Sasuke bagian 1

1.8K 202 6
                                    

Selamat malam semua...
Aku up cerita ini dan semoga kalian suka😉

















Pagi yang membosankan. Itulah yang aku jalani selama 30 tahun aku hidup. Ibuku tak pernah bosan menawarkan wanita yang membuat perutku mual hanya dengan melihat wajahnya yang penuh dengan make up dan juga pakaian yang kurang bahan. Aku normal tentu saja tapi aku punya pandangan tersendiri mengenai wanita yang menarik. Seperti sahabat baikku Tenten. Gadis cina ini benar benar sangat unik dan juga sangat mandiri. Dia berpakaian sangat rapi tapi tetap menonjolkan kesan cantiknya yang natural.

Aku sempat jatuh cinta dengannya dan mengutarakan isi hatiku tapi semua tak sesuai harapan. Gadis itu ternyata menjatuhkan pilihan hatinya pada sahabat baik dan juga rekan kerjaku Lee. Tenten sangat memuja Lee. Pribadi Lee yang terbuka dan selalu positif thinking lah yang membuat Tenten menggilai Lee. Aku patah hati? Tentu saja. Tapi aku bukan pria egois yang akan memaksakan cintaku untuknya.

Siang ini aku ada jadwal meeting dengan salah satu perusahaan yang besar milik paman sahabatku yang lainnya. Hyuga Hisashi adalah paman Hyuga Neji sahabatku sejak bangku Junior hight school bersama dengan Nara Shikamaru yang seorang Detektif yang terkenal akan kejeniusannya. Sedangkan Rock Lee aku mengenalnya saat Senior hight school. Kita berempat berteman baik hingga Shikamaru lebih memilih bekerja bersamaku dari pada meneruskan jejak sang ayah dan menyerahkan semuanya kepada adik kecilnya Shikadai.

Usai rapat pengembangan bisnis hotel dan mall di desa, aku memilih pulang ke apartemen yang baru aku beli beberapa hari akibat bosan melihat tingkah ibu yang selalu saja menjodohkan ku dengan perempuan menjijikkan. Sayang atau kesialan mobilku mengalami pecah ban dan harus menepi. Aku berulang kali menghubungi bengkel namun setelah setengah jam baru ada tanggapan dan montir akan datang 15 menit mengingat saat ini aku berada di jalan yang cukup jauh dari hiruk pikuk perkotaan. Menunggu membuatku bosan. Aku keluar dari mobil namun baru menyandarkan diri segerombolan preman menghampiri dan mulai memalak. Perlawanan yang aku berikan tak membuahkan hasil karena jumlah mereka sangat banyak kurang lebih ada 10 orang dengan badan sebesar tubuhku bahkan ada yang lebih. Seluruh tubuhku luka lebam terlebih di area wajah.

Tak sampai di situ saja, mereka menyeretku cukup jauh dari mobil dan membuang ku di semak-semak. Mereka berhasil mengambil uang cash dan beberapa barang yang ada di tubuhku seperti arloji, kalung, cincin serta ponsel. Mereka membuang dompet tepat di mukaku. Mereka tak mengambil ATM, credits cart, tanda pengenal serta surat mobil dan surat ijin mengemudi ku. Aku tak tau maksud mereka tapi dari dugaanku mereka hanya butuh uang untuk bersenang-senang dengan alkohol, narkoba dan b*cht. Aku tak mempermasalahkan hal itu. Hanya beberapa dolar, ponsel dan perhiasan yang bisa aku beli.

Tubuhku sudah tidak kuat namun sebelum kesadaran ku habis sosok malaikat berambut pirang datang menghampiriku dan terus memanggilku tuan. Setelah itu aku tak sadarkan diri hingga waktu yang tak aku tau berapa lama. Pertama kali yang aku lihat adalah  atap berwarna putih usang serta ruangan yang aku simpulkan sebuah rumah miskin. Setelah kesadaran ku pulih, ternyata malaikat yang menolongku adalah seorang remaja yang aku pikir berusia 17 thn menghampiriku dengan wadah berisi air dan handuk kecil. Dia tersenyum dan membantuku duduk. Tangan mungilnya mulai menyapukan handuk kecil di sekitar wajahku. Hangat dan perih itu yang ku rasakan. Setiap kali aku mengeluarkan rintihan kecil dia mulai meniup pelan dimana dia baru saja menaruh handuk itu di wajahku. Dia menuju ke kanan ruangan setelah selesai membersihkan wajahku dan kembali membawa kotak obat. Lagi-lagi dia dengan sabar dan ketelitian menaruh cairan merah di kapas dan mengoleskan di lukaku. Perih tapi tak lama dan berangsur dingin. Dia membuka plester dan memplester setiap luka yang perlu di lindungi.

"Kakak, ada surat dari guru untukmu." ucap bocah kecil berambut hitam kecoklatan yang baru saja keluar dari kamar. Remaja yang menolongku segera menerima dan membaca sekilas dan berucap sambil tersenyum manis. "Nanti kakak akan ke sekolahmu menjelaskan kalau kakak bisa membayar nanti di akhir bulan setelah kakak gajian." Bocah kecil itu mengangguk senang lalu beralih mengambil kotak obatku dan mengembalikannya. Dia kembali menoleh padaku dan tersenyum. "Tuan istirahat dulu ya. Mau berbaring atau duduk?" Duduk adalah pilihanku karena aku tak ngantuk sama sekali. "Baiklah kalau begitu. Aku akan masak dulu dan Yota tolong kamu mengerjakan tugas di sini saja menemani tuan ini." Bocah kecil itu tak membantah dan menuju kamar lalu kembali dengan ransel usang dan menguarkan buku yang dia butuhkan.

