Memori

546 103 14
                                    


Desember, 2013.


Di setiap ruang kelas sudah tertempel berbagai nama Universitas Negeri di Indonesia bahkan sampai Universitas di luar Indonesia, tidak lupa dengan berbagai pilihan Universitas Swasta terbaik di negeri ini.

Setiap siswa pasti sudah memiliki pilihan Universitas nya, tempat dimana mereka akan melanjutkan pendidikan dam mimpi nya. Membangun semua mimpi yang sudah dibentuk dibangku sekolah menengah.

"Tinggal lo nih yang belum isi. Isi cepetan."

Sang ketua kelas tersebut melemparkan sebuah kertas yang berisi nama siswa dan pilihan tempat Universitas yang mereka pilih.

"Heh!! Lo denger gak?"

Geram karena orang tersebut tidak kunjung mengisi kertas tersebut, kemudian ketua kelas itu pun mengambil kertas beserta pulpen yang tadi sempat terlempar ke bawah meja.

"Gue udah kasih kesempatan buat lo isi ini. Bisa gak lo sekali aja gak usah nyusahin kelas ini?! Dasar sampah!!"

Gadis tersebut hanya bisa terdiam di tempat nya karena sudah biasa mendapat makian hingga celaan setiap hari nya dari semua siswa di sekolah ini. Menahan semua perasaan selama tiga tahun lamanya bukan perkara mudah, setidaknya ia harus bertahan sedikit lagi untuk bisa bebas dari sekolah ini.

"Biarin aja sih lagi pula Universitas mana coba yang mau nerima anak dari panti asuhan kaya dia."

"Gak ada tempat lain selain panti asuhan yang bisa nerima sampah kaya dia."

Jika dilihat saat ini semakin banyak siswa yang berkumpul mengelilingi meja milik gadis itu, mereka tidak ada yang berniat untuk menolong bahkan beberapa dari mereka pun ikut menyuarakan kebencian, makian dan hinaan.

"Pantes aja kelakuan nya begini, dia kan gak punya orang tua."

"Kan dia anak haram. Biasanya kan anak yang di panti asuhan itu anak haram."

Mendengar hal tersebut gadis itu sudah tidak bisa menahan semua emosi nya, kedua tangan nya terkepal hingga berwarna putih, kedua matanya menyiratkan kalau dia marah sekaligus juga merasa takut.

"APA AKU ADA SALAH SAMA KALIAN SEMUA?! APA SALAH AKU SAMPAI KALIAN KAYA GINI?!! AKU GAK PERNAH MINTA UNTUK HIDUP SEPERTI INI, TANPA KALIAN MELAKUKAN HAL KAYA GINI PUN HIDUP AKU UDAH BERAT."

Semua orang terdiam di tempat nya masing-masing, mereka tidak menyangka jika gadis itu bisa meluapkan emosi nya seperti itu.

Memilih untuk meninggalkan kelas tersebut adalah hal yang dilakukan nya, meninggalkan semua siswa dalam ruangan kelas tersebut dengan perasaan terkejut. Lagi pula kalau ia tidak ada pun tidak akan ada yang mencari nya di sekolah itu.

Hidup selama tujuh belas tahun di panti asuhan tanpa mengenal siapa ayah dan ibu nya membuat gadis tersebut selalu dihina oleh teman-teman di sekolah nya. Banyak yang menatap jijik seolah dirinya adalah sampah yang harus dihindari. Memang apa salahnya jika anak dari panti asuhan sekolah berdampingan dengan mereka?

Air mata nya terus mengalir selama ia berjalan kaki untuk pulang menuju sebuah bangunan yang selama ini sudah menjadi tempat tinggal nya. Hidup dengan belasan anak lain nya, melihat setiap tahun nya banyak anak yang keluar karena diingankan oleh pasangan orang tua yang datang.

Mungkin dulu dirinya selalu berharap ada pasangan orang tua yang ingin mengadopsi nya, tetapi harapan nya selalu pupus ketika yang dipilihnya selalu bukan dia.. sekarang dia sudah tidak mengharapkan hal tersebut, baginya hidup dimana pun dia sekarang, ia bersyukur masih bisa hidup dengan layak dan ada orang baik yang mau menerima nya.

Ketika kaki nya hendak memasuki area depan dari panti asuhan tersebut tetapi lebih dulu tangan nya tertarik ke belakang dan menemukan sosok laki-laki yang berseragam sekolah menengah yang ia bisa tahu kalau sekolah tersebut adalah termasuk sekolah elit di kota ini.

"Jeffrian stop."

Teriak gadis tersebut ketika laki-laki di depan nya ini terus membawa dirinya.

Mereka memang sudah saling mengenal satu sama lain karena Jeffrian dan juga Mami nya cukup rutin untuk mengunjungi dan membawakan beberap kebutuhan untuk panti asuhan ini.

Jeffrian menghentikan langkah nya kemudian berbalik menemukan gadis di depan nya ini masih menangis, tanpa pikir panjang Jeffrian langsung menarik gadis tersebut ke dalam pelukan nya. Mencoba menenangkan sebisa mungkin.

Gadis tersebut masih menangis kencang dalam pelukan nya dan Jeffrian masih sibuk dengan berbagai cara untuk menenangkan.

"Semua nya terlalu kejam."

"Aku gak sanggup lagi, kalau pun bisa aku lebih milih untuk gak ada di dunia ini."

Jika boleh jujur, Jeffrian yang mendengar gadis yang berada di dalam pelukan nya ini berkata seperti itu dengan nada yang sangat lirih membuat Jeffrian ikut merasakan sesak dan tidak bisa terbayangkan bagaimana gadis itu menahan semuanya selama ini.












[●●●●●●●●●]
Part ini gimana menurut kalian?
Udah bisa tebak problem nya apa?

See you in next chapter
Stay healthy semuanya...

LANGIT SENJATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang