Part 9

268 82 221
                                    

"Piuhhhhhh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Piuhhhhhh... ampun deh, beneran! Baru pertama kali gue ketemu cowok yang modelannya kayak si Arya!" keluh Lara setelah dia yakin keberadaannya tidak akan dilacak oleh cowok culun itu. Napasnya terengah-engah, sama halnya dengan Nando yang menempelkan kedua tangannya pada sisi pinggangnya, berdiri di dekat cewek itu.

"Ternyata kita larinya jauh juga ya, Ra. Lo sampai bawa gue ke Ruang Auditorium," kata Nando setelah napasnya mulai stabil. "Kenapa sih dia? Tumben banget lo terlibat something sama dia?"

"Lebih tepatnya gue harus belajar sama dia soalnya nilai gue paling parah alias nggak sinkron sama muka gue," jawab Lara setelah menghela napas berat seakan disuruh mengadu nasib ke negeri seberang secara mandiri. "Ck, gue nggak nyangka damage-nya Bu Naura bisa seluar biasa ini. Gue jadi kepengen pindah ke SMA Bernard."

"Ish, Lara! Kayak gampang aja main pindah-pindah. Lo lupa ya, di sana pengelompokan akademiknya lebih ambyar lagi?"

"Iya juga ya, muehehehe.... Ck, andai aja gue bisa lebih tulus sama pelajaran—–nggak usah gede-gede amat rasa tulusnya. Seenggaknya nih ya, gue bisa bertahan tiga puluh menit udah cukup, soalnya kepala gue auto pusing tiap baca materi pelajaran. Rekor tertinggi gue cuma sepuluh menitan."

"Gue tebak, nilai lo pasti yang paling rendah ya, Ra? Makanya Bu Naura ngatur Arya supaya ngajarin lo?"

"Pinter juga ya lo, padahal gue belum ceritain alasannya kenapa gue harus belajar sama Arya—–oh iya gue baru inget, lo kan abangnya Nadya," cibir Lara. Nada bicaranya malah terkesan meledek, bukannya memuji. "Ngomong-ngomong, Nadya juga bakal sibuk mulai sekarang karena harus ngajarin si Surya yang nilainya nggak beda jauh sama gue. Kalo adik tercinta lo sesuka itu sama Sertifikat Berprestasi, seharusnya dia juga sama gencarnya kayak Arya."

"Wah, kasian Nadya harus hadepin Surya yang minus akhlak dan pemalas kayak gitu," celetuk Nando, tampak menerawang. Dia segera membayangkan serentetan imajinasi bagaimana adik tercintanya mengajari Surya dengan kesabaran yang tinggi.

"Lo nyindir gue?" tanya Lara meski dia tidak benar-benar tersinggung, terlihat dari tatapan jenakanya.

Nando auto tergelak hingga pundaknya bergetar selama beberapa saat. Lantas, dia mengacak-acak rambut Lara dengan gemas hingga berantakan. "Nggak, kok. Mau makan apa, Ra? Gue bayarin."

"As expected from my brother. You know what I need now."

"I'm not your brother, Ra." Nando protes meski tangannya sudah merangkul sepanjang pundak Lara dan keduanya berjalan menyusuri koridor. Meski status keduanya telah resmi bersaudara tiri, tidak ada yang repot-repot protes. Gimana ya, bisa jadi status mantan terkesan lebih melekat di otak daripada fakta terbaru mereka. Lagian, keduanya memang tidak memiliki hubungan darah.

"So what? Your ex-girlfriend?" tanya Lara santai, dia juga balas merangkul sekeliling pinggang Nando dengan sayang, kelihatan nyaman berada di sisinya. Hal lain yang membuat para cowok betah berada di dekat Lara adalah, cewek itu mempunyai caranya sendiri merespons semua perhatian dari lawan jenisnya, tetapi dalam artian yang tidak berlebihan. Gaya berpacarannya terkesan seperti hubungan akrab yang tidak memandang gender—–sesantai itu, tetapi dihargai. Mungkin itulah sebabnya mengapa semua cowok yang berakhir menjadi mantannya Lara, tidak merasa keberatan untuk tetap berhubungan baik dengannya.

Keeping You as Manito [END] | PERNAH DITERBITKANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang