Chapter 9

1.4K 244 5
                                    

Selain jangan percaya libur 2 minggu, jangan percaya juga dengan Thor update tepat waktu... ( ◜‿◝ )♡

-Thor yang sok sibuk padahal gak sibuk2 amat-

• • •

[Sebelum kematian Aster]

Pada pagi hari, setelah sarapan dengan Aiden, Adelyn mengantar Aiden yang akan melakukan ritual pemilihan elemen ke balai kota. Di dalam kereta, Aiden tak henti-hentinya menatap kepala Adelyn di sampingnya. Alis tebalnya tak bisa berhenti mengerut, kala suatu hal menggangu jiwa perfeksionisnya.

"Elyn, rambutmu berantakan sekali" ujar Aiden sensi sendiri melihat rambut Adelyn yang hampir menyamai surai singa.

"Berantakan bagaimana? Rambutku kan memang ikal berantakan seperti ini," sangkal Adelyn membalas tatapan sinis Aiden yang berapi-api saat melihat rambutnya.

"Ini. Sisir rambutmu," Aiden tak peduli dan menyerahkan sebuah sisir pada Adelyn. Adelyn malas untuk berdebat di pagi hari, jadi ia hanya mengangguk patuh dan menyisir rambutnya.

Saat dirasa sudah tak kusut, Adelyn mengembalikan sisir tersebut pada Aiden. Sambil bertanya, "puas?"

Aiden tak menjawab dan menatap Adelyn dengan seksama. Seolah memandang gelandangan, Aiden berdesis tak puas.

"Itu masih kurang rapi! Kenapa tidak diikat saja sih?" Aiden mengambil sisir dan menyisir sendiri rambut Adelyn. Seolah memiliki kantong Doraemon, ditangan Aiden sudah sedia dua buah ikat rambut kelinci lucu dan mengikatnya di rambut Adelyn.

"Nah, ini baru rapi" Ucap Aiden akhirnya puas.

Adelyn meraba kepalanya dan mendapati rambutnya telah diikat menjadi dua. Segera bibir Adelyn bergetar dan bulu kuduknya berdiri. Seumur-umur ia tak pernah mengikat dua rambutnya! Dan sekarang walau ia kembali menjadi anak kecil, tetap saja sedikit menyeramkan baginya.

"Aku sudah besar! Ganti ikatannya jadi satu saja!!" Protes Adelyn hendak melepas ikatan rambutnya.

"Eits! Elyn, jangan memberontak. Untuk apa malu sementara tinggimu saja baru sepinggang orang dewasa? Lagipula kau cantik seperti ini." Aiden kembali memperbaiki ikatan di rambut Adelyn, dan menghentikan Adelyn yang masih tak terima.

Melihat Aiden yang kekeuh, Adelyn yang merasa lebih dewasa akhirnya mengalah. Sudahlah, betul apa kata Aiden. Sekarang ia masih kecil. Jika ia bersikap sok dewasa dengan tubuh kecilnya sekarang, malah akan terlihat aneh. Jadi Adelyn diam dan tetap membiarkan rambutnya dengan gaya kekanak-kanakan menurutnya.

Tak lama kemudian kereta berhenti di balai kota. Disana sudah banyak para penyihir generasi muda berumur 8 tahun yang siap memilih elemen sihir mereka.

"Aku pergi dulu. Ingat untuk menjaga diri sendiri di sekolah. Kalau bisa hindari para penggemarku."

"Ya. Pergi sana!" Decih Adelyn mendorong Aiden dari kereta.

"Kejam sekali... Padahal aku hanya khawatir denganmu tanpaku." Aiden menampilkan wajah teraniaya membuat Adelyn mau tak mau menjadi kesal.

Tapi setelahnya Adelyn menghela nafas dan memilih menghiraukan Aiden yang berakting.  Kali ini ia yang menatap Aiden dengan mata berapi-api.

"Aiden, semangat! Aku yakin kau bisa mendapatkan elemen sihir tingkat atas. Fokus saja nanti dan jangan pikirkan yang lain!"

Aiden langsung tertawa sombong dan menyilangkan tangannya bangga. "Tenang saja. Kau kira aku sepertimu? Aku pasti bisa mendapatkan elemen sihir tertinggi!"

Apa yang dikatakan Aiden kembali membuat Adelyn kesal lagi. Sudah menjadi rahasia umum di kota Delred, putri semata wayang dari Aster yang berbakat adalah seorang yang tidak berguna dalam hal berbau sihir. Sangat kontras dengan ibunya yang berbakat. Jangankan dengan Aster, dengan anak seusianya saja, Adelyn jauh lebih lemah! Ditambah lagi dengan banyaknya musuh Adelyn perkara kecemburuan fans-fans Aiden, membuat Aiden sendiri takut untuk meninggalkan Adelyn sendirian yang 'lemah' menurutnya.

I Refuse to be a Chess PieceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang