Part 3

442 106 282
                                    

Andai saja sekarang adalah situasi dalam sinetron, keempat siswa tersebut pastilah akan di-zoom in dan zoom out berkali-kali diselingi backsound yang menggelegar, apalagi detik-detik menuju momen bersambung akan tiba sebentar lagi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Andai saja sekarang adalah situasi dalam sinetron, keempat siswa tersebut pastilah akan di-zoom in dan zoom out berkali-kali diselingi backsound yang menggelegar, apalagi detik-detik menuju momen bersambung akan tiba sebentar lagi.

Namun karena situasinya tidak demikian, Lara menatap Arya dengan tatapan seolah dia tidak penting dan memberinya akses lewat begitu saja, yang lantas ditanggapi dengan gestur seakan Lara adalah bagian dari pintu. Nadya memperhatikan semuanya dalam diam, begitu pula dengan cowok yang dipanggil 'Yon' tadi.

"Hmm... kita ngomong apa ya, tadi?" tanya Lara, seakan tidak ada interupsi.

"Ahhh... tentang prestasi lo sebagai playgirl."

"Oh iya. Muehehehe... tapi walau dikasih kesempatan, gue tetap nolak aja deh, Yon. Walau gue tau hati gue selapang samudra sampai-sampai sanggup mengemban tugas sebagai Ketua OSIS, gue sadar nilai akademik gue masih perlu di-upgrade. Lagian udah cukup deh hari-hari gue disibukkan sama cowok kece yang pada ngedaftar jadi gebetan gue."

"Iya juga, ya. Jawabannya relate banget jadi gue nggak bisa maksa. Oke deh, kalo gitu gue balik ke kelas ya, Ra? Kalo ada apa-apa, jangan sungkan ke gue. Mau lanjut personal chat juga boleh banget."

"Wah wah, Yon. Culun-culun gini, lumayan juga ya lo."

"Demi menarik perhatian lo, Ra. Walau mantan lo banyak, tapi lo beda sama yang lain. Bukannya nambah musuh, yang ada malah pergaulan lo makin luas."

Satu lagi bukti nyata yang Nadya saksikan sendiri; pergaulan Lara bisa meluas berkat mantannya.

Baginya, Lara itu seperti too good to be true—–terlepas dari nilai akademiknya yang kurang, berbanding terbalik dengannya.

Oleh karenanya, Nadya lagi-lagi merasa bersyukur memiliki Lara sebagai saudari tirinya. Mungkin saja... dia bisa merubah dirinya dan melakukan beberapa hal yang selalu ingin dilakukannya sejak dulu. Tepatnya, sejak dia duduk di bangku SMP.

"Hmm... Ra, kita belum milih tempat duduk nih," tutur Nadya sembari mengedarkan pandangannya ke dalam kelas. "Lo mau duduk di mana? Kalo misalnya duduk sama gue, lo keberatan nggak?"

Lara tidak menjawab. Sebenarnya bukan sengaja, karena atensi cewek itu teralihkan oleh fakta kalau tidak ada bangku tersisa di barisan bangku bagian belakang dan segera menyesalinya.

Ck. Gue lupa milih bangku favorit gue gara-gara Rion.

Tidak mempunyai pilihan, Lara pasrah pada keputusan Nadya memilih bangku. Namun sebelum dia menyusul, ekor matanya beralih ke bangku yang ditempati Arya di barisan paling depan, tepatnya berhadapan dengan meja guru.

"Di sini lebih mendingan," celetuk Lara yang meletakkan tas selempangnya di barisan tengah, tepatnya bangku ketiga dari belakang bangku Arya. "Gue nggak bisa bayangin gimana nasib gue kalo duduk di sebelah dia."

Keeping You as Manito [END] | PERNAH DITERBITKANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang