[Berhasil mendapat logo 'Best Chars' a.k.a. penjualan terbaik dari Chars Publisher]
Please vote if you enjoy 🌟
Genre : School, Teenfiction, Romance, Comedy (70%), Sad (30%)
(Naskah full revisi ✅)
----------
Manito adalah sebuah kata yang berasal da...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"So, good luck for two of you—–I think?" ucap Lara sembari menunjukkan seringai tengilnya yang khas sebelum meninggalkan duo Surya dan Nadya di koridor dekat Auditorium.
"Same to you, Lara." Surya merespons ke punggung Lara yang menjauh dengan nada yang kelewat manis. Lantas, atensinya beralih ke Nadya yang berada dalam dekapannya. "Jadi kita udah official, belum? Mumpung banyak yang ngedukung kita, nih."
"Hng...." Nadya tiba-tiba saja sulit fokus. Seperti dejavu, lagi-lagi dia merasakan rentetan sensasi yang familier; mulai dari aroma tubuh Surya yang memabukkan, sindrom kupu-kupu terbang dari dalam perut, hingga desiran jantungnya yang abnormal.
Meski semuanya serba tidak asing, entah kenapa efek kali ini terasa dua kali lebih gereget.
"Malu? Butuh privasi, nih? Hayuk, kita mojokan."
"SURYA!"
"Muehehehe...."
Rona merah di wajah Nadya sepertinya tidak akan secepat itu menghilang. Oleh karenanya, dia segera mendorong Surya lepas sebelum efek panas merambat ke bagian lehernya. Beruntung, cowok itu masih berbaik hati untuk tidak mendesaknya lebih lanjut.
"Oke, oke. Kayaknya lo bener-bener malu. Jangan lama-lama jawabnya, tapi." Surya mengakhiri kata-katanya dengan belaian pada puncak kepala Nadya tanpa aba-aba.
Kesannya jadi senang melakukan skinship—–entahlah. Apakah ini definisi dari kelamaan menyandang status single? Ibarat candu, berdekatan dengan Nadya membuat cowok usil itu ketagihan.
"Ih, gemessss deh!!!" Tuh, kan. Surya tidak tahan. Dia menyubit kedua pipi Nadya meski kesannya seperti mencomot karena tidak mengandalkan tenaga.
"Ish! Apa-apaan, sih?" Nadya menepis kedua tangan Surya, tetapi sia-sia saja karena cowok itu mengusilinya lagi dengan mengacak-acak rambutnya hingga berantakan.
"SURYA!!!"
"Oke, oke. Sini, gue rapiin rambutnya." Ditilik dari ekspresi jahilnya, ternyata Surya melakukan itu supaya bisa mengelus kepala Nadya. Lagi.
Tampaknya Nadya harus ekstra sabar kalau berhadapan dengan Surya Giordano. Maka, dia segera melangkahkan kakinya, bermaksud kembali ke kelas.
"Kencan, yuk?" ajak Surya, menyusul langkah Nadya tanpa hambatan.
"Ini di sekolah, Surya." Nadya bersusah payah menahan keinginan untuk menjitak kepala cowok itu, jika dilihat dari kepalan tangan dan suara yang terendam karena gertakan giginya.
"Oh jadi kalo di luar sekolah, lo setuju kencan sama gue? Horeeee!!! Besok, ya?"
"Nggak."
"Oh, mau nanti malam? Asikkkk! Tarik, Sissssss!"
"Nggak!"
"Oh, maunya habis pulang sekolah nih? Manta—–"
Maunya bilang 'mantap', tetapi sudah dipotong Nadya seenak jidat dengan emosi yang meledak-ledak secara tidak terduga.