[Berhasil mendapat logo 'Best Chars' a.k.a. penjualan terbaik dari Chars Publisher]
Please vote if you enjoy 🌟
Genre : School, Teenfiction, Romance, Comedy (70%), Sad (30%)
(Naskah full revisi ✅)
----------
Manito adalah sebuah kata yang berasal da...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Author's Note Sudah tamat saja, ya. Huhuhu.... Nggak bosen-bosennya ngucapin terima kasih buat para pembaca. Tanpa kalian, cerita aku ini kayak lauk tanpa garam alias nggak gereget rasanya, muehehehe....
Doa aku, semoga bisa terus menulis dan wahai pembaca yang setia maupun yang newbie (eakkk), jangan bosen sama pengumuman setiap aku up cerita, ya. Wkwkwk....
Part final, semoga suka ❤️.
*****
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Sepanjang perjalanan hidup Nando, dia tidak pernah mau merayakan ulang tahunnya. Alasannya sederhana, karena dia tidak pernah menganggap hari kelahirannya penting. Kalaupun ada, selama ini hanya bundanya saja yang mau repot-repot menyiapkan mi umur panjang, mewarnai telur merah sesuai tradisi keluarga, hingga membuat kue tart spesial alih-alih menggunakan jasa katering.
Terhadap Nadya juga sama. Bunda adalah wanita lembut yang mengasihi kedua anaknya dengan caranya sendiri, yang Nando sesali tidak dibalas dengan cara yang sama. Dia nakal—–tentu, meski kenakalannya tidak se-ekstrem hingga layak disebut pembangkang. Tidak, dia sama penurutnya seperti Nadya. Hanya saja, cowok itu menyesal karena sadar ada banyak hal yang belum dia lakukan untuk sang ibunda.
Nando bahkan belum sempat memperkenalkan pacar pertamanya.
Dulu, Nando tidak pernah sekali pun menaruh minat pada cewek. Mirip Arya, keduanya sama-sama menikmati kebahagiaan dengan cara mereka sendiri meski berbeda jurusan.
Jika Arya nyaman dalam dunia belajar, Nando nyaman dalam dunia gim.
Hingga ketika bundanya sakit-sakitan, Nando memang sempat melepaskan gimnya tetapi seperti kebanyakan remaja yang selalu menghadapi hidup seringan kapas, Nando juga demikian.
Tidak pernah terpikirkan olehnya, bahwa masa hidup bundanya sesingkat itu.
Nando menyesal, tentu saja. Ditambah setelah dia tahu kebenaran lain yang terkuak di saat-saat terakhir, rasa bersalah seakan mau membunuhnya.
Jika Lara tidak menjadi sumber distraksinya saat itu, mungkin Nando sudah gila atau yang terparah, memutuskan siklus hidupnya di dunia.
Itulah sebabnya seperti pengakuannya yang sudah-sudah, level prioritas Lara Scarletta setara dengan adik kandungnya sendiri.