"Elin?"
Adelyn tanpa sadar menggumamkan isi hatinya dan tersadar. Sial, pikirnya.
Ingatan kehidupan sebelumnya merasuki Adelyn dengan cepat. Elin, salah satu anak didiknya yang paling dekat dengannya. Sebagai agen paling top di organisasi, Adelyn sama sekali tak berperasaan. Hingga tibalah hari ketika seorang anak lucu yang selalu tersenyum seperti mentari datang di kehidupannya yang kejam dan dingin. Anak itu adalah Elin.
[Kalau lupa siapa itu Elin, silahkan baca lagi di chapter 1~]
Awalnya Adelyn menentang ketika seorang anak lemah gemulai seperti Elin diserahkan padanya untuk dijadikan pembunuh sepertinya. Tetapi pihak organisasi tak mendengarkannya sama sekali dan malah menyuruhnya untuk membunuh Elin jika ia tidak ingin membesarkannya sebagai pembunuh.
Sejak hari itu, Adelyn perlahan melatih Elin menuju kesuraman. Senyum cerah yang dulunya selalu terpancar, kini hilang dan yang tertinggal hanyalah wajah datar yang lumrah dimiliki oleh seorang pembunuh bayaran profesional.
Walau pada akhirnya Elin juga ikut andil dalam membunuhnya di kehidupan terakhirnya, Adelyn masih sangat sayang dengan anak itu. Karenanyalah, seorang Adelyn kembali merasakan arti menjadi seorang manusia, bukannya robot pembunuh walau hanya sebentar.
Adelyn kembali ke masa sekarang dan melihat wajah malu-malu Arthario. Mereka tak sengaja bertemu saat Adelyn berkeliling bersama pelayan di istana Ellen. Melihat wajah Elin versi anak laki-laki, membuat Adelyn terkekeh geli tanpa sadar.
Hei, Elin versi gadis itu lucu. Tapi Elin versi anak laki-laki lebih lucu dan menggemaskan!
Apalagi saat anak itu terus menunduk dan tak berani menatap terang-terangan lantaran malu. Adelyn yang harusnya membenci, segera tak berdaya setelah melihat penampilan Arthario yang menangkap hati juga pikiran.
"!" Adelyn menghampiri Arthario yang hendak berlari, menjabat tangan mungil bocah lelaki tersebut.
"...uh..."
Adelyn menutup mata akan respon penolakan Arthario, dan membawa anak itu ke sebelahnya.
"Aku Adelyn. Siapa namamu, anak kecil?" Arthario tak menanggapi pertanyaan Adelyn. Ia tak mau jika Adelyn sampai tau bahwa ia adalah saudara kandungnya, yang dibenci oleh semua orang.
Alhasil, anak itu berusaha untuk lepas dari genggaman Adelyn, namun terus gagal. Tubuhnya sangat kurus, jadi tak heran jika ia tak bisa melawan tenaga Adelyn yang akhir-akhir ini telah dilatih.
"... Lepas," lirih Arthario sambil berlinang air mata. Ia selalu tak suka dicengkeram seperti sekarang, karena akan mengingatkannya dengan cengkraman maut Hera atau pelayan-pelayan yang menganggap remeh dirinya.
"Santai, anak kecil. Aku tahu kau pasti anak ayahku dengan Hera." Adelyn mengecilkan suaranya ketika menyebut nama Hera. Ada sedikit senyum mencela di wajah cantiknya. "Jadi, kita harusnya bersaudara, bukan?"
Keduanya saling tatap dengan dua pikiran berbeda. Adelyn yang tertarik dan Arthario yang tertegun.
Melihat Arthario yang masih diam, Adelyn tak menahan tangan anak itu lagi. Ia merasa Arthario sedang ketakutan dan bingung, jadi tak bagus untuk terus memaksa berkenalan dengannya.
Arthario yang tangannya telah bebas, langsung berlari tunggang langgang. Ia bahkan tak menoleh lagi ke belakang dan segera menghilang dari pandangan Adelyn.
"Hm, dia lucu sekali." Adelyn tersenyum pada kepergian Arthario tersebut dan segera mencari pelayan pribadi yang telah diatur Hugo untuknya. Ia ingin menanyakan beberapa hal dan mempelajari tentang orang-orang di kediaman ini.
![](https://img.wattpad.com/cover/252988391-288-k438347.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
I Refuse to be a Chess Piece
Fantasía[Reincarnation #1] Setelah lahir kembali menjadi anak haram dari pangeran kedua dan kekasih masa kecilnya, Adelyn si agen penakluk dunia bawah itu terpaksa merasakan pengalaman baru yang kadang manis kadang pahit. Setelah koma-nya sang ibu, Adelyn k...