Chapter 12

1.1K 166 16
                                    

Hugo menatap kediaman yang telah lama tak ia tinggali dengan wajah datar. Tatapannya berkelana sejenak, dan mendapati bahwa istana Ellen miliknya tak banyak berubah.

Hanya saja saat ia melarikan pandangan ke depan, Hugo melihat sebuah noda besar. Noda yang paling ingin ia enyahkan. Apalagi ketika noda tersebut saat ini menghampirinya dengan senyum bahagia terkesan tak berdosa.

"Selamat datang kembali, suamiku." Hera menghampiri Hugo dan menyambut dengan suara semanis gula. Senyumnya sumringah kala wanita bersurai ungu itu melompat tanpa aba-aba ke pelukan suaminya.
"Hera bahagia sekali bertemu dengan Hugo setelah sekian lama!"

Hugo mengeraskan rahangnya, dan tangannya sudah mengepal erat. Ingin rasanya ia segera menebas kedua tangan lembut Hera yang meliliti tubuhnya itu.

Namun alih-alih menuruti hasrat membunuhnya, Hugo malah mengatur emosinya dan hanya mendorong Hera menjauh darinya.

"Jauh-jauh dariku, sialan." Umpat Hugo yang selepasnya langsung beranjak pergi tak mau lebih lama lagi meladeni Hera. Namun seolah sudah menebalkan muka, Hera tanpa segan mengekor kepergian Hugo.

"Tunggu aku, Hugo!"

Para pelayan dan abdi-abdi setia Hugo yang menyaksikan adegan tersebut, tak bisa tak bergeleng heran. Therens, ksatria yang paling diandalkan oleh Hugo adalah yang paling menunjukkan muka masam. Therens sendiri memang terkenal sudah tak menyukai keberadaan Hera semenjak dulu, sampai-sampai jika berpapasan, maka Therens lebih memilih untuk berjalan memutar daripada harus bertegur sapa dengan Hera.

"Sungguh wanita tak tau malu! Sudah berkali-kali ditolak oleh duke, tapi tetap tak menghiraukan." tukas Therens menggebu-gebu kala membawa para ksatria menuju barak militer milik kerajaan Ellen.

"Yah... mau bagaimana lagi? Yang mulia duke pun juga tak senang dengan adanya lady Hera sebagai duchess. Tapi siapa suruh takdir lady Hera sangat bagus dengan latar belakang keluarga yang mendominasi kerajaan kita, hingga raja kita pun mendukung semua kemauan Hera?" Wren, ksatria lainnya menimpali Therens.

"Hmph! Duke kita tetap diam sampai sekarang hanya karena sedang fokus untuk mendapatkan tahta. Jika sudah, habislah si wanita ular itu!" Ujar Therens yang diangguki persetujuan dari yang lain.

"Ngomong-ngomong, apakah hanya perasaanku saja atau tiba-tiba langit menjadi kusam walau matahari sedang tinggi-tingginya?" Kata Wren yang membuat Therens dan ksatria lain mendongak untuk melihat langit biru dengan matahari jam 12 siang.

"Kau benar. Padahal ini sekitar jam 12 siang, tapi mengapa rasanya matahari yang harusnya terik menyengat menjadi tak berasa?" Aku Therens kebingungan. Yang lain pun juga merasakan ada yang aneh, namun tak tau apa yang aneh itu.

"Walau aneh, tapi lebih baik kita segera pulang ke barak. Masih banyak pekerjaan yang menanti." Rombongan tersebut pun melanjutkan perjalanan mereka pulang ke barak militer.

•••

Di sisi lain, tepatnya di sebuah hutan terpencil, Miguel dan tuannya sang iblis tengah merencanakan sesuatu. Dengan berbekal informasi tentang keturunan tersayang kandidat calon raja yang hilang, Miguel telah mengambil rencana nekat sekali seumur hidupnya. Yaitu kembali ke Delred, dan secepatnya menculik anak yang dimaksudkan tersebut.

Jika ia sendirian, ia tak akan berani. Namun dengan tuannya, kepercayaan diri Miguel jauh melesat.

"Ketika kita sudah masuk ke sana, kau cepat ambil anak itu. Aku akan mencoba menahan para penyihir yang mendekat nanti."

"Baik tuan." Miguel mengangguk dengan patuh, saat tuannya tengah mulai membuka paksa portal masuk ke kota Delred.

"Ingat, lakukan dengan cepat! Aku memang kuat, tapi jika seluruh penyihir di kota itu menyerang, maka aku bisa saja kalah telak." Ujar sang iblis dengan suara berat yang sarat. Matanya yang hitam penuh menyipit, mencoba menekan Miguel.

"P-pasti tuan!" Jawab Miguel berdebar-debar pada tatapan mengintimidasi sang iblis.

Walau sang iblis sangat kuat luar biasa, namun portal menuju Delred dilengkapi dengan artefak pelindung turun temurun dari keluarga Reinz Amora. Artefak yang memiliki nama Letthile, adalah artefak yang memiliki kuasa untuk menangkis sihir kaum iblis. Selain itu juga memiliki efek magis yang membakar raga dan jiwa bila ada yang mencoba menerobos masuk. Artefak ini terbukti sangat ampuh, melihat seberapa geram sang iblis yang tak kunjung berhasil menembus pertahanan Letthile.

Akhirnya, setelah menguras banyak tenaga, sang iblis telah berhasil menembus pertahanan Letthile sekitar 50 persen. Mungkin karena sudah memakan waktu dan tenaga, sang iblis tak sabar dan langsung mendorong Miguel ke dalam portal yang baru setengah dibuka.

"Perubahan rencana. Kau masuk saja sendiri! Cepat culik anak itu, dan kembali lagi ke tempat portal secepat mungkin!"

"Aaarrgggghhh!"

Miguel yang dilemparkan dengan kejam, tak kuasa menahan jeritan kala rasa sakit ia rasakan saat menembus portal yang masih terlindungi oleh Letthile.

Untungnya siksaan itu hanya bertahan selama beberapa saat karena Letthile sudah rusak setengahnya, jika tidak, hangus sudah Miguel dibuatnya.

"Ugh..." Miguel yang sudah masuk di Delred, melihat tempat yang tak asing lagi baginya. Seketika sekelebat bayangan masa lalu mampir di pikiran Miguel, yang tentunya segera ditepis. Ini bukan waktu yang tepat untuk mengingat masa lalu yang pilu, namun ini waktu yang tepat untuk melakukan rencana masa mendatang.

"Ya, ketika sudah kugenggam kerajaan Canvira, maka bukan hal mustahil bagiku melenyapkan Delred."

Dengan adanya konsep pemikiran yang entah sejak kapan tertanam, Miguel segera ber-teleportasi menuju perumahan tujuh keluarga utama Delred, atau lebih tepatnya ke kediaman keluarga Yvette, tempat tinggal si putri Canvira yang hilang.

.

.

.

To be Continued

Gak nyangka banget cerita ini tiba2 jadi rame :'). Thor jadi malu, wkwk. Tapi maap yaa chapter kali ini pendek bangett. Soalnya entah kenapa lagi mampet ide2nya. Padahal kemaren tuh udah dapat bayangannya, cuman enggak Thor buru2 tulis. Eh, jadi lupa deh.

Btw, Thor udah naik ke kelas 2 nih 🤣. Alhamdulillah nilainya juga bagus2 (walau gak ada yang dapat A).

Oke, segitu dulu. Terima kasih para pembaca yang meramaikan lapak ini 🤍.

Tetap sehat dan terus jaga kebersihan yaa🙆‍♀️🤍

I Refuse to be a Chess PieceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang