Mei, 2014.
Pagi ini terasa seperti pagi yang biasanya, menyibukan diri dengan membantu beberapa Ibu panti sudah menjadi kesibukan nya setelah menyelesaikan ujian nasional. Berbeda dengan anak-anak seusia nya yang sedang sibuk dengan berbagai macam pilihan Universitas terbaik.
Gadis tersebut kembali mengecek beberapa barang belanjaan yang ada di tangan kiri nya, karena tidak ingin ada yang kurang.
Setelah mengecek barang belanjaan nya, matanya menangkap kejadian ramai yang berada di halte yang berjarak dekat di hadapan nya sekarang. Ada seorang Ibu yang sedang ditenangkan oleh beberapa orang.
Entah kenapa kaki nya malah melangkah mendekat ke arah halte tersebut yang seharus nya arah ia pulang adalah belok ke arah kanan.
Setelah kerumunan nya mereda, gadis tersebut memberanikan diri untuk duduk di samping kiri wanita paruh baya tersebut.
"Ibu gapapa?" Tanya nya dengan sangat hati-hati.
Wanita tersebut tersenyum dengan hangat, "Gapapa cuma kaget aja tadi."
Sempat terdiam sebentar kemudian gadis tersebut kembali memberanikan diri untuk bertanya lebih jauh.
"Kalau boleh tau, memang nya Ibu kenapa? Maaf kalau saya lancang."
"Tadi Ibu gak sengaja kecopetan, semua nya diambil tapi untung nya handphone dipisah."
Gadis tersebut mengangguk kemudian mengulurkan tissue yang diterima dengan senang hati oleh wanita paruh baya tersebut.
"Kamu habis belanja? Rajin banget, jarang loh ada anak gadis yang mau belanja ke pasar pagi-pagi gini."
"Oh iya kita belum kenalan, nama saya Ratih. Saya juga punya anak gadis seusia kamu. Nama kamu siapa cantik?"
"Nuansa Senja."
Ratih sempat terkejut sedikit sebelum kembali memberikan atensi nya pada gadis yang ada di hadapan nya. "Nama kamu cantik banget secantik orang nya. Pasti Ibu kamu yang kasih nama itu?"
"Oh iya, Ibu panggil Senja aja ya.. boleh kan?"
Senja mengangguk dan tersenyum tipis. "Saya gak punya Ibu dan Ayah, saya gak tau wajah mereka seperti apa. Ibu panti cuma bilang kalau Ibu panti nemuin saya di plastik dekat pembuangan sampah."
Ratih terkesiap mendengar semua penuturan Senja, tidak menyangka jika gadis yang ada di hadapan nya ini seorang yatim piatu. Orang tua mana yang dengan tega menelantarkan anak bayi perempuan yang tumbuh menjadi gadis manis dengan mata bulat berwarna coklat gelap, bulu mata lentik dan kedua pipi yang kemerahan.
Tidak lama kemudian datang sebuah mobil sedan berwarna hitam di depan halte, kemudian ada sesosok remaja pria yang setengah berlari ke hadapan Ratih, dan Senja bisa menebak jika itu adalah anak dari Ratih.
"Ibu?! Aduh, Ibu tau gak di rumah tuh Ayah, Elina sama Abang panik gara-gara denger Ibu kecopetan. Kenapa gak minta anter sama abang aja sih, bu?"
Ratih hanya tersenyum menenangkan anak sulung nya, kemudian menarik tangan anak lelaki nya tersebut untuk lebih mendekat.
"Ibu gapapa, tadi Ibu ditemenin sama Senja."
"Senja, ini anak Ibu namanya Johnny."
"Abang, kenalin.. ini Senja dia seumuran sama adik kamu."
Johnny mengangguk kemudian mengulurkan tangan nya ke arah Senja. "Saya Johnny, terima kasih karena mau menemani Ibu saya disini."
Senja mengangguk dan tersenyum dengan tulus. "Kalau begitu saya pamit pulang duluan karena udah semakin siang."
Ratih mengangguk kemudian menarik tangan Senja. "Biar dianterin aja ya, sekalian Ibu mau tau tempat tinggal kamu dan siapa tau Ibu nanti bisa mampi main. Abang mau kan anterin Ibu ke rumah Senja dulu."
Johnny mengangguk kemudian langsung membukakan pintu belakang mobil.
"Eh tapi gapapa kok saya bisa pulang sendiri, biar Ibu sama Kak Johnny bisa langsung pulang."
Johnny kemudian tersenyum. "Gapapa gak usah sungkan. Benar kata Ibu tadi siapa tau kami nanti bisa main dan jadi saudara."
Ratih tertawa kemudian menepuk bahu anak sulung nya tersebut. "Udah udah, ayo pulang nanti makin siang kasian Senja."
Setelah Senja memasuki mobil sedan hitam tersebut Senja langsung menyebutkan alamat dimana tempat tinggalnya, tidak lama mobil milik Johnny berhenti tepat di depan papan besar bertuliskan PANTI ASUHAN PELANGI.
Senja langsung membuka pintu mobil yang langsung diikuti oleh Ratih sementara Johnny masih mematung ketika dirinya membaca papan di depan pagar, tidak menyangka jika perempuan yang seumuran dengan adiknya itu tinggal di tempat seperti ini.
Lamunan Johnny buyar ketika pintu di sebelah nya dibuka oleh sang Ibu. "Bu, Senja beneran tinggal disini?"
Ratih mengangguk pelan. "Tadi Ibu juga sempet kaget begitu denger cerita nya, Ibu gak tega lihat anak seumuran anak gadis Ibu tinggal di tempat seperti ini. Gak seharusnya dia ada disini."
Tanpa sadar pun Ratih meneteskan air mata nya,
"Bu.."
Panggil Johnny.
"Kenapa? Kita gak akan pulang? Bukan nya abang bilang tadi Ayah sama Elina nungguin Ibu pulang?"
Johnny mengangguk kemudian menarik tangan Ibu nya untuk ia genggam. "Kalau abang minta Senja untuk Ibu sama Ayah jadiin adik aku, apa boleh?"
●●●●●●●●●●
Gimana gimana udah jelas kan sekarang masalah nya apa?? 😅

KAMU SEDANG MEMBACA
LANGIT SENJA
FanfictionLangit butuh senja agar terlihat indah. Senja pun butuh langit sebagi tempatnya.