Part 34

160 54 269
                                    

"Yoi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Yoi. Lebih tepatnya, hmm... apa, ya? Kayak win-win solution?" Surya menunjukkan seringainya.

Merasa geregetan karena ekspresi Arya yang tidak kunjung menunjukkan tanda-tanda kepo, Surya merangkul sepanjang pundaknya untuk menarik cowok itu menjauh dari pintu UKS.

Meski terlihat tidak setuju, Arya memilih untuk tidak mengatakan apa-apa. Lagi pula, keadaan psikisnya belum sedikit pun membaik.

"Kalo ngikut kata-kata Bu Naura, ini akan menjadi pahala buat kita dan karma buat Lara." Surya berujar pongah saat menyadari bagaimana kata-katanya terdengar keren karena bisa menyamai kata-kata wali kelasnya saat mereka semua dipanggil ke ruang guru.

"Maksud lo?" tanya Arya, lagi-lagi mengernyitkan alisnya hingga membentuk gelombang yang estetik, hampir menyatu.

"Oke, gue jelasin sejelas-jelasnya ke lo." Meski menunjukkan geregetnya yang kentara, Surya masih memiliki sejumlah kesabaran yang patut diacungkan jempol. "Berkat Nadya, Lara bisa baikan sama nyokapnya trus balik ke rumah lagi. Lo udah tau belum soal bokapnya Lara yang pernah depresi berat?"

Arya mengangguk. "Secara garis besar aja, tapi nggak rinci."

"Om Jimmy memang udah sembuh, tapi efeknya bikin bokap Lara trauma—–mirip PTSD yang terjadi setelah mengalami suatu kejadian. Jadi, Lara nggak mungkin bisa tinggal lama sama bokapnya. Bisa dibilang, bantuan Nadya kayak segala-galanya bagi Lara.

"Tapi bukan berarti lo nggak penting buat dia," lanjut Surya dengan tatapan yang lebih serius, membuat Arya seketika lupa kalau cowok di depannya memiliki karakter tengil yang mendarah daging. "Untuk pertama kalinya gue liat Lara benar-benar suka sama cowok dan rasain gimana rasanya patah hati. Gue sama Nando udah lama ngenal Lara, tapi gue tau lo lebih lama ngenal dia. Soal itu... gue nggak perlu jelasin lagi, kan?"

Arya sudah setengah mangap untuk merespons, tetapi Surya menghalanginya sekaligus menamparnya secara abstrak. "Kesalahan Lara cuman di bagian terlalu cepat bertindak tanpa berpikir, tapi lo lebih dari tau perasaannya tertuju ke siapa. Gue yakin lo udah saksikan sendiri gimana ekspresi Lara waktu lo narik Nadya tadi. Hukuman itu udah lebih dari cukup buat nampar dia hari ini.

"Maka dari itu, seperti yang gue bilang tadi, ini akan jadi pahala buat kita tapi jadi karma buat Lara. Selama enam bulan, gue mohon sama lo untuk nemenin Nadya ke Sydney."

Arya mengalihkan pandangannya terlalu cepat ke Surya. Ekspresinya jadi kacau sekarang karena setelah syok gara-gara wejangan cowok itu, dia harus menunjukkan ekspresi kaget sekaget-kagetnya.

"Ya jelas pahala, dong." Surya menatapnya tanpa merasa bersalah. "Kalo lo nemani Nadya ke sana, pahala lo bisa dua kali lipat karena lo juga memenuhi keinginan gue."

"Kenapa lo ingin?"

"Karena... hmm...."

"Lo suka Nadya?"

Keeping You as Manito [END] | PERNAH DITERBITKANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang