[Berhasil mendapat logo 'Best Chars' a.k.a. penjualan terbaik dari Chars Publisher]
Please vote if you enjoy 🌟
Genre : School, Teenfiction, Romance, Comedy (70%), Sad (30%)
(Naskah full revisi ✅)
----------
Manito adalah sebuah kata yang berasal da...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Lara sudah menduga Jimmy tidak berada di apartemennya siang ini. Jika bukan karena jadwal photoshoot demi kepentingan endorse, pria itu biasanya keluyuran bersama teman-teman yang sepantaran dengannya.
Mungkin seperti inilah definisi memanfaatkan tampang untuk membuat hidup Jimmy lebih mudah karena dari visualnya yang hampir paripurna, pria itu tidak perlu bersusah payah mencari pekerjaan yang menguras otak atau pun tenaga. Hanya dengan bermodalkan man-body goals dan senyuman kece, berbagai penawaran dari sejumlah e-commerce dan toko-toko online akan berdatangan ibarat pasukan semut yang mengerubungi sebongkah gula.
Tambahannya, Jimmy seenteng itu menyuruh Lara mengandalkan Arya jikalau membutuhkan sesuatu atau sedang kesepian. Usut punya usut, rupanya sang ayah sudah telanjur 'jatuh cinta' dengan semua kelebihan yang dimiliki Arya.
Bisa jadi, semua berawal dari pertemuan perdana mereka. Meskipun demikian, mau tidak mau Lara merasa sedikit kesal karena Jimmy jadi kebiasaan menambah embel-embel 'Kan ada Arya' pada setiap kesempatan.
"Oke. Jadi gue makan siang sendiri, nih?" tanya Lara dengan ponsel yang menempel ke salah satu telinganya, berbicara dengan Jimmy.
"Yoi, Ra. Kalo lo anti jomblo, kan ada Arya." Jimmy membalas enteng dari ujung ponsel.
"Trus makan malamnya?"
"Sama juga, Ra. Hmm... maaf ya soalnya dijamu langsung sama CEO-nya berkat penjualan jaket bomber yang udah melewati rekor tertinggi. Mereka pada jatuh hati sama visual gue, ibaratnya gue tuh Lee Jongsuk versi lokal yang menguasai dunia permodelan sekarang, jadi pada saingan buat pencitraan di depan gue."
"Bakal maleman balik, dong?"
"Iya. Tapi kan ada Arya, Ra."
"Ya ampun, Papa. Sejak kapan Papa jadi tim suksesnya Arya?" tanya Lara jengah, mau tidak mau dia geregetan juga dengan Jimmy. "Papa nggak takut aku diapa-apain sama Arya malam-malam?"
"Yang ada kamu yang ngapa-ngapain Arya kali, bukan dia." Jimmy menjawab pongah, terlalu frontal untuk standar hubungan ayah-anak yang seharusnya. "Cepat atau lambat, dia bakal pacaran sama lo. I mean, siapa sih yang bisa menolak pesona kita? Mau dia sekaku papan triplek pun, tetap bakal lapuk juga setelah diracuni sama visual kita."
"Kalo itu gue setuju, lagian udah lapuk beneran kok, orang kita udah official tadi pagi."
"Wow, rekor lo cepet juga ternyata. Auto bangga jadi bokap lo," jawab Jimmy dengan nada bangga yang tidak ada bedanya dengan kagum atas prestasi akademik seorang anak.
"Auto bangga jadi anak lo juga, Bro."
Setengah jam kemudian setelah membersihkan diri, Lara memilih untuk makan siang dengan mi instan. Realita yang terbalik—–memang, tetapi sesuai ciri khas Lara, dia tidak ingin merepotkan orang lain sekali pun sang pacar hanya untuk menemaninya. Gimana ya, lagi pula cewek itu yakin sekali kalau Arya sedang sibuk.