Sasuke bagian 5

1.3K 193 43
                                    

Selamat membaca....















Setelah masuk ke dalam tempat Naruto, Yota yang melihat kedatanganku langsung menghambur memelukku dengan erat. Bocah itu kini terlihat lebih berisi dari sebelumnya. Aku duduk di lantai beralas tikar tradisional menemani Yota yang asik mengerjakan tugas sekolah.

Naruto menyibukkan diri di dapur setelah membuatkan ku teh jahe. Tak berselang lama Yota memasukan semua buku ke dalam tas tapi aku cegah. Aku penasaran dengan hasil kerjanya. Yota dengan senang hati menyerahkan buku tugasnya padaku. Ku teliti setiap tugas yang dia kerjakan dan baru ku tutup setelah puas dengan hasil yang Yota kerjakan.

"Bagaimana sekolah kamu?" tanyaku ingin tahu lebih dalam.

"Jauh lebih baik. Semua yang tuan berikan sangat membantu. Oh ya setelah ujian kenaikan kelas nanti guru berkata kalau aku akan loncat kelas. Aku sangat senang bisa loncat kelas karena itu berarti aku akan menempuh pendidikan ku lebih singkat dan akan menghemat biaya yang di keluarkan kakak."

Tak ada kata yang keluar dari bibirku kecuali senyum dan mengusap rambut Yota. Lagi-lagi ponselku berdering dan nama Ibu terpampang jelas.

"Iya ibu?" ucapku setelah aku mengangkat panggilan darinya.

"Kau membuat malu keluarga Uchiha. Sasuke!" marahnya di seberang

Aku memutar bola mata malas. "Aku tidak peduli." balasku

"Sasuke!"

"Cukup ibu!" bentak ku membuat Yota terkejut. "Aku keluar."

"Apa maksudmu Sasuke?"

"Aku keluar dari Uchiha. Aku akan kirim semua berkas dan semua yang aku dapat dari kalian. Aku bukan boneka ibu dan ayah. Aku manusia yang punya hati yang akan sakit bila aku tak di hargai. Maaf telah mengecewakan kalian tapi itu pilihanku. Aku lebih baik hidup miskin tapi sejahtera dan penuh kasih sayang dari pada bergelimang harta tapi bagai terkurung dalam sangkar dan di atur bagai piaraan. Sekali lagi terimakasih dan maaf."

Aku memutuskan panggilan sepihak dan melepas kartu yang ada di ponselku. Yota yang melihat tingkahku tak berani berkomentar dan meraih lengan kemejaku.

"Tuan jangan marah sama ibu tuan."

"Aku tak marah dengan ibuku. Aku hanya kecewa."

Tak berselang lama Naruto meminta Yota menata meja untuk makan bersama. Menu kali ini sedikit lebih mewah karena aku melihat ada beberapa olahan daging. Setelah semua menu tertata rapi kita semua duduk melingkari meja.

"Bisa pimpin doa tuan?" pinta Naruto yang aku angguki. Menangkupkan kedua telapak tangan dan menunduk aku mulai berdoa. "Tuhan, Allah, Dewa tetaplah memberi kenikmatan dan kedamaian di keluarga ini. Amin."

"Amiin" balas Naruto dan Yota serempak.

Aku suka masakan Naruto dan aku ingin selalu menikmati makanan ini. Keputusanku sudah bulat untuk keluar dari Uchiha jadi mulai saat ini marga itu tak akan lagi aku pakai. Cukup Sasuke dan semoga keputusanku ini tidak salah.

Usai makan aku membantu Naruto dan mengatakan buatanku untuk tinggal sementara disini karena aku yakin orang suruhan Uchiha akan mencariku.

"Naru!" panggilku mengelap piring yang baru di bilas Naruto.

"Ya tuan."

"Jangan panggil aku tuan Naruto. Panggil namaku saja." pintaku.

"Tidak sopan menguat tuan lebih tua dariku. Tapi.... apa tuan tidak keberatan bila aku memanggil tuan dengan sebutan kakak?"

"Itu jauh lebih baik dari pada tuan."

Lagi, kesibukan ini membuat hening di antara aku dan Naruto.

"Naru!" panggilku lagi setelah semua kegiatan mencuci piring dan perjalanan masak selesai.

"Ya?" jawabnya menoleh ke arahku seraya melepas sarung tangan dan meletakan di rak khusus.

"Apa boleh aku tinggal disini sementara waktu?" tanyaku sedikit ragu.

Senyum manis terpatri di bibirnya membuat jantungku lagi-lagi aneh.

"Tentu saja. Kapanpun asal masih betah tinggal di tempat sempit ini." balas Naruto dengan mata menyipit karena tersenyum. Aku senang melihat senyumnya itu.

Usai mencuci piring aku meminjam ponsel naruto dan aku mulai menghubungi Shikamaru melalui ponsel Naruto untuk mengembalikan semua aset dan fasilitas yang aku dapat dari Uchiha.

Tok
Tok
Tok

Bunyi ketukan pintu di rumah Naruto dengan sigap Yota membuka pintu dan mendapati orang yang pernah datang ke tempatnya menjemput ku dan langsung memintanya untuk masuk.

Shikamaru duduk di hadapanku menuntut penjelasan.

"Keputusanku sudah bulat Shika. Aku sudah tidak kuat lagi hidup penuh tekanan." jelasku membuatnya menghela nafas berat.

"Siapkan semuanya dan aku juga akan mundur begitupun dengan yang lain. Kita semua bertahan hanya karena kau bila tidak ada kau untuk apa kita tetap di perusahaan itu."

"Thanks." ucapku tulus.

Shikamaru malah tertawa kecil. "Aku tak menyangka pertemuan mu dengan si kecil kuning itu berdampak sangat besar."

"Apa maksudmu?"

"Kau jadi banyak bicara dan tiga kata ajaib keluar dari mulutmu dengan sangat mulus yang biasanya tiga kata itu seperti sesuatu yang sangat kau emmm...." Shikamaru mengetuk keningnya berfikir keras. "Kau pasti tau maksudku bukan?"

"Hn."

Aku tahu pasti apa yang di katakan Shikamaru. Memang benar semua ucapannya tapi entahlah semua seakan sudah terbiasa di diriku. Aku segera mengeluarkan semua kartu penting atas nama Uchiha dan menyisahkan yang milik pribadiku. Aku juga meminta Shikamaru untuk mengambil beberapa potong pakaian dan sebuah kotak hitam yang aku simpan rapi di laci meja kerja.

Setelah semua selesai Shikamaru bergegas pamit pulang. Sementara Naruto menyiapkan futon untuk mereka tidur.

Malam sudah semakin larut. Naruto dan Yota sudah lelap di alam mimpi sementara aku masih terjaga dan menatap wajah manis milik Naruto. Tanganku terulur menyibakkan poni yang menutupi keningnya. Sungguh indah ciptaan Tuhan. Sosok malaikat tak bersayap dengan segudang kebaikan hati.

Tak bosan aku menatap wajah Naruto dan sesekali menyentuh pipi, hidung dan bibirnya yang mungil. Aku jadi penasaran bagaimana rasa bibir kecil itu? Naruto menggeliat tidak nyaman akibat sentuhan ku. Namun hal itu tak membuatku berhenti. Aku malah tersenyum melihat dia yang tidak nyaman dengan menampakan mimik wajah yang sangat lucu.

Puas bermain dengan wajah Naruto, aku membenahi tidurku menghadap Naruto dan memeluknya. Seakan tahu ada tempat yang hangat Naruto mendekat dan mencari posisi nyaman untuknya. Aku tersenyum melihat reaksi Naruto dan semakin mempererat pelukanku hingga aku terbawa mimpi.







Naruto waktu kecil
Aku selalu nangis saat lihat eps Naru kecil😢

Naruto waktu kecilAku selalu nangis saat lihat eps Naru kecil😢

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Cinta Kita SatuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang