Di sebuah menara tinggi, seorang wanita berusia awal 20-an tampak berkeringat kala lengannya bertumpu pada pinggangnya yang kaku. Perut wanita itu sangat besar nampak jika kehidupan di dalamnya senang dan sehat tinggal dirahim sang ibu.
"Di-dimana para pelayan..?" Wanita itu dengan lemah bergumam. Keringat terus bergulir di wajah cantiknya, saat ia merasa tak tahan akan kontraksi yang ia rasakan.Semalam air ketuban telah pecah, dan ia sudah mengalami kontraksi selama kurang lebih 7 jam. Ia merasa akan segera melahirkan, tapi para pelayan yang sedang pergi mencari tabib semalam tak kunjung datang, membuat wanita bernama Aster tersebut khawatir.
Sepuluh menit telah berlalu dan para pelayan belum juga datang. Uh, jika begini caranya bisa-bisa bayi diperutnya lahir secara mandiri.
"Engghh...!" Erang Aster saat kembali merasakan kontraksi.
Sial. Dia benar-benar akan melahirkan! "M-mengapa para pelayan i-itu sangat lama--."
Aster merebahkan tubuhnya ke ranjang berusaha menenangkan diri. Ini adalah kehamilan pertamanya, jadi ia benar-benar tak tau apa-apa. Saat pembukaan dimulai, untunglah para pelayan muncul dengan seorang tabib wanita di belakang mereka.
"Cepat! Letakkan nyonya ke kursi bersalin!"
Dibawah arahan sang tabib, Aster dengan sigap didudukkan ke kursi khusus untuk bersalin oleh para pelayan.
Aster mencengkram erat lengan kursi saat sang tabib mengkomando untuk mengatur nafasnya.
Setelah terduduk di kursi bersalin selama hampir 2 jam penyiksaan, Aster masih harus melalui masa transisi, yang dimana kata-kata saja tak dapat mendeskripsikan rasa sakit yang luar biasa tersebut.
Aster hampir berteriak kala rasa nyeri luar biasa di punggung, pangkal paha, dan paha beserta sensasi mual menyerangnya. Aster tak tau berapa lama rasa sakit luar biasa tersebut berlangsung, yang jelas saat ini ia merasakan dorongan untuk mengejan.
"Ayo nyonya! Dorong lebih kuat lagi!" Sang tabib menginstruksi Aster yang sudah tersengal-sengal kelelahan.
Rasa sakit masih terus berlangsung hingga akhirnya Aster merasakan sensasi panas juga terbakar di alat vitalnya.
"Terus nyonya! Terus dorong. Kepala bayi sudah terlihat!"
Mendengar perkataan tabib, Aster kembali berusaha mengejan. Selama dua setengah jam, akhirnya seorang bayi perempuan berambut pirang terang lahir dengan sehat.
Aster yang masih harus mengeluarkan plasenta, terkaget-kaget melihat rambut keemasan bayinya. Aster sendiri memiliki surai coklat pudar mendekati warna abu-abu. Kulitnya sawo matang namun bersih dan lembut. Melihat bayinya yang bersurai emas bergelombang dan berkulit seputih susu, jelas gen sang ayah bayi tersebut lebih mendominasi.
Tanpa Aster sadari air matanya mengalir haru, 'oh putriku... kau adalah satu-satunya tanda cintaku dan ayahmu."
•••
Pada keesokan harinya, Aster sudah tenang dan tengah menyusui putrinya dengan damai. Ia tak bisa tak memikirkan apa yang akan terjadi di masa depan.
Aster adalah seorang kekasih dari anggota kerajaan ternama, Pangeran ke-dua, Hugo Bert Heller.
Mereka berdua saling mencintai, mereka juga adalah kekasih sedari kecil. Dilandasi oleh cinta manis keduanya, mereka berdua memutuskan untuk bertunangan terlepas banyaknya yang menentang. Saat itu Aster merasa telah menjadi wanita paling bahagia di dunia. Tapi sayangnya hal baik tersebut tak bertahan lama.
![](https://img.wattpad.com/cover/252988391-288-k438347.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
I Refuse to be a Chess Piece
Fantasía[Reincarnation #1] Setelah lahir kembali menjadi anak haram dari pangeran kedua dan kekasih masa kecilnya, Adelyn si agen penakluk dunia bawah itu terpaksa merasakan pengalaman baru yang kadang manis kadang pahit. Setelah koma-nya sang ibu, Adelyn k...