22. Break Up With Him

320 59 28
                                    

Ada yang inget kapan terakhir kali Kimmi up story ini?
Kayanya udah lama ya, meskipun kayanya ga lama-lama banget sih.

BTW apakah kalian masih menunggu cerita ini, atau mungkin udah bosen karena cerita ini makin ga jelas?
Yuk di jawab.

-
-
-

Seorang gadis nampak mengetuk-ngetukkan jarinya diatas meja yang ada di depannya. Tatapnya mengawang pada kaca besar yang ada di sampingnya. Sesekali melirik arloji yang melingkar di tangannya, seolah sedang menunggu seseorang disana.

Sudah hampir 15 menit lamanya Seorin-gadis itu disana, menunggu seseorang yang ingin di temuinya namun tak kunjung datang. Bukan salah orang itu jika ia datang terlambat, tapi salah Seorin yang meminta bertemu mendadak seperti itu. Tapi mau bagaimana lagi, ia tak bisa melakukan apapun selain itu. Ia membutuhkan seseorang di sampingnya. Ia butuh di temani.

Dan saat sedang menunggu, tiba-tiba saja Seorin merasa ada sepasang tangan dingin yang menutup kedua matanya. Sejenak tubuh Seorin menegang, tapi mencium bau dari orang itu membuat Seorin sedikit tenang. Ia mengenali baunya.

Orang itu kemudian membuka kedua mata Seorin dan menyembulkan kepalanya diantara bahu Seorin karena posisinya yang memang sedang berdiri di belakang Seorin.

Seorin menoleh dan menemukan seorang pria sedang menatapnya sambil tersenyum hingga menampakan eyes smile-nya yang indah. Dan itu membuat Seorin jadi tak kuasa untuk menahan senyumnya.

Orang itu kemudian bergeser dan berdiri di samping Seorin.

"Oppa baik-baik saja? Tangan oppa dingin sekali," ucap Seorin seraya meraih kedua tangan orang yang di panggilnya oppa itu dan menggenggamnya dengan erat. Berharap itu bisa menghangatkannya.

"Aku baik-baik saja. Tanganku dingin karena udara di luar cukup dingin," ucapnya masih mempertahankan senyumannya. Seorin menganggukkan kepalanya paham. Benar, udara di luar memang cukup dingin paska di guyur hujan. Meskipun hujannya sudah reda dan sang mentari sudah hadir walau tertutup awan, tapi udaranya masih dingin.

"Mau hot chocolate?" tawar Seorin.

"Boleh," jawab Jimin-orang itu-cepat. Seorin kembali menganggukkan kepalanya.

Setelahnya ia segera mengangkat sebelah tangannya dan memesankan minuman untuk Jimin.

"Byul, aku ingin hot chocolate ya satu," ucap Seorin pada sang pelayan.

"Ok," jawab sang pelayan dengan senyum berhiaskan dimple itu. Jimin hanya menatap interaksi dua orang itu dalam diam. Merasa sedikit heran melihat kedekatan Seorin dengan sang pelayan.

"Aku lihat kau cukup akrab dengan Eunbyul," ucap Jimin.

"Aku sering datang kemari dan bertemu dengannya, jadi wajar jika kami menjadi begitu akrab. Tidak seperti bosnya yang hanya datang jika ada perlunya saja," terang Seorin dengan sedikit sindiran di akhirnya.

"Kau menyindirku?" tanya Jimin dengan mata yang memicing.

"Tidak. Aku tidak menyindir oppa."

"Lalu kalimatmu barusan itu apa? Jelas-jelas pemilik tempat ini adalah aku, itu artinya aku adalah bosnya. Dan secara tidak langsung kau juga menyindirku."

"Oh benarkah? Ah aku lupa jika kau pemilik tempat ini," ucap Seorin dengan sedikit candaan. Benar, Seorin hanya bercanda. Dia tahu Jimin pemilik tempat ini, dia hanya ingin bermain-main saja dengan kakaknya yang sudah lama tidak ia temui itu.

Jimin yang tidak tahu harus menanggapi seperti apa kalimat Seorin akhirnya hanya bisa menggelengkan kepalanya dengan senyuman yang kembali di hadirkan. Tapi apa yang Seorin katakan ada benarnya. Jimin memang sangat jarang datang ke sana, padahal dia pemilik tempat itu. Dan jika saja Seorin tidak memintanya untuk bertemu disana, Jimin juga mungkin tidak akan tahu keadaan café tersebut.

Consent ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang