38. Soft Boyfriend

225 53 53
                                    

Sebelum baca Kimmi mau tanya sesuatu, boleh?
Kalian naik kapal apa nih di cerita ini?
Apakah kalian ada di tim TaeSso atau JiSso?
Di jawab ya...

-
-
-

Sohyun masih tidak tahu hubungan seperti apa yang sedang di jalaninya bersama Jimin saat ini. Hubungan pura-pura? Tapi hal itu sudah berakhir setelah Jimin menyatakan perasaannya. Pacaran sungguhan? Tapi Sohyun tidak pernah mendengar pernyataan Jimin yang memintanya untuk menjadi kekasihnya selain hari itu. Pacar kontrak? Tapi Sohyun tidak pernah mengiyakan permintaan Jimin untuk menjalin hubungan sampai tenggang waktu seratus hari yang sempat mereka bicarakan. Lalu hubungan seperti apa yang mereka jalin saat ini? Entahlah, Sohyun juga tidak tahu. Yang jelas ia hanya dapat menikmati bagaimana Jimin memperhatikannya, memanjakannya dan menyayanginya. Dirinya tidak lagi memikirkan perihal status, selama dirinya nyaman, akan Sohyun lanjutkan.

Sejak pertikaiannya dengan Jimin kemarin, kini hubungan diantara mereka memang sudah kian membaik. Sohyun bahkan sedikit berubah pada Jimin. Tidak lagi kaku dan menunjukkan sisi dirinya yang lain. Sohyun sekarang menjadi apa adanya di depan Jimin.

"Kenapa kau terus menatapku? Apa ada sesuatu di wajahku?" tanya Jimin seraya mengusap wajahnya. Memastikan bahwa tidak ada apapun di wajahnya.

Pasalnya Sohyun sedari tadi terus menatapnya dari kursi yang ada di sampingnya. Menumpukan kepalanya pada sebelah tangan yang tertekuk di atas meja dengan tatapan yang menatap Jimin dalam.

Tapi Sohyun hanya menggelengkan kepalanya pelan. "Tidak ada apapun di wajah tampanmu. Aku hanya ingin memandangimu saja," ujarnya.

"Tampan? Kau mengatakan jika aku tampan?" ulang Jimin memastikan bahwa gadis itu benar-benar memujinya.

"Eum. Memangnya kenapa?"

"Tidak biasanya kau memujiku begitu."

"Benarkah? Ah itu berarti saat ini penglihatanku mungkin sudah sedikit buram dan aku juga sudah hilang akal hingga mengatakan hal itu," ucap Sohyun enteng seraya mengedikkan bahunya.

"YA~" protes Jimin dengan suara yang mengayun. Sedikit tidak setuju dengan ucapan Sohyun. Tapi gadis itu malah mengacuhkannya. Memilih untuk segera bangkit dari duduknya dan berjalan ke arah kulkas untuk mengambil puding yang telah Jimin buat siang tadi.

Kenapa gadis itu sangat gengsi sih? Jika menurutnya Jimin itu tampan, kenapa tidak bilang jujur saja. Kenapa harus menambahkan alibi? Kan Jimin yang awalnya sudah naik ke awang-awang jadi merasa di hempaskan kembali.

Sohyun membawa puding yang di ambilnya dari dalam kulkas menuju kitchen bar yang tak jauh dari tempat dirinya berada. Mengambil sondok miliknya dan segera menyantap makanan itu.

"Babe?"

Tidak mendapati tanggapan dari Sohyun, Jimin memutuskan untuk mendatangi gadis itu yang kini sudah tenggelam dalam makanan manis itu.

Jimin kemudian berdiri di belakang Sohyun. Mengungkung gadis itu dengan kedua tangannya yang di letakan pada tepian meja di masing-masing sisi tubuh Sohyun. Membuat tubuh mungil itu kini terkurung oleh tubuh Jimin.

Sohyun yang mendapati perlakuan seperti itu hanya diam saja. Memilih untuk tetap melanjutkan acara makanannya. Baginya itu bukanlah apa-apa. Lagipula apa yang akan Jimin lakukan padanya?

"Babe?" panggil Jimin sekali lagi seraya mencondongkan tubuhnya hingga wajah keduanya sejajar.

Sohyun hanya menjawab dengan sebuah gumaman. Kemudian menyodorkan sendok berisi puding miliknya pada Jimin. Memberikan intruksi pada pria itu untuk membuka mulutnya dan langsung di turuti oleh Jimin. Pria itu membuka mulutnya dan Sohyun segera menyuapkan puding itu ke mulutnya.

Consent ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang