7. An Intrusion

316 66 24
                                    


Jangan lupa vote ⭐ dan spam komen ya...

Oh iya, kalo nanti Kimmi ganti judulnya, kira-kira kalian keberatan ga?
Soalnya Kimmi takut judul yang sekarang ga sesuai sama tema.
Jadi di jawab ya...
Serius nanya loh ini tuh.
Ok deh itu aja.

Enjoy

-
-
-

"Kau datang?"

Sohyun tersentak dengan kehadiran seseorang yang kini sedang berdiri dengan senyuman manis di tepi meja makannya.

"Aku sudah menyiapkan makan malam untukmu, ayo makan." Orang itu masih mempertahankan senyumannya yang amat manis tapi terasa memuakan bagi Sohyun. Ia menurunkan tangannya yang sebelumnya sudah dalam posisi siap untuk memukul seseorang yang memasuki apartemennya tanpa izin tersebut. Ia kemudian melemparkan sepatu miliknya dan berjalan kearah pria itu dengan tatapan dinginnya.

"Sedang apa kau disini?" sarkasnya.

"Menyiapkanmu makan malam."

"Bukankah sudah aku katakan untuk tidak menemuiku lagi?"

"Kau memang mengatakan itu, tapi bukan berarti aku harus menurutinya 'kan?" ucap orang itu tanpa rasa bersalah sedikitpun.

"Pergi!" usir Sohyun dengan tangan terangkat dan mengarah pada pintu apartemennya—gestur mengusir. Tapi pria itu tak mengindahkan, memilih untuk menganggap pengusiran Sohyun hanya angin lalu.
"Aku menyiapkan makanan kesukaanmu."

"Sudah aku katakan pergi dari sini!"

Namjoon—orang itu—yang tadi terlihat sangat tenang dengan senyumannya, kini mulai menunjukan raut tidak sukanya saat Sohyun terus saja menyuruhnya untuk keluar dari apartemennya.
"Tidak," tolaknya dengan raut tidak suka. "Seberapa keras pun kau mengusirku dan tak menginginkan keberadaanku, aku akan tetap ada disisimu," tambahnya.

"Kita sudah berakhir. It's over, Joon!"

"Aku sama sekali tidak pernah menganggap ini berakhir. Sudah aku katakan itu hanya salah paham. Gadis itu bukan lagi siapa-siapaku."

"Aku tidak peduli. Keluar dari apartemenku!"

"Tidak." Lagi-lagi Namjoon menolak pengusiran Sohyun dari kediamannya. Ia bebal dan ia tak peduli.

"Jika kau tidak mau keluar, aku akan panggilkan polisi," ancam Sohyun.

"Silahkan saja. Aku tidak takut," ucap Namjoon santai.

"Ok. Lihat."
Sohyun mengeluarkan ponselnya dan segera membuat sebuah panggilan. Dan yah, tak butuh waktu lama bagi Sohyun agar panggilan itu segera tersambung.

"Hallo?"

"Aku ingin melaporkan bahwa...." Sohyun belum juga mengatakan apa yang ia inginkan, tapi Namjoon sudah lebih dulu merebut ponselnya, mematikan sambungan telepon tersebut kemudian melemparkannya keatas meja makan.

"Kau gila?!" bentak Namjoon.

"Siapa yang kau sebut gila? Tak bisakah kau bercermin. Yang gila itu kau!" Sohyun menunjuk wajah Namjoon dengan telunjuknya tanpa rasa gentar. Percuma, baik dirinya maupun Namjoon, keduanya sama-sama keras kepala. Dan Sohyun sama sekali tidak akan gentar berhadapan dengan mantan kekasihnya tersebut.
"Masuk ke apartemenku tanpa izin. Bersikap seolah-olah tak ada yang terjadi dan mengatakan kita belum berakhir. Bukankah kau gila? Dimana otakmu? Apakah kau tidak bisa mengingat apa yang aku katakan? Atau mungkin kau tidak mengerti bahasa yang aku gunakan?"

Consent ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang