Part 23

203 64 260
                                    

Satu hal yang Arya pikirkan sewaktu melihat Lara pingsan adalah segera membawanya ke ruang UKS, sehingga dia tidak sadar kalau dia sedang diperhatikan oleh teman-teman sekelasnya termasuk Pak Ahmad

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Satu hal yang Arya pikirkan sewaktu melihat Lara pingsan adalah segera membawanya ke ruang UKS, sehingga dia tidak sadar kalau dia sedang diperhatikan oleh teman-teman sekelasnya termasuk Pak Ahmad.

Semestinya, Arya tidak boleh gegabah jika tidak ingin identitasnya sebagai manito Lara terungkap, apalagi caranya menggendong cewek itu meningkatkan risiko keresahan kaum pejomblo. Namun, sama seperti waktu dia melihat Lara menangis di pojok kelas tiga tahun yang lalu, tindakannya murni tergerak karena spontan.

Bedanya, saat itu tidak ada siapa pun di kelas, sehingga aksinya tidak pernah ketahuan oleh yang lain.

Maka dari itu, bisa dipastikan kali ini nama Arya Sergio Utama bergabung dalam daftar yang terlibat 'skandal' dengan Lara Scarletta, bahkan mungkin masuk dalam trending topic yang paling dikepoin se-SMA Berdikari, mengingat Arya satu-satunya cowok yang belum pernah memberikan perhatian pada cewek manapun.

Ruang UKS sepi sewaktu Arya tiba, lantas dia berpikir mungkin saja guru yang berjaga sedang berhalangan atau tidak bertugas. Maka, dia segera membaringkan Lara di salah satu kasur tunggal dan menarik tirai untuk menutupi area segi empat tersebut.

Lantas, tiba-tiba saja ada sebuah tangan yang menggenggam pergelangan tangan Arya yang lain sebelum dia selesai menarik tirai, membuat cowok itu tersentak kaget.

"I got you," kata Lara lugas, meski suaranya masih terdengar lemah dan wajahnya pucat tanpa rona. Kepalanya serasa pusing, tetapi dia bersikeras untuk bangkit dan menyandarkan punggung di sandaran kasur. Cekalannya pada tangan Arya tetap bertahan, seakan ingin mempertegas kalau cowok itu tidak diizinkan untuk pergi.

Arya sebenarnya tidak terbiasa, hanya saja melihat bagaimana raut wajah Lara yang terlihat lebih serius, akhirnya dia memilih bertanya, "Apa maksud kamu?"

"Nggak usah ngeles lagi, Arya. Lo yang nolongin gue di kelas waktu SMP, kan? Semuanya jadi masuk akal sekarang, karena lucu aja nggak ada satu pun yang tau siapa yang bopong gue ke UKS. Ibarat film, pelakunya masih menjadi misteri."

"..."

"Kenapa, Arya? Apa ada alasan khusus kenapa lo memilih diem daripada ungkapin sisi lemah gue?" tanya Lara, menatap Arya intens. Sepertinya kini dia sudah lebih baik karena rona merah di wajahnya mulai aktif. "Jawabannya hanya ada dua; antara lo kasihan sama gue atau suka sama gue. Jawaban lo yang mana, hm?"

Kemudian tanpa aba-aba, Lara beranjak dari kasur dan berdiri tepat di hadapan Arya. Meski tubuhnya tergolong tinggi untuk standar cewek, puncak kepalanya tidak melebihi batas telinga Arya. Oleh karena itu, dia mendongakkan kepalanya untuk beradu tatap, walau yang ditatap tidak kunjung membalas.

Kentara sekali kalau cowok itu berusaha mengendalikan dirinya. Antara gugup atau tidak suka, Lara tidak tahu pasti. Yang jelas, dia merasa semakin bersemangat untuk memaksa Arya mengutarakan perasaannya.

Ibarat injeksi, semangat tersebut turut menyuntikkan kekuatan pada Lara sehingga cewek itu merasa lebih sehat.

Entahlah, apakah ini semata-mata karena dia senang pada fakta bahwa Arya adalah malaikat pelindungnya selama ini?

Keeping You as Manito [END] | PERNAH DITERBITKANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang