Sasuke bagian 9

235 16 4
                                    

Hari yang aku tunggu telah tiba 3 hari lagi. Tentu saja itu ulang tahun Naruto, hari apa lagi? Aku meminta Yota merencanakan sesuatu kerena aku ingin melamarnya sekaligus. Atau lebih tepatnya kejutan lamaran yang tertutup acara pesta ulang tahun. Mengenai masalah Naruto yang beberapa waktu lalu aku memasrahkan semua pada Kakashi. Cukup melihatnya tersenyum dan ceria lagi sudah membuatku bahagia.

Dari kabar yang aku terima perusahaan milik Namikaze saat ini tengah menangani penurunan penghasilan juga beberapa perusahaan memutuskan kontrak kerja atau tidak memperpanjang lagi kerjasamanya. Bodo amat dengan hal itu. Saat ini aku sedang duduk menikmati secangkir teh hangat dari Naruto selepas kerja, aku sudah berpakaian santai hanya mengenakan kaos abu-abu untuk menutupi lekuk tubuhku yang semakin berotot. Yota tengah sibuk dengan berbagai kertas dihadapannya. Sesekali dia bertanya siapa saja yang perlu di undang dalam ulang tahun Naruto. Daftar pertama jelas Kakashi dan selebihnya adalah teman-teman ku dan beberapa kenalan Kakashi. Itupun atas permintaannya.

Oh ya Itachi juga tak lupa aku undang. Biar bagaimanapun dia adalah kakakku jadi kehadirannya sudah mewakili orang tuaku. Naruto tak mengundang banyak hanya Kiba dan satu lagi aku tak mengenalnya. Katanya dia teman saat bekerja diloper koran. Aku tidak mengajak Naruto membeli pakaian karena semua ukuran tubuh Naruto sudah aku hafal diluar kepala. Kalau Yota dia sama sekali tidak mengundang teman. Baginya teman hanyalah orang yang akan ada saat bahagia dan hilang saat butuh. Sahabat? Baginya sama saja. Belum pernah dia menemukan sosok yang seperti apa yang ada dalam banyak buku. Tapi bagiku itu tidak masalah toh dia masih kecil jadi aku membebaskannya saja. Kalau memang ada yang tulus ingin dekat dengannya pasti akan membuat Yota nyaman untuk menerimanya.

Esok hari di sore yang sama jam 4 aku sudah pulang dan disambut senyum manis milik orang yang paling aku sayangi. Siapa lagi kalau bukan Naruto. Aku menaruh mantel di gantungan sebelah pintu lalu menaruh tas dalam nakas kamar dimana Naruto sudah mengambil kaos santai dan celana selutut untukku berganti pakaian. Aku menyambar baju yang sudah Naruto siapkan lalu melesat menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. 30 menit cukup untuk semua keperluan kamar mandi dan aku turun kebawah dimana Naruto menata beberapa hidangan untuk makan bersama. Yota hari ini terlihat sangat murung. Ada apa dengan anak ini? Aku menatap Naruto meminta penjelasan namun dia hanya bisa menggeleng.

Puas makan malam dengan sajian nikmat seperti biasa aku membantu Naruto membersihkan meja namun sebelum Yota beranjak aku memintanya untuk menungguku di ruang keluarga. Melihat Yota yang kusut sungguh pemandangan yang jarang sekali. Biasanya dia akan stay cool kalau masalah diluaran sana tapi akan pasang badan kalau sudah menyangkut orang yang paling berharga.

Aku menyodorkan kaleng soda sebelum duduk disebelah Naruto yang asik membaca buku. "Seburuk itulah hari ini?"

Yota tidak langsung menjawab karena tengah meneguk soda. "Sebenernya bukan masalah besar hanya hama yang perlu disingkirkan namun sangat sulit."

"Sesulit itulah?"

"Hn. Sangat sampai ingin aku hajar sampai babak belur."

"Jangan berkelahi Yota. Diamkan saja." tegur Naruto namun kali ini aku tidak setuju dengan teguran Naruto.

"Kenapa tidak kamu hajar saja? Apa dia memiliki pengaruh yang sangat besar?" Mendengar pertanyaanku Naruto melotot namun tak ku indahkan karena dia sangat menggemaskan. Pelototannya membuatku ingin melahapnya tapi harus sabar.

"Anak kepala sekolah. Songong, sok keren, sok kuat, sok hebat, sok kaya dan tukang cari perhatian. Aku bisa tahan kalau dia hanya bermodal omongan saja dan itu hanya menyangkut diriku tapi kalau sudah menyangkut orang disekitar ku aku tidak akan tinggal diam."

"Kali ini siapa? Naru atau aku?"

Yota menggeleng. "Bukan. Tapi salah satu teman di sekolah ku. Dia anak yang pendiam. Tidak banyak tingkah dan sayangnya keluarga dia broken home. Ibu dan ayahnya sama-sama bejat dan dia kini memilih tinggal bersama sepupunya. Lantas anak itu bukan hanya menghina tapi juga sudah main fisik. Saat aku tahu kalau dia sedang di bully, aku mencoba menolongnya namun saat aku akan membalasnya dia melarang. Rasanya aku sangat marah. Kak, kalau aku tidak bisa mengontrol diriku dan menghajarnya bisakah kakak membantuku?"

"Aku tidak bisa janji." Jawabku. Karena aku pasti akan mencari siapa yang lebih bersalah. "Aku butuh bukti kalau untuk membelamu dan temanmu itu. Kalau ada bukti itu masalah kecil tapi kalau tidak ada bukti aku bisa apa?"

"Baiklah aku akan mencari bukti. Akan ku buat anak itu hancur."

Tekat Yota ini membuatku sangat suka. Kedepannya akan aku pastikan dia memperoleh pelatihan yang tepat. Apapun pilihannya akan aku dukung namun aku akan tetap mengarahkannya kejalan yang ku mau. Lantas aku mengacak rambutnya meski dia protes namun tetap aku lakukan. Naruto jelas ingin ngomel ini itu namun aku cegah. Aku tak ingin Yota besar menjadi pribadi yang terus diam dan mengalah meski itu baik namun sebagi kakak yang baik aku tetap akan menjadikan anak itu anak yang kuat dan tahan banting. Tau mana saat membalas tau dimana saat dirinya harus diam.

Naruto ijin ke dapur untuk menyiapkan hidangan camilan dan saat yang pas untuk menanyakan kesiapan acara ultahnya yang tentu saja dua hari lagi. Yota menyerahkan buku saku dan beberapa bukti pembayaran jasa dekorasi, catering, dan banyak hal. Aku senang menerima hasil ini. Yota punya orang suruhan kalau kalian penasaran anak sekecil itu aku suruh ini itu, dan tentu saja orang dewasa aku tau siapa dia dan cukup bisa dipercaya.

Tinggal menunggu hari H aku akan mengajak Naruto jalan-jalan seharian penuh biar rumah di dekorasi dan tamu undangan sudah datang tepat sesuai jadwal. Sejujurnya aku masih penasaran dengan anak yang diceritakan itu. Apa aku harus menyelidikinya? Ah aku rasa memang harus mengingat Yota sampai seperti ini. Aku menghubungi. Kakashi untuk meminta bantuannya, dan seperti biasa tidak butuh waktu lama file masuk berisi data anak itu.

Anak kepala sekolah yang ternyata orang tuanya cukup punya skandal yang luar biasa harus dia tutupi dengan uang yang sangat banyak. Istrinya juga tak kalah bermasalah. Ah keluarga kaya gini memang pantas dihancurkan. Aku mengijinkan Yota menghajarnya dan bila ada undangan wali murid bukti ini cukup kuat. Dan untuk yang satunya...... Anak yang malang. Nerd, tapi cukup manis. Aku rasa orang tuanya mati juga tidak masalah. Toh beban semua. Tapi jangan lah, penjara saja atau di buat cacat? Ah tidak, tidak, tidak semua itu akan berdampak pada anak manis ini dan yang pasti Yota tidak akan senang jadi biarkan saja tapi kalau mereka berulah ya aku bisa apa. Yota sangat senang dengan keputusan ini. Dia terlihat lebih santai dan tidak kusut. Naruto datang membawa camilan sehat. Ah pintarnya calonku ini. Lihatlah pantatnya yang bergoyang saat berjalan. Tanganku gatal ingin ini dan itu. Terlebih bagian depannya pasti sangat imut dan kecil.

"Awwu...." kepalaku berdenyut sakit menerima lemparan bola dari Yota.

"Sangat mesum!"

"Siapa yang mesum?" tanya Naruto dan Yota menunjuk ke arahku membuatku tersenyum simpul karena mendapatkan tatapan tajam darinya. Semoga hari-hariku bahagia.



















Trenggalek, 9 Mei 2024

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 09 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Cinta Kita SatuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang