Johnny sudah sampai di rumah sekitar pukul sepuluh pagi dan langsung mendapati suasana rumah yang cukup ramai di antara nya Senja yang sedang membantu Ibu untuk menjemur pakaian dan Langit beserta Ayah sedang memotong rumput halaman belakang sembari meledek Jeana.
"Rame banget ini mertua sama menantu." Celetuk Johnny ketika sampai di dalam rumah.
Yang paling pertama menyadari hal tersebut adalah Senja. "Abang.."
Senja langsung meninggalkan pekerjaan nya dan berhambur untuk memeluk kakak nya.
"Apa kabar ini si cantik nya abang? Aduh, abang kangen banget dek sama kamu."
"Sama." Balas Jeana yang masih betah memeluk kakak nya.
"Diangkat menantu sama Ibu dari kapan Dit?" Tanya Johnny setelah menuju halaman belakang.
Langit hanya tertawa pelan, kemudian Ibu menyahut di belakang Johnny. "Kemarin akad nya, kamu sih telat jadi gak ikut akad nya Elina sama Langit."
Semua orang tertawa kecuali Elina dan Langit, Elina wajah nya terlihat bersemu merah dan Langit yang langsung memalingkan wajah nya.
"Kalian berdua kenapa malah kaya pasangan abis ketangkep mesum?" Tanya Johnny yang langsung dihadiahi cubitan oleh sang Ibu.
Sore hari nya Langit berniat untuk pamit pulang karena lama-lama merasa tidak enak karena Langit belum secara resmi menjad bagian dari keluarga mereka.
"Yang, aku pulang sekarang deh." Ucap Langit.
"Kok pulang sekarang?" Tanya Senja dengan nada sedih.
Langit tersenyum. "Besok kan harus kerja lagi biar bisa cepet-cepet jadi menantu nya Ibu sama Ayah."
"Kamu nih.."
"Kenapa gak malam aja pulang nya?" Tambah Senja.
"Kalau malam aku takut nya makin betah disini sama kamu terus gak mau pulang." Jelas Langit.
Senja mengangguk mengerti, tidak lama kemudian Langit berpamitan pada Ayah, Ibu dan juga Johnny dan tidak lupa untuk berterima kasih pada Ibu yang membawakan beberapa kotak makanan berisi lauk pauk untuk teman makan Langit.
"Harus pulang beneran?" Senja bertanya lagi.
Kedua nya berada di dalam mobil milik Langit, Senja sengaja ikut masuk setelah tadi berniat untuk mengantar Langit ke depan rumah.
Langit mengangguk. "Sini-sini peluk dulu coba yang gak pengen aku pulang."
Senja memeluk Langit yang tidak kalah erat nya dengan apa yang dilakukan Langit padanya.
"Loh abang mau kemana? Udah rapi gitu." Tanya Senja pada Johnny yang tampilan nya sudah berbeda dengan tadi.
Johnny mengusap rambut milik Senja. "Mau ke rumah sakit dulu sebentar. Mau abang beliin apa nanti?"
Senja terdiam sejenak, bahkan dirinya sudah mengerti apa tujuan Johnny jika dirinya pulang ke Indonesia dan pasti menyempatkan untuk berkunjung ke rumah sakit.
"Aku mau ikut."
"Aku juga mau liat kondisi dia, aku mau banyak ngobrol sama dia kaya abang yang suka cerita banyak hal sama dia. Boleh aku ikut?" Tambah Senja.
Johnny sempat kaget karena Senja meminta untuk ikut bersama nya pergi ke rumah sakit. Sebenarnya Senja sudah beberapa kali meminta untuk ikut ke rumah sakit entah itu bersama Ayah atau Ibu dan juga Johnny tetapi mereka semua melarang Senja untuk pergi kesana dengan berbagai alasan.
"Boleh. Kamu siap-siap dulu, abang tunggu di mobil." Putus Johnny.
Selama dalam perjalanan, Senja dan juga Johnny hanya terdiam sibuk dengan pikiran nya masing-masing terlebih lagi Johnny entah kenapa merasa gugup karena membayangkan Senja bertemu dengan orang tersebut untuk pertama kalinya.
Sesampainya di rumah sakit, mereka berdua langsung menuju sebuah ruangan khusus.
"Mau abang temenin di dalam?" Tawar Johnny.
Senja menggeleng. "Abang tunggu di luar aja. Aku mau kenalan lebih banyak sama dia."
Johnny mengangguk dan menyempatkan untuk mengelus puncak kepala Senja sebelum gadis itu masuk ke dalam ruangan.
Dengan terpaksa Johnny harus menunggu Senja di luar ruangan dengan perasaan cemas, khawatir dan juga takut karena apa pun bisa terjadi tetapi Johnny percaya bahwa semua nya akan berjalan baik-baik saja.
Senja bisa merasakan hawa dingin ketika memasuki ruangan khusus tersebut, sejujur nya dirinya juga merasa gugup ketika harus berhadapan dengan orang tersebut.
"Hai." Satu kata yang terucap dengan gugup setelah Senja duduk di kursi yang tersedia.
Berkali-kali Senja harus mengatur napas nya untuk membuang rasa gugup. Kedua tangan nya menyatu di bagian depan tubuh nya dan sesekali meremat ujung cardigan cokelat yang dikenakan nya.
"Maaf karena aku baru pertama kali nemuin kamu. Ayah sama Ibu ngelarang aku buat ketemu kamu."
"Padahal aku mau cerita banyak sama kamu. Cerita tentang semua hal termasuk Langit."
Tiba-tiba saja Senja merasakan sesak dan kedua matanya yang mulai memanas.
"Langit baik banget sama aku, bahkan aku rasa dia terlalu baik buat aku."
"Aku berterima kasih karena Ayah dan Ibu kasih aku kesempatan untuk bisa ketemu dan kenal sama Langit.. tapi aku sadar tempat aku ini cuma sementara."
"Kamu pemilik asli tempat ini. Kamu yang seharus nya merasakan semua nya bukan aku."
"Aku harap kamu cepat kembali biar aku bisa pergi dan kembali ke tempat dimana aku seharus nya ada. Aku terlalu takut kalau nanti aku gak bisa meninggalkan semua nya."
Senja menangis dengan kepala yang tertunduk, bahu nya bergetar hebat. Senja mencoba untuk mengeluarkan semua beban yang ia rasakan selama ini.
Senja membuka pintu ruangan tersebut dan langsung menampakan Johnny yang berdiri di depan pintu tersebut dengan wajah cemas. Begitu pun dengan Senja yang keluar dari ruangan tersebut dengan wajah yang masih dipenuhi air mata.
Johnny langsung membawa Senja ke dalam pelukan nya, memberikan ketenangan untuk Senja.
"Aku yang salah. Seharusnya aku gak ada disini." Ucap Senja sembari masih terisak.
Johnny sudah menebak kalau situasi seperti ini akan terjadi, sebenarnya dirinya tidak menginginkan Senja mengalami hal seperti ini tetapi lambat laun pun Senja akan merasakan hal tersebut.
"Gak ada yang salah. Si cantik nya abang gak boleh nyalahin diri sendiri. Yang harus adek tau, Ayah, Ibu sama abang tetap sayang sama kamu sampai kapan pun."
Bohong jika Johnny tidak merasa sedih, Johnny sama sedih nya dengan Senja. Merasa ingin menangis tetapi masih ada Senja yang butuh kekuatan dan ketenangan.
"Abang tetap sayang sama Senja dan abang gak akan pernah biarin kamu pergi."
KAMU SEDANG MEMBACA
LANGIT SENJA
Fiksi PenggemarLangit butuh senja agar terlihat indah. Senja pun butuh langit sebagi tempatnya.