Chapter 3

1.9K 272 18
                                    

Adelyn POV

Aku telah menjadi agen handal semenjak umurku baru 10 tahun. Dibawah banyaknya pelatihan dan marabahaya yang pernah kualami, aku dapat menyelesaikan semua masalah bahkan jika itu tersulit sekalipun. Tapi... tak pernah ku membayangkan jika suatu hari aku menjadi sangat tak berdaya seperti ini.

"Muah! Muah! Bayi mama harum banget!"

Uh, wanita cantik yang berstatus 'ibu' ku ini terus menerus mencium pipiku hingga merah! Tak tahukah ia jika bayi akan marah jika diperlakukan seperti itu? Hm, sepertinya dia tidak tau.

Ditengah-tengah pergulatan batinku, wanita cantik itu kini tak puas hanya mencium pipiku, tapi kini sambil menimangku diperlukannya.

Siapa pun, tolong beritahu ibuku yang tercinta ini, bayi manapun akan mati lemas jika dipeluk sedemikian erat oleh pelukannya!

Aku ingin menegur ibu, tapi segera aku menyadari bahwa aku hanyalah bayi yang baru lahir kemaren sore. Bayi lemah yang bahkan tidak bisa berbicara dan mengutarakan keinginannya walau aku ingin.

Hm, haruskah aku menangis?

"Engg, oeee! Oee~!!"

Ibuku terlihat kaget, dan aku pun lebih kaget! Suara kecil dan lemah itu milikku? Sungguh suatu aib untukku yang adalah agen paling handal di kehidupan sebelumnya.

"Ada apa sayang? Adelyn lapar ya?" tanya ibu yang segera menyumpal mulutku dengan payudaranya.

Demi apa! Ini benar-benar kondisi paling memalukan yang pernah aku alami. Tapi, mengapa ini sangat...

"Hahaha, rupanya kamu nangis karena lapar. Pelan-pelan, jangan sampai tersedak."

... sangat enak! Aku sekarang tau mengapa anak bayi terus merengek dan langsung diam setelah diberi asi. Ini lebih nikmat daripada nasi yang biasa aku makan.

Lupakan, sepertinya tak buruk juga menjadi bayi. Aku tersenyum puas sembari terus menikmati makananku.

•••

Normal POV

Aster meletakkan bayinya yang sudah tertidur pulas dengan gerakan lembut di kasur. Sudut bibirnya terus menerus menyeringai penuh kasih sayang saat melihat Adelyn.

"Haruskah aku mengirim surat kepada Hugo?" gumam Aster pelan.

Setelah insiden perpisahan mereka, Aster enggan untuk membalas pesan-pesan Hugo yang terus datang padanya. Ia hanya akan membaca surat-surat tersebut dan setelah itu menyimpannya seperti harta karun.

Sekarang setelah semalam sukses melahirkan Adelyn, Aster tergelitik untuk bertukar kabar dengan ayah dari bayinya.

Akhirnya Aster memutuskan untuk melakukan hal tersebut. Ia membunyikan sebuah lonceng kecil dan seorang pelayan segera berjalan masuk ke kamarnya.

"Bawakan aku selembar kertas dan pena."

Pelayan muda itu mengangguk, dan datang lagi dengan seperangkat alat tulis dengannya.

Aster sendiri tak perlu lama menulis sebelum memasukkan pesan itu ke sebuah amplop. Ia hanya menuliskan beberapa patah kata jika ia ingin Hugo datang padanya.

"Tolong kirimkan surat ini ke istana Pangeran kedua."

"Baik nyonya."

"Ya, terimakasih Ina."

Pelayan muda bernama Ina tersebut tersenyum senang. Ia sedikit bertukar tanya jawab seputar kondisi Aster, melihat nona muda yang ia rawat sedari kecil terlihat lebih hidup setelah melahirkan Adelyn.

I Refuse to be a Chess PieceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang