Normal POV
Saat hari sudah berganti sekali, Adelyn dengan tenang terbangun, mendapatkan kondisinya yang terikat erat dengan lingkaran mantra.
Tak ada kepanikan di wajah kecilnya. Ia bahkan terlihat sudah mengetahui bahwa inilah yang akan terjadi.
Setelah memperhatikan dengan seksama sekitarnya, Adelyn hanya bertemu dengan kegelapan yang menyeramkan. Tak ada yang bisa Adelyn lihat, selain cahaya dari lingkaran mantra disekitarnya.
Kalau sudah begini artinya sihir sekuat apapun tak akan bisa meloloskan Adelyn tanpa ketahuan. Jika ia memanggil Ginger pun, pastinya akan lebih menarik perhatian dan malah mencelakakan dirinya dan Ginger.
Alhasil Adelyn hanya memilih untuk menunggu. Ia tak bisa sok jagoan di kandang lawan yang tak ia ketahui kekuatannya.
Saat Adelyn mengira akan lama menunggu, pintu di depannya tiba-tiba terbuka ke luar. Sosok Miguel yang berwajah mengejek itu segera terlihat dinetra Adelyn. Dengan tangan yang berkacak pinggang, Miguel tertawa terbahak-bahak sebelum menghampiri Adelyn yang terikat.
"Hello, bocah. Kita berjumpa lagi. Bersyukurlah di kemudian hari karena kau bertemu denganku hari ini!" ujar Miguel dilanjutkan dengan tawa memekakkan telinga.
Adelyn berusaha untuk tak memutar bola matanya. Dengan tampilan lemah khas anak kecil yang telah ditindas, Adelyn dengan takut-takut berucap.
"Paman... kau jelek sekali. Adelyn takut padamu!" lirih Adelyn ingin membuat usus Miguel gatal.
Benar saja, tawa Miguel seketika berhenti dan digantikan dengan sebuah cibiran.
Namun belum sempat Miguel bereaksi, setelahnya satu tawa yang sangat menggetarkan jiwa terdengar sehabis perkataan menusuk Adelyn.
"Anak kecil tak pernah berbohong, HAHAHA. Kau memang jelek! Baik luar maupun dalam."
Sang iblis tak muncul secara fisik, namun auranya yang membawa sihir hitam sudah sangat mengganggu Adelyn.
"Tuan, tolong berhenti mengejek saya." Miguel memohon dengan sebuah tawa tak mengenakkan.
Setelah tawa sang iblis senyap, barulah Miguel kembali menjadi berani dan congkak. Lelaki itu melotot pada Adelyn sambil berkacak pinggang.
"Bocah sialan! Awalnya aku ingin melepaskanmu, tapi sepertinya kau suka terkunci disini!" Ujar Miguel dengan kejamnya.
Setelah mengunci kembali pintu Adelyn disekap, Miguel tak terlalu kesal lagi akibat diolok oleh Adelyn dan ditertawakan oleh iblis. Malah senyuman kembali naik di ujung bibirnya saat ia berjalan ke arah kediaman Count Fredrick, tuan keduanya.
"Tuan! Tuan! Saya kembali dengan berita baik!" Sorak Miguel kembali menjadi karakter cerobohnya saat menghadapi Count Fredrick.
Count Fredrick yang tengah bekerja sangat kesal dengan kelakuan tak sopan Miguel yang menerobos masuk. Masih dengan suara yang keras lagi.
"Berita apa! Kepalamu itu tak akan tersambung lagi jika bukan berita penting!"
Miguel terkesiap takut, namun dengan cepat kembali bersemangat.
"Tuan, hamba benar-benar membawa berita bagus! Saking bagusnya barang yang saya bawa, akibatnya bahkan tuan akan langsung menjadi dermawan pangeran kedua!"
Count Fredrick masih skeptis. Dimatanya Miguel ini hanya seorang penyihir bodoh yang memiliki sedikit nilai. Jika bukan fakta bahwa sihirnya sedikit berguna dalam melawan beberapa orang menyusahkan, Count Fredrick sudah gatal untuk mengubur Miguel hidup-hidup.
"Cepat katakan! Aku masih memiliki banyak kerjaan!!" sergah Count Fredrick tak sabaran.
"Semalam tuan mengatakan bahwa pangeran kedua kehilangan putri kesayangannya,bukan?" Miguel maju dan berlutut mulai menggosok sepatu Count Fredrick. Melihat tuannya itu sudah sedikit tertarik, Miguel segera tersenyum sangat lebar tak lupa menyanjung. "Hamba sudah menemukan anak itu tuan! Putri pangeran Hugo yang hilang."
Mata Count Fredrick melebar. Ia langsung bangkit dari duduknya dan mencengkeram erat kedua bahu Miguel.
"Apa kau serius? Kau tidak berbohong padaku, bukan?" tanya Count Fredrick masih tak percaya.
"Ya! Sekarang anak itu sedang saya sekap di gudang kantor saya!"
Mendengar hal tersebut, Count Fredrick langsung menendang perut Miguel.
"Apa kau gila! Cepat bawa anak itu kemari! Kita tak boleh membuat anak itu menjadi benci pada kita!!" Teriak Count Fredrick yang seolah langsung menyadarkan Miguel.
"Maafkan saya tuan! Saya bodoh! Saya akan segera membawa anak tersebut kemari."
Miguel langsung berlari kembali ke ruangannya dan kembali dengan Adelyn yang berwajah marah.
Saat Count Fredrick melihat rupa Adelyn, ia yang masih tak percaya langsung percaya sepenuhnya! Mata dan surai emas yang sangat mirip dengan anggota-anggota kerajaan Canvira. Ditambah wajah yang seolah dicetak sama seperti pangeran kedua. Jikapun anak ini bukanlah putri yang hilang itu, Fredrick yakin tak ada yang curiga lantaran betapa sempurnanya Adelyn!
"Paman jelek! Apa kau tau siapa aku? Aku bisa menjebloskanmu ke penjara!" Adelyn dengan sombong menghempas tangan Miguel yang menyeretnya.
Count Fredrick langsung tersadar karena hal itu. Wajahnya langsung sangat ramah pada Adelyn walau kakinya menendang Miguel ke samping.
"Jika kau tak suka dia maka jangan lihat. Ingin minum teh, lady?"
Adelyn mengernyit dan melihat Count Fredrick seolah melihat fenomena asing yang aneh.
"Oh, lihatlah ketidaksopanan saya. Perkenalkan, saya Count Fredrick. Saya yang menyuruh Miguel untuk menyelamatkan lady dan membawa pulang lady kembali ke rumah lady." Jelas Count Fredrick panjang lebar. Ada kebanggaan saat ia memperkenalkan dirinya dengan gelar.
"Oh begitukah?" balas Adelyn suam-suam kuku.
"Ya benar, lady. Aku memiliki koneksi cukup tinggi sampai akhirnya aku dapat membawa lady kemari." Count Fredrick yang masih berlaku ramah itu mempersilahkankan Adelyn untuk duduk sembari pelayan menyiapkan teh dan cemilan.
"Kalau boleh tau, apakah lady mengetahui siapa orang tua lady?" Tanya Count Fredrick akhirnya langsung mengenai inti. Ada pertimbangan licik di mata Fredrick, dan Adelyn tak menyukai hal itu. Ia bahkan berani bertaruh jika Fredrick akan langsung merubah sikapnya jika ia mengatakan bahwa ia bukanlah anak yang dicari.
Tapi sepertinya orang tua ini sedikit takut untuk membuatnya marah? Apakah Fredrick takut saat Adelyn bertemu Hugo ia akan mengadukannya?
Kalau begitu...
"Tentu saja aku tau! Ibuku adalah bangsawan dan ayahku adalah pangeran! Apakah ini menjadi masalah bagimu?"
Count Fredrick langsung senang. Seolah memenangkan undian, Count Fredrick ingin bangkit dan melompat-lompat tinggi.
"Kalau begitu, apa yang terjadi pada ibu dan Lady sendiri? Saya dengar kalian diculik oleh bandit hutan."
Mata Adelyn berdenyut sebelum ia kembali melontarkan kebohongan.
"Apa-apaan! Ibuku pergi karena tak sanggup lagi tinggal di pengasingan. Jadi beliau membawaku pergi dan menjadi salah satu saudagar kaya raya di salah satu kota. Aku hidup dengan layak sampai paman jelek itu menculikku!" kata Adelyn sambil menunjuk pada Miguel yang tengah merangkak ingin pergi.
"I-ini. S-saya hanya melakukan ini untuk tuan!" ujar Miguel membela diri.
Count Fredrick ekspresinya yang bahagia itu masih belum retak. Walaupun sepertinya Adelyn ini akan sulit ditangani, setidaknya Count Fredrick akan mendapat ganjaran yang indah setelah membawa Adelyn ke pesta kerajaan besok.
"Maafkan paman itu. Sebagai gantinya, saya dapat menjamin bahwa hidup lady akan tak kalah nyaman seperti lady tinggal bersama ibu lady."
.
.
.
.
To be Continued
KAMU SEDANG MEMBACA
I Refuse to be a Chess Piece
Fantasía[Reincarnation #1] Setelah lahir kembali menjadi anak haram dari pangeran kedua dan kekasih masa kecilnya, Adelyn si agen penakluk dunia bawah itu terpaksa merasakan pengalaman baru yang kadang manis kadang pahit. Setelah koma-nya sang ibu, Adelyn k...