Siang ini di hari minggu Langit telah kembali dari kegiatan nya untuk menyempatkan berolahraga sebentar di pusat kebugaran yang bertempat di sebelah apartemen tempat tinggal nya, kemudian setelah itu Langit bergegas untuk menjemput Senja di rumah nya.
"Duduk dulu sebentar, aku mau mandi." Titah Langit pada Senja ketika mereka berdua baru saja menginjakan kaki di dalam unit apartemen milik Langit.
Unit apartemen milik Langit itu tidak terlalu mewah dan luas nya pun cukup untuk satu atau dua orang tinggal di dalam nya, tetapi bukan itu melainkan suasana dan tata letak seluruh furniture yang sangat pas. Langit sendiri yang mendesain tata letak di dalam apartemen nya.
Selepas Langit memasuki kamar nya untuk membersihkan diri, Senja beranjak memasuki wilayah dapur dan berhenti di depan sebuah lemari es berwarna hitam. Dilihat nya isi di dalam lemari es tersebut masih tergolong padat hanya ada beberapa yang sudah dipakai mungkin oleh Langit.
Langit bukan tipe lelaki yang suka dengan makanan instant atau membeli makanan di luar, Langit memilih untuk memasak sendiri. Membeli makanan di luar atau memakan makanan instant bisa dihitung oleh jari kapan langit melakukan hal tersebut.
Setelah memikirkan apa yang hendak ia sajikan untuk Langit, Senja memilih untuk membuatkan ayam kecap dan sayur bayam untuk santapan Langit siang ini. Langit bukan tipe orang pemilih makanan, ia akan memakan apapun yang sudah dibuatkan untuknya terlebih lagi ketika Senja yang memasak.
Chup
Senja memejamkan matanya ketika merasakan sebuah kecupan di pipi kanan nya yang tidak lain adalah Langit pelaku nya. Dengan tampilan yang memakai kaos putih polos tanpa lengan dan juga celana pendek berwarna hitam beserta rambut hitam nya yang masih basah dengan air yang masih menetes.
"Kamu aku bawa kesini kan bukan untuk masakin aku." Celoteh Langit.
Senja yang mendengar hal tersebut kemudian mengangguk asal. "Tapi aku lebih tau kamu kalau habis gym itu males bawaan nya pengen tidur terus, yang ada sampai besok kamu nggak makan."
Langit terkekeh ketika Senja menyebutkan kebiasaan nya setelah pergi berolahraga. Bukan apa apa, tetapi rasanya Langit sudah menghabiskan seluruh energi nya untuk mengangkat seluruh beban yang tersedia di pusat kebugaran.
"Kamu tuh kebiasaan banget, itu rambut nya keringin dulu." Tegur Senja ketika matanya menangkap tetesan air dari rambut hitam milik Langit.
"Males ah, nanti juga kering sendiri." Jawab Langit sambil membuka lemari es untuk mencari buah mangga yang ia beli kemarin.
Senja berdecak, "Langit! Kamu dengerin aku nggak sih?"
"Apa Senja?"
"Keringin dulu rambut nya. Nanti yang ada kamu masuk angin. Aku nggak mau ya dengerin rengekan kamu kalau kamu sampe sakit nanti."
Langit semakin tidak menanggapi omelan Senja dengan serius, lelaki itu memilih untuk memberikan potongan mangga yang sudah dikupas nya tadi ke arah Senja.
Senja yang melihat itu pun tidak menolak dengan suapan mangga dari Langit.
"Jangan marah-marah terus, jadi lucu kan muka nya tuh." Canda Langit sambil sesekali menusuk nusuk pipi Senja dengan telunjuk nya.
"Udah deh diem. Awas dulu aku mau pindahin sayur nya." Ucap Senja sambil menggeser tubuh Langit yang sedikit menghalangi akses nya.
"Mau ngapain dipindahin?"
"Ya buat kamu makan lah ganteeeeengg. Emang nya kamu nggak mau makan? Kalau nggak mau makan yaudah, biar aku makan sendiri aja." Putus Senja.
Langit menggeleng. "Mau lah sayang, aku udah laper banget ini."
"Ya makanya awas dulu."
*
Setelah menghabiskan makan siang nya, Langit dan juga Senja kini beralih pada ruang televisi milik Langit yang tengah memperlihatkan episode dari drama korea yang Senja pilih. Walaupun awalnya Langit tidak mengerti tetapi apa boleh buat selain mengikuti gadisnya untuk menonton.
Langit menolehkan kepalanya ke arah kanan ketika merasa Senja diam saja dan berbeda dari sebelum nya yang berisik mengomentari seluruh scene yang muncul.
Senja terlihat memejamkan kedua matanya dengan tubuh yang masih tegap terduduk.
"Senja ... "
"Senja ... "
Merasa tidak mendapatkan respon apa pun, Langit beralih menepuk pelan pipi milik gadis itu. "Sayang ... "
Panggilan yang Langit berikan pun belum ter-respon apa apa hingga beberapa detik kemudian Senja mulai membuka kedua matanya dan beralih pandangan ke arah kiri yang memperlihatkan raut wajah Langit yang sedang cemas.
Langit menghembuskan napas nya lega. Tangan nya terulur untuk sekedar merapihkan anak rambut dan menyelipkan nya ke belakang telinga.
"Kenapa, hm?"
Senja menggeleng, kemudian memilih untuk beringsut mendekati tubuh Langit dan memeluknya. Langit yang mendapatkan perlakuan mendadak tersebut hanya bisa membalas dan menenangkan gadis nya.
"Kangen Langit." Lirih Senja.
Langit kemudian memilih untuk lebih mendekap tubuh mungil Senja dengan erat sambil sesekali mengelus bahu nya. "Aku disini."
Tanpa Langit ketahui sebenarnya Senja yang sekarang sedang menyamankan diri di pelukan Langit itu sedang menahan rasa pusing yang tiba-tiba menyerang kepala nya. Yang Senja rasakan saat ini kepala nya serasa ditekan oleh benda kuat dan keras dan juga rasa pusing yang luar biasa.
"Langit ... "
"Iya sayang ... "
"... kamu harus janji kalau kamu bakal sama aku terus."
Langit mengangguk, kemudian mengecup puncak kepala Senja. "Janji. Aku temenin kamu terus."
"Langit ... "
"Hm?"
"Pusing.. kepalaku sakit." Ucap Senja dengan pelan tapi masih bisa didengar oleh Langit.
Langit tersentak ketika gadisnya itu mulai mengatakan tentang apa yang dia rasakan saat ini. "Senja.. kamu denger aku kan?"
"Senja? Hei sayang.."
Langit beringsut untuk sedikit melonggarkan pelukan nya dan betapa terkejut nya ketika kaos yang dipakainya kini sudah tercetak noda basah di bagian dada, sebuah noda basah berwarna merah darah.

KAMU SEDANG MEMBACA
LANGIT SENJA
FanfictionLangit butuh senja agar terlihat indah. Senja pun butuh langit sebagi tempatnya.