10. The Bodyguard

309 63 35
                                    

Gaiseu... Spam komen yuk.
Kimmi lagi jenuh nih, butuh suntikan semangat 😞
Revisi lagi numpuk + mood juga lagi jelek. Mau revisi aja rasanya berat banget.
Ga mau kan Kimmi jadi slow update karna storynya belum di revisi?
Jadi spam komen yang banyak ya...

-
-
-

"Sedang apa kau disini?" tanya Sohyun langsung hingga membuat Jimin yang saat itu tengah memejamkan matanya langsung terkesiap. Ia tak menyadari jika Sohyun kini sudah berdiri disampingnya.

"Oh! Selamat siang Sajang-nim," sapa Jimin sambil membungkukan tubuhnya. Tak lupa dengan senyuman sehangat mentarinya juga.

"Apa yang kau lakukan disini?" tanya Sohyun lagi tanpa membalas sapaan Jimin padanya. Wajahnya nampak sangat datar dengan aura intimidasi yang mengelilinginya.

"Ah itu, saya disini untuk menjaga anda," ucap Jimin cepat yang malah menimbulkan kerutan yang ketara pada dahi Sohyun.

"Menjaga?" ulang Sohyun. Dengan mantap Jimin menganggukan kepalanya.

"Saya diminta oleh Presdir untuk menjaga anda," ucap Jimin mantap hingga kembali membuat Sohyun menunjukan kerutan di dahinya.

"Diminta oleh eomma untuk menjagaku? Maksudnya kau diminta eommaku untuk menjadi bodyguard-ku? Begitu?" tanya Sohyun memastikan yang langsung di jawab dengan cepat oleh Jimin.

"Ne. Maseumnida."
Mendengar jawaban dari Jimin membuat Sohyun sedikit terkesiap. Hei Jimin ini Sekertarisnya. Dan Sohyun rasa pekerjaan itu sudah cukup menyulitkan untuk pria itu. Dan kini pria itu malah menambah pekerjaannya? Apakah pria itu sedang membutuhkan uang hingga mengambil semua pekerjaan itu? Sungguh Sohyun tidak mengerti dengan itu. Ia tidak mengerti kenapa Jimin bisa menjadi bodyguard-nya dan tidak mengerti pula kenapa Ibunya bisa memilih Jimin yang sudah jelas-jelas menjadi Sekertarinya di kantornya pula. Itu sedikit tidak masuk akal. Maksudnya, dari sekian banyak orang di dunia dan juga orang kepercayaan yang Ibunya miliki, kenapa beliau mendapuk Jimin yang menjadi bodyguard-nya? Sohyun pikir Ibunya akan mengirimkannya seorang pengawal berbadan besar dan menakutkan untuk menjaganya. Tapi ini? Jimin? Yang benar saja.

Jika dilihat sekilas, proporsi tubuh Jimin nampak cukup kecil. Yah walaupun tidak benar-benar kecil. Tingginya 174 cm, tidak terlalu pendek, tapi tidak terlalu tinggi pula. Badannya tidaklah besar, bahunya pun nampak sempit walau tidak sesempit bahu seorang gadis. Tapi Jimin cukup jauh pula dengan definisi bodyguard yang Sohyun pikirkan selama ini. Karena sebelumnya orang-orang yang bertugas untuk menjaga Ibunya memiliki badan yang tinggi tegap, bahu lebar dengan wajah yang cukup menyeramkan menurut Sohyun. Tapi Jimin? Dibanding menjadi bodyguard, pria itu lebih terlihat seperti seorang kekasih yang tampan. Berlebihan? Tidak juga. Karena jika boleh jujur, Sohyun rasa Jimin memang memiliki wajah yang tampan dan rupawan. Senyumannya terlihat manis dan hangat secara bersamaan. Suaranya juga terdengar lembut. Dan jangan lupakan bagaimana rahangnya yang tegas dengan kedua mata indah penuh binar. Ok... Sohyun rasa sudah cukup ia memperhatikan dan mengelu-elukan Sekretarisnya itu. Sekarang fokus pada topik yang sedang mereka bahas saat ini.

"Tapi kenapa kau bisa menjadi bodyguard-ku?" tanya Sohyun yang sejujurnya tidak perlu juga ia lontarkan di depan Jimin, karena pertanyaan itu seharusnya Sohyun lontarkan langsung pada Ibunya dan bukan Jimin.

"Presdir yang memintanya langsung pada saya."

"Dan kau menerimanya?"

"Ne."

"Oh astaga... Apakah kau salah satu pesuruhnya? Kenapa kau sangat penurut? Kau melakukan banyak hal atas suruhan eomma. Hei, aku hanya ingin memberi tahumu jika menolak apa yang bosmu katakan terkadang tidak ada salahnya. Saat kau merasa itu akan sangat membebani, katakan saja. Jangan terlalu menjadi seseorang yang sangat penurut seperti ini." Sohyun tak habis pikir dengan jalan pikiran Jimin. Bisa-bisanya pria itu menuruti semua perintah sang Ibu. Sedangkan Sohyun saja rasanya sedikit muak jika harus menjadi seseorang yang sangat penurut. Tapi Jimin? Menjadi alarm pengingat makan Sohyun saja ia rasa sudah cukup membebankan. Hei dude, maksudnya bukankah Jimin seharusnya bisa bebas pergi saat jam istirahatnya. Makan bersama kawannya atau sekedar beristirahat sejenak sebelum kembali ke pekerjaannya. Tapi ini? Dia malah menemenani Sohyun makan bahkan membuat waktu istirahat pria itu hanya cukup untuk menemaninya makan tanpa bisa melakukan apapun lagi setelahnya. Bukankah itu cukup memuakan dan melelahkan?

Consent ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang