Aku saat ini sudah berada di kota D di temani Shikamaru, Neji dan Lee. Meeting kali ini bergabung antara beberapa perusahaan seperti perusahaan Uchiha. Aku melihat Itachi kakakku menggantikan posisiku sebelumnya. Dia terlihat kusut tapi tetap memancarkan aura kepemimpinan. Di sampingnya ada perempuan manis berpakaian sopan dan membiarkan rambutnya terurai indah. Aku dapat melihat kalau gadis itu sangat perhatian pada kakakku.
Saat meeting di mulai pandangan Itachi tak pernah lepas ke arahku. Percaya akan ikatan keluarga yang kuat? Aku percaya. Aku yakin Itachi tahu kalau ini adalah aku. Setelah meeting selesai Itachi mengajakku bicara sebentar.
"Ano... apa kau Sasuke?" tanya Itachi lirih dan ada keraguan ah bukan lebih tepatnya takut. Takut kalau dia hanya salah orang.
Aku berusaha menenangkan diri di balik wajah dinginku dan tersenyum padanya. "Maaf, saya bukan Sasuke. Nama saya Ryusuke." jawabku setenang mungkin dan dapat ku lihat ada keterkejutan di wajahnya. "Apa aku mirip orang itu?" tanyaku hati-hati.
"Banyak. Cara bicaramu, cara berjalan hingga sikap dinginmu persis Sasuke adikku. Hanya saja senyum kalian. Karena jujur aku tak pernah melihat adikku tersenyum di depan orang banyak meski dalam meeting. Tapi anda? Anda sangat ramah dan murah senyum." kata Itachi jujur.
"Terimakasih atas pujian anda tuan Uchiha. Tapi saya lihat anda begitu mengenal staff saya. Apa kalian saling kenal?" tanyaku
"Tentu saja, mereka semua teman-teman mendiang adik saya. Yaa itulah yang aku tahu karena setelah adik saya menghilang tak lama datang kabar duka kalau dia meninggal." jelas Itachi sangat sedih dan aku bisa melihatnya itu. Dalam hati aku terus mengucapkan maaf karena inilah jalan yang aku tempuh.
"Aku turun berduka tuan Uchi__"
"Panggil saja aku Itachi. Entah mengapa aku ingin kita lebih dekat." katanya memotong ucapanku yang langsung setujui.
"Tentu saja. Boleh aku memanggil anda kakak? Ku rasa umur anda jauh di atas saya." kataku lebih mengakrabkan diri agar kecurigaannya sirna.
"Tentu saja. Aku sangat senang kau bersedia memanggilku kakak. Terimakasih atas semua baik kerja sama maupun persaudaraan yang baru kita jalin ini." Itachi mengulurkan tangan yang langsung aku sambut dengan genggaman erat. Meski sebenarnya aku juga sangat merindukan kakakku ini tapi aku rasa ini cukup.
Setelah perbincangan kecil ini aku memutuskan untuk pulang. Sesampai di rumah aku di buat heran karena biasanya akan ada suara tv atau game maupun celoteh kekasih kecilku itu tapi kali ini sangat sepi. Ku telusuri sudut rumah lantai bawah bahkan taman belakang tapi tak ada dann
aku memutuskan untuk naik dan langsung menuju kamarku. Saat membuka pintu hatiku langsung nyeri mendengar dan melihat dua sosok yang aku sayang tengah menangis pilu. Apa yang sebenarnya terjadi dan kenapa mereka menangis.Perlahan aku mendekat dan merengkuh keduanya. Ku lirik Naruto tengah memangku foto kenangannya semasa di panti asuhan. Kini yang bisa aku simpulkan adalah mereka merindukan sosok yang ada di foto itu. Tak ada kata yang keluar dariku hanya usapan lembut ku salurkan di punggung Naruto dan Yota. Cukup lama akhirnya tangis Naruto reda dan di ganti dengan nafas yang teratur karena tertidur akibat kelelahan menangis. Sementara Yota masih segukan. Aku menggendong Naruto dan menaruhnya di di kasur dan menyelimutinya sementara itu Yota tak beranjak dan hanya duduk sesekali menyeka air matanya yang masih mengalir.
Aku mendekati Yota dan mengajaknya duduk di sofa sudut kamar. Aku ingin tahu apa yang terjadi hingga mereka berdua seperti ini.
"Duduklah dulu kakak akan mengambil air untukmu." perintahku dan di anggukinya.
Aku bergegas turun dan mendapati Hidan menata masakan ke dalam box dan di masukan ke dalam kulkas.
"Hidan!" panggilku saat dia mulai menutup kulkas.
"Ya tuan Ryu!" jawabnya dan membungkuk memberi hormat.
"Apa terjadi sesuatu?"
"Benar tuan."
"Apa itu sangat menyakiti Naruto?"
"Sangat tuan." sangat lemah. Ku tahu Hidan sudah menganggap Naruto lebih dari tuannya.
Balasan yang di berikan Hidan sungguh membuatku penasaran. Apa yang terjadi. Ingin sekali aku menanyai Hidan tapi ingat Yota yang membutuhkan dukungan dan sandaran aku bergegas naik ke atas dengan segelas susu di tanganku. Sesampai di kamar aku mendekati Yota dan memberikan susu untuknya.
Yota menatapku dengan mata melotot yang mengisyaratkan aku bukan anak kecil tapi aku tak peduli yang ku tahu dia harus minum. Bukankah susu baik untuk segala usia? Yota menerima susu itu ogah-ogahan tapi tetap menerima dan meminumnya. Aku memilih duduk sambil melepas sepatu juga jas kerjaku karena aku belum melepas itu semua dan dasi ini cukup mencekikku.
"Kak Naruto bertemu keluarga kandungnya." kata Yota tiba-tiba membuatku berhenti melepas dasi dan menatapnya penuh tanya.
"Kakak punya saudara kembar dan dari keluarga terpandang. Namun mereka sepertinya enggan menerima kenyataan itu terlebih kakak jujur kalau dirinya gay. Pandangan tak suka jelas dia terima dan itu membuatnya terpukul. Aku meminta kakak tak menemui keluarga itu lagi. Aku marah kak sangat marah. Tapi aku bisa apa. Melihat kakak tadi sudah cukup membuatku sakit dan sesak. Kalau boleh, aku ingin menghancurkan keluarga itu tapi kakak pasti tidak suka. Bantu aku kak Sasuke, bantu aku menghancurkan orang itu. Aku tak ingin kak Naruto terluka seperti ini. Buat mereka menderita dan merasakan sakit yang sama yang di alami kak Naruto."
Tak ada kata yang keluar dari bibirku. Aku hanya merengkuh tubuh kecil Yota dan mulai mengusap punggungnya penuh sayang. Dan tanpa di mintapun aku akan mencari tahu dan membuat keluarga itu merasakan sakit yang di rasakan Naruto. Tak akan aku biarkan mereka mengambil dan mencelakai Naruto karena Naruto milikku seorang. Setelah meminta Yota tidur aku masuk ke ruang kerja menghubungi Kakashi meminta bantuannya. Aku sendiri masih belum mampu untuk menggulingkan seseorang jadi hanya Kakashilah harapanku.
Aku juga memanggil Hidan sosok seperti apa orang yang di temui Naruto di pemakaman dan aku menemui fakta kalau keluarga kandung Naruto adalah Namikaze yang pernah meninta perjodohan pada mantan keluargaku untuk putri tertua mereka. Kakashi yang sudah tahu seluk beluk Namikaze segera memulai aksinya saat itu juga tapi tidak langsung. Perlahan tapi pasti karena akan sangat mencurigakan bila langsung hancur dalam sekejap mata. Akan lebih menyenangkan bermain kotor dan membuat musuh hancur secara perlahan-lahan karena hal itu juga menutupi perbuatannya dari lawan dan hukum. Meskipun dia bisa membeli hukum tapi tidak menarik. Begitulah yang dia katakan.
Setelah berdiskusi aku memutuskan tidur di kamar Naruto. Melihatnya menangis hatiku sangat sakit. Matanya yang kini bengkak dan sisa air mata yang masih membekas di pipi. Aku membelai lembut pipinya yang punya tiga garis layaknya kumis kucing namun tanda itu memberinya kesan makin manis. Aku membaringkan diri di sebelah kanannya dan mulai memeluk tubuh kecilnya yang semakin cubby.
Karena rasa ngantuk yang teramat akhirnya aku terlelap tak lupa memberi kecupan selamat malam di seluruh wajah manis milik kekasihku ini. Aku tidak sabar menyambut ulangtahunnya yang sebentar lagi tapi masalah ini harus aku selesaikan lebih dulu.
Trenggalek, 4 Maret 2022
Hany Haibara
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Kita Satu
RomanceNaruto atau Uzumaki Naruto adalah seorang remaja yang besar di panti asuhan. Dia di temukan di depan gerbang panti oleh pemilik sekaligus pengelola. Naruto di temukan di dalam kotak kardus hanya dengan sehelai kain tipis yang menyelimuti tubuh mungi...