Aku tak melakukan banyak hal selain mengamati kegiatan bocah di sebelahku. Aku melihat tugas yang dia kerjakan dan itu cukup sulit untuk anak seusianya dan dia dengan gampang mengisi tabel perkalian dan pembagian seakan sudah di luar kepala. Selesai mengerjakan matematika dia mengeluarkan buku lain dimana tertulis pelajaran bahasa. Lagi-lagi tugas itu mampu dia kerjakan dengan sangat cepat. Apakah dia sangat jenius hingga tugas mampu dia kerjakan hanya dalam waktu singkat? Selesai mengerjakan tugas dia mengeluarkan buku yang membuatku terkejut. Buku tentang pelajaran sains dimana pelajaran itu tidak untuk bocah yang aku yakini baru berusia 8 tahun.

"Berapa usiamu?" tanyaku dengan nada datar. Dan dia menoleh dan menjawab 8 tahun lalu fokus lagi dengan buku yang dia baca. "Apa kau mengerti apa yang kau baca?" tanyaku lagi karena di buat penasaran. "Tentu saja. Aku sangat paham dengan ini. Disini tertulis tentang cara membuat berbagai macam eksperimen mengenai pembuatan bermacam-macam alat untuk mengukur suhu, membuat cara kerja jantung dan paru-paru serta membuat eksperimen bagaimana gunung berapi meletus. Meski aku sekolah dengan beasiswa tapi tidak dengan buku dan iuran kas kelas. Aku menunggak 3 bulan makanya guru memberi kakak surat. Selama 3 bulan ini kakak mati-matian mencari apartemen dengan sewa seminim mungkin agar aku bisa lanjut sekolah dan usaha tidak menghianati hasil. Seminggu yang lalu kita dapat tempat ini dengan sangat murah meski tidak sebesar dan sebersih yang sebelumnya tapi kakak puas karena uang hasil kerjanya bisa buat membayar uang sewa dan biaya sekolahku."

"Orang tua kalian?" "Oh orang tua, kami tidak punya. Kami besar di panti asuhan dan setelah bunda meninggal aku memutuskan ikut kakak kemana kakak pergi. Sedangkan yang lain pindah ke panti asuhan lain." Aku terkejut dengan penjelasan yang keluar dari bibir bocah kecil itu. Di usia yang terbilang membutuhkan waktu bersenang-senang untuk bermain harus tersita karena kondisi yang memprihatinkan. Aku penasaran dengan si pirang. Kira-kira berapa usianya. "Lalu kakak mu berapa usianya?" Bocah itu mengetuk keningnya dengan pulpen. Dia lucu, cara berpikirnya membuatku gemas. "Kalau tidak salah nanti tanggal 10 Oktober kakak berusia 18 tahun." "Itu artinya dia tidak sekolah?" Tanyaku yang di angguki oleh bocah itu semangat. "Kakak tidak sekolah sejak bunda Karin meninggal berarti tepat setelah kelulusan kakak dari bangku junior hight school."

Aku kembali diam menikmati kesunyian ini. Tak berselang lama dia kembali dengan apron di tubuh mungilnya memperlihatkan lekuk tubuh rampingnya. Meski laki-laki dia memiliki tubuh yang ramping. "Ku dengar percakapan yang sangat mengasikan dari dapur. Sedang mengobrol kan apa?" "Bukan apa-apa kak. Hanya bertanya kecil saja. Oh ya lupa siapa nama tuan?" "Uchiha Sasuke." Jawabku singkat dan mulut keduanya membulat lucu. Tanpa sadar sudut bibirku terangkat membentuk senyuman. "Namaku Yota dan ini kakakku Naruto atau Uzumaki Naruto." "Baiklah sampai disini saja dulu bicaranya. Yota segera masukan semua buku ke dalam tas lalu bantu kakak membawa makanan kesini."

Meski hidup berdua aku bisa melihat kebahagian terpancar jelas di wajah keduanya. Kemiskinan tak membuat mereka sedih justru membuat ikatan mereka terjalin lebih erat dan indah. Aku sungguh iri. Kapan keluargaku harmonis? Kakakku Itachi lebih memilih lepas dari Uchiha setelah mendapat tamparan dari ibu dan ayah setelah dirinya mengakui kalau dia Homo atau menyukai sejenisnya yang punya senjata di antara kakinya. Sejak saat itu seluruh perusahaan beralih ke padaku. Namun aku tak berbangga diri. Aku juga merintis perusahaan ku sendiri untuk berjaga-jaga dari sesuatu yang di luar jalur. Entah mengapa sejak semua beralih padaku aku memiliki firasat yang buruk. Terlebih keluargaku menuntut adanya kesempurnaan.















Bila berkenan tinggalkan jejak. Terimakasih☺️☺️☺️

Cinta Kita SatuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang