Part 10

272 79 216
                                    

Lara sudah bersiap untuk merobek kertas yang dipegangnya hingga hancur tidak berbentuk ketika dia sadar kalau apa yang dikatakan Arya itu benar; usahanya akan berakhir sia-sia

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lara sudah bersiap untuk merobek kertas yang dipegangnya hingga hancur tidak berbentuk ketika dia sadar kalau apa yang dikatakan Arya itu benar; usahanya akan berakhir sia-sia. Tidak ada gunanya jika dia denial atau merencanakan strategi lain untuk menghindari les privat.

Bagaimanapun, dia tidak akan bisa mengalahkan obsesi Arya pada Sertifikat Berprestasi. Ibarat kecil umpan besar ikan, reward yang disiapkan oleh Bu Naura ternyata sangat efektif untuk siswa anti sosial dan tidak pedulian seperti Arya. Lara berpikir jika saja strategi itu tidak pernah ada, cowok itu tentu tidak akan sudi menjadi tutornya.

Strateginya Bu Naura ternyata ber-damage juga, ya!

Sekarang masalahnya adalah, apakah Lara bisa bertahan selama enam bulan? Cewek itu segera bergidik ngeri membayangkan bagaimana dia menghabiskan menit demi menit belajar bersama Arya dan bagaimana dia harus bertahan dalam penjara yang berisi rumus dan teori. Belum lagi, bagaimana jika misalnya sindrom pusing tiba-tiba menyerang dan membuatnya pingsan? Apakah Arya bisa bertanggung jawab?

Lara melempar lembaran kertas tersebut dan menatap tajam Arya. Jika saja tatapannya mempunyai kekuatan super, dia ingin sekali melumpuhkan otaknya supaya acara belajar-mengajar ini tidak terealisasikan.

Namun sayangnya karena kekuatan tersebut tidak pernah eksis dan Arya sama sekali tidak terpengaruh dengan tatapannya, Lara mendadak merasa dia bisa melihat karakternya sendiri dalam diri Arya. Ternyata selain keras kepala, cowok itu juga bisa berlagak tidak peduli.

Lucunya, Lara baru menyadarinya sekarang. Bagaimana bisa seorang Arya sekeras dirinya? Kekurangannya hanya terletak pada ketidakmampuan bersosialisasi. Jika saja pergaulannya meluas seperti Lara, bukankah kepribadian mereka sama? Bahkan visual keduanya sama-sama unggul.

Bel masuk berdering kembali, membuat Nadya mau tidak mau beranjak dari bangku Hans sementara murid-murid yang masih di luar segera kembali ke bangku mereka masing-masing.

Nadya tadinya ingin nimbrung atau setidaknya menyuarakan kata-kata netral pada keduanya, hanya saja lagi-lagi karakter introvernya menghancurkan ekspektasi.

Lagi-lagi, Nadya menyayangkan sifatnya yang sudah mendarah daging itu.

Oleh karenanya, cewek itu hanya bisa berkata pelan pada Lara, "Ra, gue balik ke bangku gue dulu ya."

Lara balas menatap Nadya seakan baru menyadari eksistensinya, lalu dia mengangguk. Ekspresinya masih kaku dan suasana hatinya belum sebaik itu. Walau Nadya sangat ingin menghibur Lara, dia tidak bisa melakukannya karena ada Arya dan pada akhirnya cewek itu berpikir untuk menghibur saudari tirinya sepulang sekolah nanti.

"Oke, gue akan kerja sama, tapi lesnya nggak harus dimulai besok, kan? Seperti yang dibilang Nadya tadi kalo ini masih terlalu awal dan--"

"Mulainya hari ini," potong Arya dengan nada mengakhiri debat. "Dan nggak ada kata terlalu awal buat kamu karena nilai kamu terlalu rendah, bahkan melenceng jauh dari batas KKM. Saya malah heran kamu bisa naik kelas."

Keeping You as Manito [END] | PERNAH DITERBITKANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang