku memutuskan untuk pulang. Namun mataku tertuju pada sosok laki-laki yang termenung menatap nisan kecil di area makan anak dan bayi. Surai itu sama denganku dan nona Naruko. Aku masih sangat ingat meski perjumpaan ku dengannya sangat singkat. Bagaimana kabar nona Naruko saat ini ya? Apa dia masih cerewet dan penuh semangat? Pikiranku masih berputar hingga tepukan pelan menyadarkan ku.

"Tuan!" panggil paman Hidan pelan. "Apa ada sesuatu yang mengganjal di pikiran anda?"

"Ah maaf paman. Aku hanya teringat dengan seseorang yang ku kenal dulu. Kalau paman bertemu dengan nya pasti akan berfikir kalau aku dan dia adalah saudara kembar."

"Apa dia laki-laki?"

Aku menggeleng pelan. "Tidak. Dia gadis yang termanis yang pernah ku temui selain itu,... dia juga sangat gesit."

Aku kembali melangkah namun terhenti saat melihat dia sosok berjalan menuju pria yang duduk di depan makam kecil. Aku tersenyum karena dia adalah sosok yang baru aku bicarakan. Nona Naruko Namikaze. Tak ingin mengganggu momen mereka aku kembali melangkah namun belum terlampau jauh aku mendengar teriakan namaku.

"Naruto!!"

Aku menoleh mendapati Naruko berlari dan yang tak terduga dia menerjang ku dengan pelukan. Isakan kecil keluar dari bibir mungilnya membuatku tersenyum.

"Ssttt.... nona kenapa nangis?" tanyaku lembut sembari menepuk punggung agar tangisnya reda.

"Kau kemana saja hiks... aku hiks.... mencari mu kemana-mana....Ruto jahat hiks...."

"Maaf ya... maaf.... Aku pergi juga ada alasan. Aku di ajak seseorang untuk memulai hidup baru. Banyak masalah yang terjadi."

"Tapi hiks... tapi kenapa ponsel Ruto tidak bisa di hubungi?"

Aku tersenyum tanpa sadar mencubit pipinya yang chubby. "Waktu itu setelah bertemu denganmu siangnya aku kecelakaan kecil dan harus di rawat di rumah sakit. Maaf ya...."

"Apa parah?"

Aku menggeleng pelan.

"Aku senang bisa bertemu lagi denganmu Ruto. Aku sampai melewatkan doa untuk kakak kembarku."

Cinta Kita SatuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang