Part 17

197 62 225
                                    

Lara bersungguh-sungguh saat mengatakan kalau dia bosan menonton drama slice of life yang uwunya berisiko uwuphobia pada papanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lara bersungguh-sungguh saat mengatakan kalau dia bosan menonton drama slice of life yang uwunya berisiko uwuphobia pada papanya. Itulah sebabnya, mengapa dia lebih memilih menghindar setiap mendapati Martha dan Nadya berbicara berdua di rumah.

Percayalah, tidak ada anak yang senang jika orang tua kandungnya terang-terangan menunjukkan kasih sayang pada orang lain, terlebih saudari tirinya sendiri.

Lara sebenarnya sangat tidak ingin memusuhi Nadya. Tidak tega saja, karena karakter saudari tirinya jauh dari kata jahat. Malah, akan lebih masuk akal jika Lara yang memerankan tokoh antagonisnya. Cewek itu mungkin bisa menjamin dia tidak akan merundung Nadya layaknya sikap saudari tiri dalam dongeng Cinderella, tetapi dia tidak bisa menjamin kalau dia bisa terus-terusan memasang ekspresi ramah seolah-olah tidak mempermasalahkannya.

Karena Lara sadar dia tidak sebaik dan sepolos Nadya Wardana.

Setiap Martha memandang Lara dengan tatapan tidak suka, dia tahu kalau ini bukan semata-mata karena dibenci saja, melainkan sebagai wujud kekecewaannya pada mantan suaminya. Secara tidak langsung, wanita itu seperti melampiaskan kemarahannya pada Lara yang modelannya persis seperti Jimmy.

Mengingatkannya pada Jimmy, sepaket dengan perlakuan berengseknya di masa lalu.

Martha tidak bisa memaafkannya—–tentu saja, Lara tahu itu. Apalagi, perceraian kedua orang tuanya tidak berjalan dengan baik. Ide mengungkapkan adanya eksistensi orang ketiga dalam rumah tangga mereka adalah ide Jimmy sepenuhnya, sehingga wajar jika Martha yang tidak tahu-menahu kebenarannya, merasa murka.

Martha yang harus mengorbankan masa muda dan cinta pertamanya gegara Jimmy, harus dikhianati sekali lagi oleh fakta suaminya berselingkuh dengan wanita lain. Lara paham akan amarah itu, maka tidak heran jika mamanya juga membenci Lara.

Karena Lara sudah tahu sewaktu dia masih berwujud embrio, eksistensinya sangat tidak diharapkan. Bahkan, asal muasal namanya saja terinsipirasi dari bencana yang menjadi memorial bagi Martha Silviana.

Lara Scarletta. Awalnya Lara mengira nama tersebut begitu unik dan membuatnya bangga, tetapi semua itu menjadi tamparan untuknya ketika dia tahu maknanya.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, lara memiliki arti sedih dan sakit hati sedangkan nama belakangnya terinsipirasi dari kata scarlet yang berarti merah menyala.

Jelas, nama Lara menjadi pengingat hidup Martha tentang kesedihan dan luka yang tidak akan pernah sembuh. Ibarat luka torehan yang tidak kunjung mengering, masih memerah.

Lara tahu dia adalah aib. Itulah sebabnya mengapa karakter kuat yang selama ini diperlihatkan pada semua orang, juga dipamerkan pada mamanya sendiri. Lara berpikir, jika saja dia bisa bersikap seolah-olah dia tidak terpengaruh dengan apa pun, Martha bisa lebih leluasa melepas unek-uneknya.

Setidaknya, hanya itu yang bisa dia lakukan sebagai anak berengsek yang eksistensinya tidak pernah diharapkan. Ibarat samsak tinju, setidaknya dia bisa menjadi pelampiasan kebencian Martha, berharap suasana hati mamanya bisa lebih baik. Setidaknya, dia bisa menjadi lebih berguna.

Keeping You as Manito [END] | PERNAH DITERBITKANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang