Apa boleh Egois?

575 104 21
                                        

Sepulang nya dari rumah sakit, Johnny dan juga Senja langsung disambut dengan suasan rumah yang hangat beserta Ayah dan Ibu yang berada di ruang makan.

"Asik banget ini yang habis pulang jalan-jalan." Seru Ayah

Seruan dari sang kepala keluarga sama sekali tidak mendapatkan jawaban dari kedua nya. Senja langsung naik menuju lantai atas dan memasuki kamar nya, sedangkan Johnny yang sejak tadi mengekori Senja di belakang nya langsung terduduk lemas di kursi ruang makan.

"Adek mu kenapa itu? Kamu usilin apa lagi?" Tanya Ayah pada Johnny.

Ibu pun ikut bergabung setelah mengambilkan segelas air putih untuk Johnny. "Minum dulu. Kamu muka nya keliatan cemas gitu."

"Ada apa?" Lanjut Ibu.

Johnny menghela napas nya sebentar, kemudian beralih pada Ibu dan Ayah. "Tadi aku sama adek ke rumah sakit."

Sudah bisa ditebak kalau reaksi Ayah dan juga Ibu sama kaget nya. Hal yang mereka sangat hindari tetapi hari ini dengan mudah nya Senja bisa pergi kesana.

"Bukan aku yang ajak tapi adek yang minta. Awalnya adek tanya aku mau pergi kemana, ya aku bilang kalau aku mau ke rumah sakit dan tiba-tiba aja adek minta ikut ke rumah sakit."

Raut wajah Ayah dan Ibu terlihat sama sekali tidak bisa tenang, hal seperti ini yang mereka takutkan jika Senja datang ke rumah sakit.

"Dari awal pun ini yang Ayah takutkan, Senja bisa kecewa bahkan menyalahkan dirinya sendiri. Ayah gak mau itu terjadi makanya Ayah selalu larang Senja untuk ikut ke rumah sakit."

Johnny menggeleng. "Engga Yah, Senja memang sudah saatnya untuk tau. Aku takut kedepan nya bisa lebih buruk daripada ini."

"Dari awal aku lihat Senja, aku ngerasa aku pengen lindungin dia seperti adik aku sendiri."


Seolah tidak ada yang terjadi di hari kemarin, pagi ini Senja kembali seperti biasa. Menyapa semua anggota keluarga dengan ucapan selamat pagi dan pelukan hangat.

"Morning abang."

Johnny yang tengah mengaduk kopi nya dikagetkan dengan pelukan adiknya dari belakang. "Morning too, baby."

"Mau sarapan apa? Biar abang ambilin." Tawar Johnny.

Senja menggeleng. "Hehe gak usah, aku bisa ambil sendiri kok."

Johnny tersenyum kemudian melanjutkan kegiatan nya meminum kopi sambil memantau beberapa pekerjaan nya melalui iPad di tangan kirinya.

"Abaaangg,"

Johnny menoleh kemudian menyimpan iPad nya di sisi kiri. "Apa cantik?"

"Mau cobain kopi nya abang, boleh?"

Johnny terkejut. "Yakin mau coba? Tapi jangan nyesel nanti."

Senja mengangguk dengan yakin kemudian mengambil cangkir kopi milik kakak nya tersebut, tetapi sedetik kemudian Senja hampir saja melempar cangkir kopi tersebut.

"Pahit."

"Kenapa abang bikin nya pahit sih." Protes Senja.

"Kan memang abang suka nya Americano. Kamu nya aja yang ngeyel pengen coba."

Johnny bisa menebak jika adiknya itu akan menangis karena Senja sejak dulu tidak pernah bisa menahan rasa pahit, termasuk obat.

"Sini-sini peluk, kasian banget adek nya abang nangis gara-gara minum kopi pahit."

Tidak lama kemudian, Ayah dan Ibu muncul dari halaman belakang. "Tuh kan ada yang usilin adek lagi nih."

"Engga Bu, ini adek bandel nih pengen cobain kopi yang aku buat. Kan pahit."

"Udah tau adek mu itu gak bisa tahan pahit tapi masih aja dikasih." Sahut Ayah.

Johnny tersenyum, kemudian melirik Senja yang masih berada dalam pelukan nya. "Maafin abang ya, nanti abang beliin bubble tea yang banyak."

Sudah dua minggu semenjak kejadian di rumah sakit tersebut, dan semuanya berjalan seperti biasa. Johnny masih menghabiskan waktu liburan nya di Jakarta karena memang masa liburan nya cukup lama.

Sore ini karena sudah memasuki liburan dan pekerjaan Senja pun libur tetapi masih ada beberapa hal yang ia kerjakan di rumah.

Ketika Senja sedang asik memilih film untuk ditonton, tiba-tiba saja dikejutkan dengan suara berisik dari luar.

"Abang.. ada apa?" Tanya Senja ketika melihat Ayah, Ibu dan Kakak nya terlihat buru-buru dan juga panik.

Johnny hanya menggeleng lalu tersenyum kecil. "Adek jaga rumah ya, abang tinggal sebentar bisa kan?"

Senja mengangguk, setelah semua nya pergi Senja kembali ke dalam kamar nya dirinya merasa takut sekaligus cemas. Senja mendengar beberapa kali ketika sang Ayah menerima telepon yang bisa dipastikan kalau telepon tersebut dari pihak rumah sakit.

Senja kembali merasakan sesak di dadanya bersamaan dengan jatuh nya air mata di kedua pipi nya. Banyak pertanyaan yang sekarang ada di benak nya.

Apa yang akan terjadi jika dia kembali?

Apa Senja harus mengembalikan tempat nya sekarang kepada pemilik asli nya?

Senja tidak mau meninggalkan semua nya, terutama Ayah Ibu dan sosok kakak yang selama ini Senja selalu impikan. Berada di tengah hangat nya suasana keluarga adalah impian Senja sejak kecil.

"Senja.."

Mendengar suara seseorang dari luar, Senja langsung bergegas membuka pintu kamarnya dan langsung terlihat Langit yang seperti nya ia sepulang bekerja langsung menuju rumah Senja.

"Pintu depan kenapa gak di kunci? Untung aja aku yang masuk. Ayah, Ibu sama abang kemana?" Tanya Langit.

"Pergi." Jawab Senja seadanya.

Langit bisa merasakan ada sesuatu yang terjadi pada Senja.

"Mau peluk?" Tawar Langit.

Senja yang sejak tadi menahan emosi dan tangisan nya untuk tidak tumpah ketika berhadapan dengan Langit, tetapi semua nya runtuh ketika Langit menarik nya ke dalam pelukan.

Langit masih belum mengerti sebenarnya apa yang terjadi pada Senja. Langit hanya ingin memberikan ketenangan untuk kekasih nya itu.






[●●●●●●●]
Gimana, sejauh ini ada yg udah tebak kira-kira masalah nya apa?
Di cerita ini konflik nya aku gak ambil konflik asmara, jadi aku pilih konflik nya ini.

LANGIT SENJATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang